Rabu, 25 September 2013

Hape Ilang Tambah Sedulur Anyar





Dua sabtu lalu, bersama suami dan anak-anak aku menjadi peserta sebuah mini workshop dengan tema tumbuh kembang anak.  Cerita lengkap tentang workshop itu akan kubagikan lain waktu.  Ini cerita tentang sesuatu yang menyertainya.


Seperti biasa mengajak tiga anak aktif di sebuah acara yang menarik menurutku tapi agak 'membosankan' menurut mereka, selalu ada seni nya.


Ketika acara belum benar-benar berakhir (belum dibagi makan siang nih...meski pembicara sih udah selesai ngomong, masih diskusi dengan peserta), anak-anak sudah benar-benar tidak sabar untuk pergi dari tempat itu.


Sedikit terburu, kusambar saja tas dan uba rampenya yang semula tergeletak di depanku, dan menyusul anak-anak dan suami yang telah lebih dulu pergi ke tempat parkir.


"Lapaaar"....kata anak-anak. Wajar saja, sudah pukul 12.15. Kami memutuskan untuk makan di sebuah tempat makan dengan menu utama 'jamur' yang hanya perlu waktu 15 menit untuk menuju kesana.


Masuk ke tempat parkir, kusiapkan tas sambil memeriksa bawaanku dan baru kusadari hape ku tidak ada di tempat semula.


Kuaduk-aduk tas tanganku, kubuka-buka seluruh kantung di tas besarku. Kuminta anak-anak memeriksa di jok masing-masing dan hasilnya nihil.


Kucoba menelpon hape ku dengan hape suami, ada nada sambung tapi tak ada yang mengangkat.  Aduuuh, teringat aku tadi menyeting hape ke 'silent' agar tidak mengganggu jalannya workshop.


Kutelpon sekali lagi berharap ada orang yang menemukan dan baik hati mengangkatnya. Tapi bahkan sekarang tidak ada nada sambung yang terdengar. Oh, bisa jadi hapeku sudah mati karena kehabisan energi.


Suamiku menyarankan untuk menelpon salah satu panitia acara, kuikuti sarannya dan jawaban yang kuterima membuat aku yakin kalau aku kehilangan hapeku. "Nggak ada hape disini, udah bersih, peserta sudah pulang"


Acara makan siang batal, suamiku putar balik ke tempat acara tadi "Siapa tahu keselip" Katanya optimis.
Kujelaskan pada anak-anak bahwa makan siang ditunda karena kita harus balik ke tempat workshop mencari hape ibu.
Ketiganya mengangguk dengan wajah khawatir. Si sulung tampak paling cemas karena dia merasa menjadi orang terakhir yang memegang hapeku. Si bungsu tak kalah sedih memikirkannya "Ibu, kalo hape Ibu ilang gimana aku main game pou-nya" Kata si bontot dengan mata berkaca-kaca.

Sampai di pendopo tempat acara tadi berlangsung, tinggal panitia yang sedang bersih-bersih. Aku dan suami turun untuk memastikan keberadaan hapeku dan memang benar, tidak nampak jejaknya.

 Rasanya waktu itu, menyesal tentu saja. Menyesal dengan betapa pelupa nya aku meletakkan barang.  Mungkin bukan sekedar pelupa ya, tapi teledor...tidak tertib memeriksa kelengkapan bawaan.


Suamiku menenangkan dengan kalimat manis, "Ya sudah, memang belum rejekinya. Untuk pelajaran Ibu agar lebih hati-hati ke depan"


Aku teringat kontak yang tersimpan dalam hapeku, file-file yang disitu, ah... tapi kucoba mengikuti fikiran positif suamiku.Anak-anak  yang semula tersedu-sedu, sudah diam terlelap kelelahan.

Kami melanjutkan perjalanan ke rumah mertua, mampir makan di Wedi jalan dan aku ' berusaha' melupakan hape yang hilang.   Anak-anak sudah ceria kembali, ketika sampai di rumah simbah nya.


Kuberitakan via fb kepada teman-teman untuk mengontakku via email dan fb sampai aku ada hape pengganti.  Menjelang malam sebuah notifikasi masuk, dan itu sebuah kabar baik.


Hapeku berada di tangan orang baik, seorang teman yang secara fisik baru kutemui hari itu di tempat acara berlangsung, sebelumnya aku berinteraksi dengannya melalui dunia maya di sebuah komunitas menulis.

Alhamdulillahirrabilalamin...
Rupanya aku LUPA meninggalkan hape itu begitu saja di tempat dudukku tadi.
Oh, memang hape itu masih rejekiku...anak-anak lega mendengarnya, begitu pula aku.  Kubuat janji untuk mengambil hape ku pekan selanjutnya di rumah Mbak Irfa di Muntilan, Jawa Tengah.

Mbak Irfa adalah seorang Ibu muda yang cantik, awet muda dan ceria. Gak ngira deh kalo udah punya anak gadis. Kalimat dan suaranya lembut, maklum penyiar radio.


Empat hari kemudian, sepulang kuliah aku meluncur ke Muntilan. Menemui Mbak Irfa, berbagi cerita tentang usaha laundry-nya, tentang pengasuhan anak, tentang kepenulisan, tentang makanan, tentang teman-teman yang ternyata setelah dihubung-hubungkan kami punya "mutual friend" di dunia nyata.


Mhm.....berasa ngobrol dengan teman lama. Ternyata hape hilang banyak manfaatnya. Aku jadi bisa silaturahmi ke Muntilan, (Mbak Irfa nih baik banget mau jemput ke terminal Muntilan dan mengantarku kembali sampe dapat bis ke Jogja) mendapat ilmu baru tentang usaha, nambah sodara baru (ditraktir makan bakso lagi) dan diingatkan untuk melakukan re-check barang-barang kecil bawaanku.


Waktu berpamitan, aku pulang ke Jogja dengan hape yang berpisah empat hari dan begitu dinyalakan ratusan notifikasi pesan bertalu-talu berbunyi.


Dalam perjalanan pulang, aku sungguh menyesal....tak mengambil foto aku dan Mbak Irfa....dan anda semua pasti tahu kan sebabnya?
Yak benar.....aku LUPA...

Setelah upload cerita ini Mbak Irfa yang baik hati mengijinkanku mengupload PP nya yang ada di FB nya......dan inilah...tadaaaaa.....penampakan mbak cantik yang baik hati itu
Irfa Hudaya Ekawati

Jangan Asem