Salah satu kenangan
masa kecilku yang mengasyikkan adalah tiap kali kakak tertuaku yang bekerja di
luar kota pulang membawa oleh-oleh buku.
Iya, buku. Bukan coklat atau kue-kue
yang kutunggu-tunggu, melainkan buku bacaan yang biasanya langsung diserbu aku
dan kakak-kakakku yang ada di rumah.
Mengambil buku pilihan, kemudian saling tukar setelah selesai
membacanya.
Tentu saja di jaman
dulu yang tak semudah sekarang mendapatkan buku, kesempatan diberi oleh-oleh buku
tidak datang setiap waktu, Setahun sekali atau dua kali mendapat oleh-oleh buku sudah menjadi
sesuatu yang membahagiakan buatku. Syukurlah ada perpustakaan sekolah di SD
inpres dulu, yang tiap kali jam istirahat bisa didatangi untuk membaca. Judul yang masih kuingat sampai sekarang
adalah cerita tentang masa kecil Adam Malik salah satu wakil presiden RI dan Petualangan di Hutan Rahasia yang membuatku
ingin pergi bertualang.
Saat semua koleksi di
perpustakaan sekolah sudah kubaca habis kutanyakan kepada guru apakah akan
datang buku baru untuk perpustakaan yang hanya dijawab dengan gelengan
kepala. Sampai aku lulus kelas
enam, koleksi buku tidak bertambah dan hanya itu saja.
Jadi, sekarang ini
jika aku pergi keluar kota, oleh-oleh yang kubawa pulang untuk anak-anakku juga
buku. Sesuatu yang pasti akan mereka
terima dengan mata berbinar, kecupan terimakasih, lalu sunyi karena kemudian
mereka akan asyik dengan bukunya masing-masing.
Tapi tak semua anak seberuntung aku bisa mendapatkan akses membaca buku, bukan hanya dahulu, sampai sekarang pun buku masih menjadi barang mewah untuk anak-anak di banyak wilayah.
Menurut penelitian yang dilakukan UNESCO pada tahun 2016 terhadap kebiasaan membaca pada 61 negara di dunia, Indonesia menduduki peringkat ke-60, hampir nomor buncit.
Salah satu penyebab rendahnya minat baca dan kebiasaan membaca adalah kurangnya akses. Bagaimana mau membiasakan membaca jika buku untuk dibaca saja tak terjangkau.
Makanya, selalu salut dengan orang atau lembaga yang peduli dengan upaya mendekatkan buku kepada anak-anak.
Ketika aku membaca berita tentang distribusi buku bacaan untuk anak-anak di desa Tangma, Distrik
Tangma, Kabupaten Yahukimo, Papua yang dilakukan PT. Freeport Indonesia, ada
rasa haru dan harap.
Gambar diambil dari sini
Haru, tentu karena
masih terbawa melankoli masa kecil dulu.
Membayangkan binar bahagia di mata anak-anak yang membuka bungkusan
buku, memilih judul, membuka lembaran demi lembaran, memuaskan dahaga
keingintahuan dengan membaca dan membaca.
Harapan besar agar
sulitnya medan yang dilalui untuk mengantar buku untuk anak-anak, lunas
terbayar dengan antusiasnya anak-anak membuka cakrawala mereka, memantik
keingintahuan mereka untuk membaca lebih banyak lagi. Memberikan mimpi kepada mereka dan menantang
anak-anak untuk meraih mimpi itu asal mereka mau berusaha lagi dan lagi
Gambar diambil dari sini
Berharap agar
kontribusi Freeport untuk masyarakat ini akan kita petik hasilnya nanti. Tentu dengan banyak kontribusi lain yang
dilakukan PT. Freeport bisa menjadi bentuk sumbangsih bagi negeri, selengkapnya
bisa dibaca di https://ptfi.co.id/.
Apalagi ketika membaca
lebih lanjut kalau upaya mendekatkan buku bacaan untuk anak-anak akan
dilanjutkan ke wilayah-wilayah lain di Papua. Akan semakin banyak anak yang
akan merasakan asyiknya membaca, serunya berpetualang dan mendapatkan hal-hal
baru yang sebelumnya mereka tidak tahu. Akan semakin banyak tunas-tunas bangsa
yang bersemi dengan banyak pengetahuan di benak mereka, pengetahuan yang akan
memotivasi mereka melakukan yang terbaik untuk diri dan sekitarnya.
Banyak orang besar
yang ketika ditanya, bagaimana mereka bisa menjadi sebesar saat ini, menjawab
jika mereka mendapatkan inspirasi dari buku yang pernah mereka baca di waktu
kecil, kemudian menjadikan membaca menjadi kebiasaan positif yang terus
dilakukan sampai menjadi orang yang berhasil.
Iya, kita tak kan
pernah tahu, dari lembaran buku mana yang dibaca akan ada suatu hal yang bisa membuka pikiran untuk melakukan
hal-hal luar biasa dan mengubah hidup anak-anak, orang di sekitarnya,
lingkungannya, juga untuk bangsa dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar