Ini cerita sudah lamaaaa
banget pengen kutulis dan kubagi, tapi ada saja yang membuat tidak kesampaian.
Cerita tiga bulan lalu saat Sakha PKL ke Bringharjo dan Lottemart, ini
adalah PKL untuk anak-anak agar bisa membandingkan antara pasar tradisional dan
modern.
Seperti biasa, Sakha selalu antusias
mengikuti kegiatan di luar.
“Ibu mau kubelikan apa?” tanyanya beberapa
hari sebelum berangkat.
Anak-anak memang diperkenankan membawa bekal dengan jumlah
nominal maksimal 50 ribu rupiah.
“ Mhm….apa ya, bawang merah aja ya” jawabku
tiba-tiba teringat persediaan bawang merah yang menipis.
***
Selasa, Hari PKL Sakha
Sepulang sekolah Sakha berbagi hasil
belanja.
Akhsan, Abbad dan Sakha
masing-masing mendapat satu set penggaris (yang terdiri dari satu penggaris
lurus 15cm, dua penggaris segitiga dan satu busur derajat).
Warna biru untuk
Akhsan, warna coklat untuk Abbad dan warna pink untuk Sakha.
Selain itu Sakha juga membeli satu lusin
pensil yang dibagi untuk adik-adiknya masing-masing tiga buah dan sisanya
disimpan untuk Sakha sendiri.
“Beli apa lagi?” tanyaku berharap mendapat
sekantong bawang merah
“Aku belie s krim dan coklat sudah kumakan
disana, dan aku beli ini untuk Ibu” Sakha mengangsurkan benda kecil dalam
genggamannya.
Ketika genggaman kecil itu terbuka, ada
sebuah kalung dengan liontin huruf A
“ A, untuk Anjas” Katanya menirukan
sepotong dialog dalam ‘Hafalan Shalat Delisa’
Tiba-tiba saja, ada gelombang kecil di
mataku yang susah ditahan dan rasanya hampir tumpah keluar.
“Terimakasih, Kak” Kuterima kalung itu
sambil kupeluk dan kucium kedua pipi Sakha menyembunyikan keharuanku.
Ah, oleh-oleh dari sulungku ini membuatku
tersenyum di sepanjang sisa hari itu.
Kalung dari Sakha tidak kukenakan di leher,
kusulap menjadi gelang dengan melingkarkannya tiga kali di pergelangan tangan
kiriku.
“Kenapa tidak dipakai di leher, Bu?” Tanya
Sakha
“Ibu lebih suka di pakai jadi gelang, Ibu pengen bisa lihat terus
pemberian Kakak…kalau dipakai di leher, ibu cuma bisa lihat di rumah sambil
ngaca…tapi kalau dipakai di tangan kan bisa dipandang sewaktu-waktu” Jawabanku
menyenangkan Sakha dan dia memberikan hadiah tambahan berupa peluk dan cium
untukku.
***
Seorang teman bertanya
ketika melihat gelang baruku “Wah, gelang baru, emas putih ya Mbak?”
Senyumku mengembang dan
menjawab...”Ini lebih berharga dari sekedar emas permata...ini gelang cinta”
Sakha, anakku, perhatianmu….sungguh meluberkan
kebahagiaanku
Mengharukan...
BalasHapusnganggo mbrebes mili ra, le terharu?
BalasHapusthank you for nice information
BalasHapusvisit our website : https://journal.uhamka.ac.id/index.php/rektek/index