Senin, 30 April 2012

Beda masa beda bahasa

Berikut cerita tentang Anak-anak  belajar kosakata baru :
 Cerita pertama 

Suatu ketika Abbad bangkit dari duduk bersimpuhnya lalu berkata :
"Ibu, kakiku kok gini...." ucapnya sambil nyengir-nyengir
Aku menduga Abbad kesemutan
" Oh, kaki Abbad semutan.." ucapku sambil mengelus-elus kakinya
" Mana semutnya...!!!" Ucap si bontot terbelalak sambil mencari-cari semut di kakinya
Berusaha kujelaskan sesederhana mungkin, tapi Abbad masih juga mencari semut yang merubung kakinya.

Cerita kedua
Sakha menemaniku mengisi TTS
pada kolom 3. menurun Diulang, buah tangan ...kutuliskan kata "OLEH"
"Maksudnya apa sih Bu?" tanya Sakha bingung
"Buah tangan itu bisa juga disebut oleh-oleh, karena ini ada petunjuk diulang dan ada empat kotak, berarti cukup ditulis oleh. Kalo diulang kan jadi oleh-oleh...." Jelasku panjang lebar
"Oooo..." Sakha ber-o namun dengan wajah kurang yakin
"Jadinya tangannya keluar buah Bu..." Akhsan menyela
"Bukan....." Dan aku bersiap menyipakan kalimat penjelas yang lebih panjang untuk Akhsan.

Berikutnya cerita tentang orang tua yang harus merekonstruksi pengertian atas kosakata lama mereka:
Cerita pertama
Ini  Eyang Putrinya Abbad (Ibuku) yang gumun dengan pilihan kata orang 'jaman sekarang'
Salah satu kakakku akan mengadakan reuni kecil-kecilan dengan teman-teman SMA nya
Ibuku bertanya " Dimana kumpulnya..."
Jawab kakakku " Di Kebon Tebu...." (Kakakku menyebutkan nama sebuah kafe baru di kota kecil kami)
"Hah, gak ada tempat lain apa kok pilih kebon tebu?" tanya ibu bingung (Kebon tebu yang Ibuku tahu adalah salah satu tempat favorit anak-anak ibu di masa kecil untuk bermain sambil nyolong tebu...hati-hati sama mbah mandor...)
"Ya, semua pada pengen disitu Bu..." Jelas kakakku belum juga ngeh kalo ibuku salah tangkap
"Gak ada tempat lain po, kok reuni di kebon..." Gumam ibu
Kakakku yang kemudian tersadar dengan kesalahpahaman itu segera menjelaskan kepada Ibu sebelum beliau semakin jauh berpikir tentang betapa anehnya anak dan teman-temannya

Cerita kedua
Suatu ketika ada salah satu ponakanku yang ulang tahun, dia ditelpon Budhenya (kakakku yang lain) untuk ditanya minta hadiah apa.
Malu-malu dia tak mau juga menjawab.
"Bilang saja, pengen apa sih? " Eyangnya bertanya menyelidiki
"Gak ah...paling nanti gak dibeliin..." Jawabnya malu-malu
"Bilang saja, masak gitu aja malu.." desak Eyang putri
"Pengen notebook..." cetus ponakanku akhirnya
"Ah, kalo cuma notebook ya eyang bisa belikan..." Kata Eyang putri mantap
"Beneran Yang ?" tanya ponakanku penasaran..
" Lah, pengen BLOK NOTE kan...buku notes ? " selidik eyang putri
" Bukan Yang....." jawab ponakanku dalam senyum...

Mhm....pernah punya pengalaman yang sama?


Senin, 09 April 2012

Iwak Peyek-nya Abbad

Dua pekan yang lalu :

Iwak peyek
Iwak peyek

Iwak peyek
Iwak peyek

Itu lagu oleh-oleh Abbad dari sekolah
Ya, cuma dua kata saja yang diulang-ulang

"Lagu siapa itu ?" selidik-ku
"Lagunya Mas A " Abbad menyebut satu nama di sekolahnya
Kak Sakha dan Mas Akhsan senyum-senyum mendengar lagu adiknya
"Mas N juga nyanyi iwak peyek, Bu" timpal Akhsan
Ah, Mas dan kakak sudah maklum dengan ke-kuper-an ibu soal lagu-lagu

Tanpa TV di rumah, aku jelas tak mengetahui dengan cepat perkembangan lagu-lagu
Kutanya suami tentang iwak peyek
Dia Bilang "Itu lagu Trio macan"
Ahai,  tahu juga suamiku rupanya heheeh

Terbayanglah dalam benakku tiga macan pating kloget
Meski Abbad tidak pernah secara visual melihat lagu iwak peyek didendangkan
Hatiku kok tetap merasa tidak nyaman si kecil nyanyi iwak peyek

"Abbad tahu iwak peyek apa?"
Selidikku mencari kalimat pembuka untuk menghentikan lagu iwak peyek di rumah
 "Ikan peyek" jawabnya singkat
Dengan setengah hati kubiarkan Abbad beriwak peyek


Pekan lalu
 Abbad membawa berita baru
"Ibu, kata Bunda di Candice Kids tidak ada yang nyanyi iwak peyek"
O ho, sudah dibuat aturan di sekolah Abbad....baguslah

Kemarin Sore
Abbad : "Iwak peyek...iwak peyek..."
Ibu : "Lho, kata Bunda kan gak nyanyi iwak peyek de..."
Abbad : " Kan kalo di sekolah Bu....ini kan di rumah...iwak peyek-iwak peyek"

Bapak melempar senyum dan mengerling padaku

Kakak : " Ha...ha....Abbad pinter"
Dan Ibu manyun di KO si bontot




Rabu, 04 April 2012

Hadapilah Nak, Inilah Hidup....

Jumat pekan lalu...
sepulang sekolah Sakha meminta ijin, menghiba, membujuk ku
Membawa pulang seekor kucing kecil dari beberapa kucing tak berempu di sekolah

Kuperbolehkan...
dengan syarat 'bertanggungjawab'
 Jika tidak, si kucing akan dikembalikan ke sekolah
atau dicarikan tempat tinggal lain (selain rumah kami)
Sakha menyanggupi

Akhir pekan dilalui my trio dengan bermain dengan kucing
mereka menamainya PUSI ( menurut ejaan Akhsan), PUSSY ( menurut ejaan Sakha)
bergantian memberi susu
menggiring bola
atau sekedar menggendongnya

Satu syarat utama dipatuhi
Tidak membawa kucing ke tempat tidur
Mencuci tangan dengan sabun usai bermain dengan Pusi
Menempatkan Pusi di belakang ketika anak-anak makan

Menyiapkan dan memberi makan menjadi bagianku
Kutolak usulan anak-anak
membelikan Pusi makanan instan khusus kucing
Kusiapkan menu yang ada di rumah untuk Pusi
nasi dengan ikan, cuwilan cumi, potongan telur
Pusi makan dengan lahap

Kami siapkan kotak pasir tempat Pusi buang kotoran
Hari pertama Pusi tidak buang kotoran di pasir
Pusi memilih menempatkannya DI SEBELAH kotak pasir
Kucontohkan kepada anak-anak cara membersihkan kotoran kucing
Ku katakan pada Pusi :
"Pusi, kalo eek disini" kataku sambil meletakkannya di kotak pasir
Si Pusi mengeong lalu berlari

Hari kedua Pusi buang kotoran di sebalh kotak pasir lagi
hari itu aku minta Sakha sebagai pemilik resmi membuangnya
Semula ia keberatan
ketika kuingatkan akan perjanjian bertanggungjawab
Sakha menguatkan hati

Tangan kiri memencet hidung
Tangan kanan terbungkus kantong plastik
Dahi mengernyit
menjerit kecil
Mencempal kotoran Pusi dan membuangnya
Cuci tangan berlama-lama setelahnya
Lalu berjingkrak-jingrak tertawa
"Ternyata cuma kaya megang tanah biasa"

Hari ketiga dan ke-empat
dilewati Sakha dengan tugas rutin membuang kotoran Pusi
Si Pusi tetap memilih buang kotoran,
tepat DI SEBELAH kotak pasir

Hari kelima Sakha menyerah
minta Pusi dipindahkan

Akhsan menolak
Kepemilikan resmi Pusi berpindah ke Akhsan
Status pemilik = kewajiban membuang kotoran

Waktunya datang
Pusi buang kotoran diluar bak pasir (lagi)

Akhsan berteriak-teriak- berusaha menguatkan diri
(anak ini amat sangat jijikan
dan sangat sensitif dengan segala bau-bau menyengat)
Menggunakan dua lapis kantong plastik
Menjumput kotoran Pusi
dan membuangnya

Akhsan yang semula kuat-kuat menolak
Berhasil menyelesaikan tugasnya
Dan dia bersorak
Berhasil menjadi pemilik resmi Si Pusi


Baiklah Nak.....
Inilah hidup
Penuh dengan pilihan
dengan konsekuensi yang mengikutinya

teruslah berjuang
teruslah bertahan






Jangan Asem