Selasa, 17 Desember 2019

My Working Mom

Suatu waktu Raan4 pernah bertanya kenapa ada ibu yang pergi bekerja dan ada ibu yang bisa menunggui anaknya di rumah.

Waktu itu kujawab, pergi bekerja atau di rumah adalah pilihan masing-masing orang. 
Sebab memilihnya bisa macam-macam.

Raan4 menyambung kenapa ibu memilih pergi bekerja keluar? 

Kujawab waktu itu ada lowongan pendaftaran untuk pekerjaan ibu sekarang dan yanguti (ibunya ibu) meminta ibu mencoba mendaftar, setelah melewati tes seleksi ibu lolos dan bekerja keluar sampai sekarang. 

Kutanya Raan4, apakah dia ingin ibu di rumah seperti beberapa ibu temannya? .

Dia jawab, mau punya ibuk seperti ibuk yang sekarang saja, bekerja keluar, asal pas di rumah tetap menemani main atau membacakan buku.

Tempo hari membacakan buku ini untuk Raan4, cekikikan dengan beberapa scene yang mirip-mirip kondisi ibuknya Raans. .

Dari terpaksa membawa pulang pekerjaan, pergi keluar kota, ibuk badmood sampai keluar tanduk istilah anak-anak, atau ibuk masak makanan yang agak kurang membangkitkan selera.

. "Event though I don't always like having working mom, I just can't picture mine any other way" .


Jadi...jalani, nikmati, syukuri ya, nDhuk...

Senin, 16 Desember 2019

Menghadirkan Buku, Satu Langkah Freeport Membangun Hal Luar Biasa dengan Cara Sederhana

Salah satu kenangan masa kecilku yang mengasyikkan adalah tiap kali kakak tertuaku yang bekerja di luar kota pulang membawa oleh-oleh buku.  Iya, buku.  Bukan coklat atau kue-kue yang kutunggu-tunggu, melainkan buku bacaan yang biasanya langsung diserbu aku dan kakak-kakakku yang ada di rumah.  Mengambil buku pilihan, kemudian saling tukar setelah selesai membacanya.

Tentu saja di jaman dulu yang tak semudah sekarang mendapatkan buku, kesempatan diberi oleh-oleh buku tidak datang setiap waktu, Setahun sekali atau  dua kali mendapat oleh-oleh buku sudah menjadi sesuatu yang membahagiakan buatku. Syukurlah ada perpustakaan sekolah di SD inpres dulu, yang tiap kali jam istirahat bisa didatangi untuk membaca.  Judul yang masih kuingat sampai sekarang adalah cerita tentang masa kecil Adam Malik salah satu wakil presiden RI dan  Petualangan di Hutan Rahasia yang membuatku ingin pergi bertualang. 

Saat semua koleksi di perpustakaan sekolah sudah kubaca habis kutanyakan kepada guru apakah akan datang buku baru untuk perpustakaan yang hanya dijawab dengan gelengan kepala.  Sampai aku lulus kelas enam, koleksi buku tidak bertambah dan hanya itu saja. 

Jadi, sekarang ini jika aku pergi keluar kota, oleh-oleh yang kubawa pulang untuk anak-anakku juga buku.  Sesuatu yang pasti akan mereka terima dengan mata berbinar, kecupan terimakasih, lalu sunyi karena kemudian mereka akan asyik dengan bukunya masing-masing. 

Tapi tak semua anak seberuntung aku bisa mendapatkan akses membaca buku, bukan hanya dahulu, sampai sekarang pun buku masih menjadi barang mewah untuk anak-anak di banyak wilayah. 

Menurut penelitian yang dilakukan UNESCO pada tahun 2016 terhadap kebiasaan membaca pada 61 negara di dunia, Indonesia menduduki peringkat ke-60, hampir nomor buncit.


Salah satu penyebab rendahnya minat baca dan kebiasaan membaca adalah kurangnya akses. Bagaimana mau membiasakan membaca jika buku untuk dibaca saja tak terjangkau.

Makanya, selalu salut dengan orang atau lembaga yang peduli dengan upaya mendekatkan buku kepada anak-anak.

Ketika aku membaca berita tentang distribusi buku bacaan untuk anak-anak di desa Tangma, Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo, Papua yang dilakukan PT. Freeport Indonesia, ada rasa haru dan harap.
Gambar diambil dari sini


Haru, tentu karena masih terbawa melankoli masa kecil dulu.  Membayangkan binar bahagia di mata anak-anak yang membuka bungkusan buku, memilih judul, membuka lembaran demi lembaran, memuaskan dahaga keingintahuan dengan membaca dan membaca.

Harapan besar agar sulitnya medan yang dilalui untuk mengantar buku untuk anak-anak, lunas terbayar dengan antusiasnya anak-anak membuka cakrawala mereka, memantik keingintahuan mereka untuk membaca lebih banyak lagi.   Memberikan mimpi kepada mereka dan menantang anak-anak untuk meraih mimpi itu asal mereka mau berusaha lagi dan lagi

Gambar diambil dari sini

Berharap agar kontribusi Freeport untuk masyarakat ini akan kita petik hasilnya nanti. Tentu dengan banyak kontribusi  lain yang dilakukan PT. Freeport bisa menjadi bentuk sumbangsih bagi negeri, selengkapnya bisa dibaca di  https://ptfi.co.id/.

Apalagi ketika membaca lebih lanjut kalau upaya mendekatkan buku bacaan untuk anak-anak akan dilanjutkan ke wilayah-wilayah lain di Papua. Akan semakin banyak anak yang akan merasakan asyiknya membaca, serunya berpetualang dan mendapatkan hal-hal baru yang sebelumnya mereka tidak tahu. Akan semakin banyak tunas-tunas bangsa yang bersemi dengan banyak pengetahuan di benak mereka, pengetahuan yang akan memotivasi mereka melakukan yang terbaik untuk diri dan sekitarnya.

Banyak orang besar yang ketika ditanya, bagaimana mereka bisa menjadi sebesar saat ini, menjawab jika mereka mendapatkan inspirasi dari buku yang pernah mereka baca di waktu kecil, kemudian menjadikan membaca menjadi kebiasaan positif yang terus dilakukan sampai menjadi orang yang berhasil.

Iya, kita tak kan pernah tahu, dari lembaran buku mana yang dibaca akan ada suatu hal  yang bisa membuka pikiran untuk melakukan hal-hal luar biasa dan mengubah hidup anak-anak, orang di sekitarnya, lingkungannya, juga untuk bangsa dan negara.



Jangan Asem