Rabu, 10 April 2019

Teh Poci

Apa ceritamu tentang teh?
.
Cerita teh masa kecil membawa ingatanku pada poci warna kuning yang biasa dipakai ibu membuat teh tubruk.
.
Dari biang teh itu (yg biasa disebut dekok-an) ibu membuat teh di gelas dengan menambahkan air panas dan gula.
.
Sisa teh dan ampasnya akan dipakai ibu untuk menyiram bunga di pot-pot bunga tertentu, yang ibu tanam. Hasilnya, tanamannya menjadi subur dan hijau.
.
Ada kakakku yang kadang memakai teh wayu/teh basi (teh yang didinginkan sejak kemarin) untuk membasuh wajah di pagi hari.
.
Teh poci pake gula batu ini, banyak versi cara menikmati. Sesuai selera masing-masing saja.
.
Aku memilih menunggu gula batu menyatu dengan teh tanpa mengaduknya, menyeruput pahit dan sepetnya teh. .
Begitu lidah mencecap manisnya gula batu, kutambah teh poci ke dalam cangkir.
Menikmati lagi sepet dan pahitnya teh sampai terasa semburat manis gula batu...begitu
.
Menyeruput teh poci gula batu, seperti menjalani perjalanan manusia ini.
.
Tunggu, rasakan sepetnya, nikmati pahitnya, sampai kau dapatkan rasa manisnya.
.
Jadi, apa cerita teh kamu?

Naik Kereta Api

Siang tadi menunggu kereta api melintas, jadi teringat pengalaman pertama naik kereta api.
.
Kelas satu SD, tahun 1984. .
Iya, Aku setua itu. .
Perjalanan dari Jakarta, turun Kutoarjo atau Jogja, aku tak ingat pastinya.
.
Kereta ekonomi tentu saja, bersama Ibu, Bapak, dan Kakak ke-7.
.
Kereta yang kursinya hanya seng tanpa pelapis empuk buat pantat, yang sewa bantal untuk tidur beralas koran dan dilangkahi bermacam pedagang asongan sepanjang malam.
.
Sedihkah waktu itu?
Tentu saja tidak, selalu asyik dan menyenangkan. .
Dan masih menyenangkan untuk dikenang sampai sekarang.
.
Alhamdulillah bisa merasakan bagaimana perubahan pelayanan dan fasilitas untuk penumpang kereta api dari dulu hingga kini.
.
Semakin baik, semakin baik
❤️❤️❤️❤️

Sendiri di Sudut Ruang




.
Sendiri di sudut ruang, menikmati sepi, mendengarkan perbincangan hati dan pikiran.

Lantai gilap memantulkan cahaya surya yang menyilaukan. Mata memicing hampir tak tahan dengan kilau yang nyaris menyakitkan, yang Indah tampak glamor dan cemerlang seringkali membuat pedih tak kepalang.

Pantulan biru langit yang cantik dan mempesona namun terkadang menimbulkan rindu pada mendung kelabu yang syahdu, yang cantik tampak indah dan lentik kadangkala membuat para hati tercabik.

Awan putih dihiasi bayangan ranting gersang menjulang seperti bingkai foto yang seolah ingin bercerita panjang tentang cinta tentang rindu tentang pilu tentang bahagia tentang kamu, tentang kehidupan.

Kilatan pintu kaca yang bergerak menyadarkanku akan hadirmu dengan senyum dan tatap teduhmu. .
Menghentikan perbincangan hati dan pikiran.
.
Sendiri di sudut ruang, menikmati sepi, mendengarkan perbincangan hati dan pikiran.

Lantai gilap memantulkan cahaya surya yang menyilaukan. Mata memicing hampir tak tahan dengan kilau yang nyaris menyakitkan, yang Indah tampak glamor dan cemerlang seringkali membuat pedih tak kepalang.

Pantulan biru langit yang cantik dan mempesona namun terkadang menimbulkan rindu pada mendung kelabu yang syahdu, yang cantik tampak indah dan lentik kadangkala membuat para hati tercabik.

Awan putih dihiasi bayangan ranting gersang menjulang seperti bingkai foto yang seolah ingin bercerita panjang tentang cinta tentang rindu tentang pilu tentang bahagia tentang kamu, tentang kehidupan.

Kilatan pintu kaca yang bergerak menyadarkanku akan hadirmu dengan senyum dan tatap teduhmu. .
Menghentikan perbincangan hati dan pikiran.

Kali ke-2



Sering ada kali kedua bertemu dengan hal yang sama persoalan yang serupa kepedihan yang tak jauh berbeda kebahagiaan kecil maupun kebahagiaan sempurna.

Tapi kesan yang ditimbulkan dalam hati dan pikiran tak selalu serupa dengan kali pertama. .
Soalan yang sama kan lebih ringan dirasa pabila dilakoni dengan upaya sekuat daya dan penerimaan yang sebenar penerimaan.

Kepedihan yang tak sama takkan menorehkan luka sedalam tadinya, tubuh dan hati semakin kuat dan tabah melakoninya, melaluinya.

Hai jiwa-jiwa yang pernah terluka. Kalian punya hak untuk kembali bangkit dan bahagia. Pedih perih kan melembutkanmu. Tak hanya melembutkan namun juga menguatkan. Menjadikanmu semakin tangguh dan tegar. .
Kalian berhak merasakan kesempatan ke-2, yang Sama indahnya dan tak kalah manisnya

Jangan Asem