Hari Sabtu 16 hari yang lalu, pukul
empat sore aku menjemput Sakha di rumah teman-nya, yang berjarak sekitar 5 Km
dari rumah. Waktu hendak naik ke atas motor, kulihat seekor
nyamuk gendut menempel di lengan kirinya tepat di sebelah siku. Tampak jelas semburat merah di tubuh
belang-belang si nyamuk yang tampak terus asyik menghisap darah meski
Sakha mengayun-ayunkan tangannya.
Gemas, kutepuk makhluk penghisap darah itu yang tak sanggup lagi menghindar karena kegendutan. Plak ! dan bau anyir darah tercium saat kudekatkan tanganku ke wajah untuk memeriksa hasil buruanku.
Gemas, kutepuk makhluk penghisap darah itu yang tak sanggup lagi menghindar karena kegendutan. Plak ! dan bau anyir darah tercium saat kudekatkan tanganku ke wajah untuk memeriksa hasil buruanku.
Sepanjang perjalanan pulang,
bayang-bayang nyamuk loreng bertubuh penuh darah hasil hisapan dari tubuh Sakha
menghantuiku. Aku berusaha mengenyahkan
pikiran bahwa itu adalah nyamuk Aides aigepty, tapi sungguh jelas di benakku
nyamuk yang tadi kutepuk berujud seperti ini.
Gambar diambil dari sini |
Ampun, ini musim hujan, anakku digigit nyamuk loreng di jam operasi Aedes aegypti (8-9 pagi atau 15-16 sore). Aku khawatir, nyamuk penggigit anakku membawa serta virus DHF dan memaksakannya masuk ke dalam tubuh kecil putri kesayanganku. Teringat aku saat kecil saat pernah dua kali kena DBD di usia 5 dan 11 tahun. Saat TK aku sampai mimisan dan harus opname di Rumah Sakit Tentara beberapa hari, kali kedua kena aku bahkan sampai mimisan, muntah darah dan menginap lagi di Rumah Sakit Umum selama 5 hari. Aku tidak ingin anakku merasakan apa yang pernah kurasakan.
Tapi bagaimana…anakku sudah digigit
vektornya. Menyegarkan ingatan aku
browsing lagi tentang DHF/DBD pada anak, berupaya mencari jalan untuk mencegah
jangan sampai anakku kena DBD.
Ah, nasi sudah menjadi bubur…yang
bisa kulakukan di hari-hari berikutnya adalah menunggu masa inkubasi berakhir
sambil terus mengamati perubahan sekecil apapun pada Sakha yang mengarah ke
gejala DBD.
Kubujuk Sakha untuk meminum air lebih banyak dari biasa, makan dalam porsi yang kulebihkan dari porsinya semula, memintanya istirahat lebih lama dari biasanya, dan (tiap ada kesempatan) memegang dahi dan badannya memastikan tak ada peningkatan suhu badan. Pagi hari sebelum berangkat sekolah, sore hari sepulang sekolah, tengah malam saat Sakha tidur, kupantau terus suhu badannya.
Kubujuk Sakha untuk meminum air lebih banyak dari biasa, makan dalam porsi yang kulebihkan dari porsinya semula, memintanya istirahat lebih lama dari biasanya, dan (tiap ada kesempatan) memegang dahi dan badannya memastikan tak ada peningkatan suhu badan. Pagi hari sebelum berangkat sekolah, sore hari sepulang sekolah, tengah malam saat Sakha tidur, kupantau terus suhu badannya.
Sepanjang masa inkubasi ini aku hanya
bisa memasrahkan pada Allah SWT, sang maha yang mengusai segala kejadian yang
hanya dengan ijin-Nya segala sesuatu akan terjadi. Setetes air pun akan membeku ketika Allah tak
menghendaki si air menetes. Jadi
kulupakan segala ilmu etiologi, epidemiologi penyakit dan tetek bengeknya.
Di luar doa rutin (dan standar yang kuminta dalam sujudku), aku berbisik-bisik dengan permintaan khusus, memohon agar Allah menjauhkan Sakha dari penyakit yang bisa jadi dibawa nyamuk yang menggigitnya sabtu itu.
Di luar doa rutin (dan standar yang kuminta dalam sujudku), aku berbisik-bisik dengan permintaan khusus, memohon agar Allah menjauhkan Sakha dari penyakit yang bisa jadi dibawa nyamuk yang menggigitnya sabtu itu.
Enam belas hari telah berlalu, Alhamdulillah... Allah
mengabulkan doa spesialku.
Terus sehat ya, Nak….Ibu
mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar