Senin, 10 Desember 2012

MASA INKUBASI



Hari Sabtu 16 hari yang lalu, pukul empat sore aku menjemput Sakha di rumah teman-nya, yang berjarak sekitar 5 Km dari rumah.  Waktu  hendak naik ke atas motor, kulihat seekor nyamuk gendut menempel di lengan kirinya tepat di sebelah siku.  Tampak jelas semburat merah di tubuh belang-belang si nyamuk yang tampak terus asyik menghisap darah meski Sakha mengayun-ayunkan tangannya. 

Gemas, kutepuk makhluk penghisap darah itu yang tak sanggup lagi menghindar karena kegendutan. Plak ! dan bau anyir darah tercium saat kudekatkan tanganku ke wajah untuk memeriksa hasil buruanku.
Sepanjang perjalanan pulang, bayang-bayang nyamuk loreng bertubuh penuh darah hasil hisapan dari tubuh Sakha menghantuiku.  Aku berusaha mengenyahkan pikiran bahwa itu adalah nyamuk Aides aigepty, tapi sungguh jelas di benakku nyamuk yang tadi kutepuk berujud seperti ini.
Gambar diambil dari sini

 Ampun, ini musim hujan, anakku digigit nyamuk loreng di jam operasi Aedes aegypti (8-9 pagi atau 15-16 sore).  Aku khawatir, nyamuk penggigit anakku membawa serta virus DHF dan memaksakannya masuk ke dalam tubuh kecil putri  kesayanganku. Teringat aku saat kecil saat pernah dua kali kena DBD di usia 5 dan 11 tahun.  Saat TK aku sampai mimisan dan harus opname di Rumah Sakit Tentara beberapa hari, kali kedua kena aku bahkan sampai mimisan, muntah darah dan menginap lagi di Rumah Sakit Umum selama 5 hari.  Aku tidak ingin anakku merasakan apa yang pernah kurasakan.
Tapi bagaimana…anakku sudah digigit vektornya.  Menyegarkan ingatan aku browsing lagi tentang DHF/DBD pada anak, berupaya mencari jalan untuk mencegah jangan sampai anakku kena DBD.

Ah, nasi sudah menjadi bubur…yang bisa kulakukan di hari-hari berikutnya adalah menunggu masa inkubasi berakhir sambil terus mengamati perubahan sekecil apapun pada Sakha yang mengarah ke gejala DBD.  

Kubujuk Sakha untuk meminum air lebih banyak dari biasa, makan dalam porsi yang kulebihkan dari porsinya semula, memintanya istirahat lebih lama dari biasanya, dan (tiap ada kesempatan) memegang dahi dan badannya memastikan tak ada peningkatan suhu badan.  Pagi hari sebelum berangkat sekolah, sore hari sepulang sekolah, tengah malam saat Sakha tidur, kupantau terus suhu badannya.
Sepanjang masa inkubasi ini aku hanya bisa memasrahkan pada Allah SWT, sang maha yang mengusai segala kejadian yang hanya dengan ijin-Nya segala sesuatu akan terjadi.  Setetes air pun akan membeku ketika Allah tak menghendaki si air menetes.  Jadi kulupakan segala ilmu etiologi, epidemiologi penyakit dan tetek bengeknya. 
Di luar doa rutin (dan standar yang kuminta dalam sujudku), aku  berbisik-bisik dengan permintaan khusus, memohon agar Allah menjauhkan Sakha dari penyakit yang bisa jadi dibawa nyamuk yang menggigitnya sabtu itu.  
Enam belas  hari telah berlalu, Alhamdulillah... Allah mengabulkan doa spesialku.
Terus sehat ya, Nak….Ibu mencintaimu.


Rabu, 05 Desember 2012

POSTER ALA AKHSAN

Ini masih cerita soal bola, tentu saja masih berkaitan erat dengan Akhsan, si penggemar bola.

Berbeda dengan Sakha yang getol dan lancar membaca sejak berumur 4 tahun, Akhsan menyukai buku tapi lebih memilih dibacakan ibu, bapak atau kakaknya.  Sebenarnya Akhsan sudah mengenal huruf dan bisa membaca, tapi mungkin minat bakatnya di bidang menghitung lebih menonjol dan ketika ibu atau bapak tidak bisa (baca=tidak mau lagi) membacakan buku, masih ada Kak sakha yang siap bergaya bak pendongeng mambacakan buku untuk Akhsan.

Untuk memancing minat Akhsan membaca, aku dan suami mencoba rumus baru (ini ide dari suami).  Akhsan dimotivasi membaca lewat kesukaannya "BOLA".
Kami belikan majalah tentang bola dan selalu menyediakan koran harian yang tiap hari ada berita khusus tentang bola, bapaknya juga membelikan tabloid bola (ini sih sekalian buat bapaknya ya...)

Lumayan juga, Akhsan 'terpaksa' membaca karena ingin tahu tentang berita bola.  Tapi...kok ya tetap ada tapinya.  Kemudian Akhsan lebih tertarik pada foto pemain bola, gaya selebrasi gol, skema pertandingan dan skema gol dalam setiap pertandingan yang dimuat full color dalam koran.

Berita hanya dibaca judulnya saja, skor, jadwal dan gambar sudah cukup mewakili buat Akhsan untuk mendapatkan info yang diamauinya.

Kemudian, ada hal lain yang muncul, Akhsan menunjukkan sifatnya yang sebenarnya sudah terindikasi sejak masih sangat kecil yaitu ketelatenan, ke-konsisten-an dan kerapihan dan tentu saja kesetiaan yang kebetulan  saat ini tertuju untuk satu hal "BOLA"

Berawal dari melihat poster pemain bola, Akhsan mengutarakan keinginan membuat poster sendiri ala dia. Aku perbolehkan dengan syarat, dia upayakan dan rawat sendiri. Dan Akhsan membuktikannya.

Mulanya dari selembar kertas kosong yang ditempel gambar kepala pemain bola, lalu disusul dengan menyambung lebih banyak kertas, ditempel dengan lebih banyak gambar.  Semakin lama semakin jelas polanya. Di tiap pertandingan (yang disukai Akhsan) dia akan menempel hasil (skor) pertandingan, disusul skema gol dan terakhir selebrasi gol dari pemain.  Dengan telaten Akhsan menyambung kertas-kertas putih itu, menggunting gambar yang diinginkan lalu menempelkan di poster buatannya.
Edisi awal poster
 Kertas paling ujung yang dipegang Akhsan adalah cikal bakal posternya.  Semakin lama semakin panjang poster ala Akhsan ini.
Semakin panjang poster ini dibuat.  Akhsan juga dengan telaten memisahkan bagian koran yang memuat berita bola, disimpan di 'sarang'nya dan ketika punya waktu luang dia akan kembali melanjutkan menggunting dan menempel menambah panjang posternya.

Dan hebatnya lagi, setiap kali selesai menambah koleksinya atau sekedar menggelar kembali hasil karya untuk dikagumi sendiri atau 'menyuruh' orang lain mengaguminya...Akhsan akan menggulung kembali posternya (kadang minta batuanku karena semakin panjang) kemudian menyimpannya kembali bersama koran bola yang belum digarapnya.
Setelah digelar, siap disimpan kembali
Baiklah, Nak...salut untuk konsistensi dan ketelatenanmu. Ibu tunggu ketelatenanmu di bidang yang lain. Ibu bangga dan sayang padamu !



Jangan Asem