Jumat, 18 Januari 2013

50 TAHUN LAGI

Sekarang atau lima puluh tahun lagi
Ku masih akan tetap mencintaimu
Tak ada bedanya rasa cintaku
Masih sama seperti pertama bertemu


Itu potongan lagu yang dinyanyikan Yuni Shara (feat Rafi Ahmad)
Tentu saja aku tidak nge-fans dengan salah satu atau pun keduanya

Hanya ingin menuliskannya saja, membayangkan jika lagu itu dinyanyikan Ibu dan Bapakku. Beliau berdua merayakan 50 tahun pernikahan di bulan Agustus tahun 2012 lalu.


Bukan perayaan besar, kami sekeluarga berkumpul bersama. Kakak ke-3 menjadi pembawa acara (MC sepanjang masa). Dibuka dengan bacaan ayat suci Alqur'an oleh cucu ke-7 dengan saritilawah cucu ke-13. Dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh cucu ke-6. Sebenarnya aku yang membuat puisi itu, tapi aku tidak menyimpannya jadi tak bisa kutulis disini.

Yang pasti saat puisi itu dibacakan, kami menyusut air mata diam-diam.  Keponakanku itu membaca dengan sungguh-sungguh penuh perasaan.  Puisiku yang biasa-biasa saja jadi begitu menyentuh perasaan ketika dibacakan gadis kecil putri kakakku.

Buat aku sendiri yang baru mencicipi dunia pernikahan 9 tahun, bersama lima puluh tahun itu juara dan istimewa. Aku yakin Bapak dan Ibu pernah mengalami masa pasang dan surut, toh itu hal yang lumrah dalam rumah tangga. Melihat beliau berdua sekarang ini...rasanya, campur aduk

Aku bersyukur dilahirkan dalam sebuah keluarga besar yang hangat

Bapak yang tegas dan disiplin, mendidik dengan mencontohkan.  Bapak itu well prepared, jika akan bepergian pasti sudah menyemir sepatu malam sebelumnya, dan siap tiga puluh menit (bahkan lebih lama dari itu ) sebelum jam kesepakatan. Membuat keder kami yang masih pontang-panting belum ini-belum itu.  Kalimat-kalimat keras bapak adalah nasehat hidup yang membekas dan membentuk keberadaanku saat ini. Aku ingat ketika pertama kali bekerja, mendapat teguran keras dari supervisor (aku sih tenang-tenang saja waktu itu karena merasa benar). Seorang kawan bertanya kenapa aku begitu tenang, aku jawab "Bapakku lebih keras dari dia kalo bicara"

Terimakasih Bapak, telah menguatkan mentalku menghadapi situasi semacam itu.

Satu hal yang kuingat adalah ketika aku pertama kali bekerja, di luar provinsi, di medan yang sulit berbukit, ketika pulang seorang kakak 'mengasihaniku' dan bertanya aku yakin akan meneruskan pekerjaanku. Yang Bapak katakan adalah "Kabeh ki tergantung sing nglakoni, sing nyawang abot nanging sing nglakoni entheng yo rapapa"

(Berat atau tidaknya suatu pekerjaan tergantung yang menjalani, bukan orang lain yang memandang)

Dan aku selalu belajar terus  menanamkan dalam hatiku bahwa semua yang kuhadapi pasti akan sanggup kupikul, bukankah Allah memberikan beban pada hambanya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Ibuku, adalah perempuan yang sangat istimewa. Ibu pintar, mengajariku banyak hal. Dari pengetahuan sampai ketrampilan perempuan. Ibu sangat sabaaaaaar....sangat menghargai pilihan hidup anak-anaknya.  Ibu begitu mengenal aku dan semua kakakku, ibu memahami kami...
Pokoknya Ibu luar biasa....

Aku dan saudara-saudaraku, menjadi saksi perjuangan cinta beliau berdua.  Kami bersaudara yang semua pernah mengalami fase keras kepala, sok tau, dan semaunya sendiri...aku yakin menyimpan kekaguman yang sama untuk Bapak dan Ibu.

Bapak-Ibu....50 tahun !

Sepertinya lirik :

Tak ada bedanya rasa cintaku
Masih sama seperti pertama bertemu


Tidak terlalu tepat untuk Bapak dan Ibu
Karena aku yakin rasa cinta itu telah berkembang menjadi luar biasa saat ini.


 






2 komentar:

  1. Memang Njas pelajaran yang kita petik dari kedua orang tua adalah kekal sepanjang masa...selalu kita ingat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akur, Mas...semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik utk anak-anak

      Hapus

Jangan Asem