Pekan lalu istri mantan kepala kantorku menelpon, meminta aku menuliskan kesan untuk almarhum suaminya. Tulisan itu akan digabung dengan tulisan yang lain dalam rangka membuat buku kenangan tentang almarhum.
"Tidak perlu banyak-banyak, tapi jangan yang biasa-biasa saja ya" Pesan sang Ibu
Aku menjawab telpon dengan gugup dan tak bisa bertanya lebih jauh "mengapa saya?" karena sang Ibu mulai terisak ketika mengatakan akan meng-sms kan email putranya tempatku mengirim hasil tulisan nanti.
Berselang dua menit telpon ditutup, masuk sms dari sang ibu berisi akun email dua putranya.
"Nggih, Bu. Saya usahakan ASAP" balasku waktu itu
Sepuluh menit di depan monitor, layarnya masih bersih. Banyak yang ingin kutuliskan, tapi mana yang harus kupilih untuk menjadi tulisan ringkas sesuai permintaan.
Akhirnya kucoba menuliskan ini
MENGENANG
BAPAK KAMI
Mengingat Bapak, selalu perlu jeda beberapa waktu menghela
nafas panjang untuk menahan air mata
yang menyeruak mengaburkan pandangan.
Kesedihan memang bisa pupus, namun rasa kehilangan selalu menyisakan
ruang. Rasa kehilangan itu masih terasa, kehilangan sosok seorang Bapak yang
mengayomi dan melindungi. Ya, Bapak
tidak saja menjadi pimpinan dalam institusi, namun juga memberikan perhatian
luar biasa kepada anak buah layaknya seorang Bapak kepada anak. Perhatian yang detil
dan tulus, Beliau beserta Ibu berkenan hadir meluangkan waktu untuk menyaksikan
karyawan yang naik pelaminan, menjadi saksi karyawan yang mantu, ataupun menengok
anak buah yang mendapatkan momongan. Tak jarang ketika seorang teman sakit, dan
kami menengok ke rumah sakit, ternyata bertemu Bapak yang sudah mendahului disana.
Mengingat Bapak,
membuat kami berusaha untuk mencintai Ilmu sebagaimana beliau mencontohkan. Beliau mendorong kami untuk terus belajar
dari mana saja, dari siapa saja, dan tekun mendalami sesuatu . “Jangan hanya
tahu banyak hal tapi sedikit-sedikit, lebih baik menekuni sesuatu sampai
menjadi ahli dalam bidang itu” pesan Beliau kepada kami.
Salah satu yang mengesankan adalah ketekunan Beliau membuat
catatan kecil hal-hal penting dan menarik hasil bacaan beliau. Catatan-catatan itu sering beliau bagi kepada
kami dalam berbagai kesempatan, pada saat apel rutin, pembukaan pertemuan atau
ketika sekedar berbincang. Catatan sederhana yang sarat makna, dan seringkali
mengena benar dengan kondisi hati maupun pekerjaan kami.
Mengingat Bapak, adalah mengingat sejarah. Hal lain yang juga
beliau ajarkan kepada kami, “Jangan pernah meninggalkan sejarah, karena sejarah
berjalan terus dengan kehidupan kita”. Kecintaan beliau akan sejarah ini Beliau
ujudkan salah satunya dengan menyusun buku ‘B/BTKL Dari Masa Ke Masa’. Pada
saat proses pengumpulan bahan dan referensi, kami semula bingung mencari
referensi tentang B/BTKL yang sudah ada sejak jaman dahulu, sampai kemudian Bapak
memberikan satu berkas tebal berisi berbagai surat keputusan yang dengan tekun
Beliau kumpulkan dan simpan sejak tahun 1978.
Dalam pengantar buku itu Bapak menuliskan “Dengan membaca atau
mempelajari sejarah, kita seolah-olah dibawa bertualang menembus dimensi ruang
dan waktu untuk menyaksikan peristiwa yang jauh dari kita”. Contoh nyata Bapak teladan-kan untuk
mencintai sejarah, tidak hanya sekedar untaian kata namun Beliau memberikan
buktinya.
Mengingat Bapak, bagaimana beliau mengajarkan kami untuk
menghormati dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Di akhir masa jabatan beliau, dalam kondisi
tubuh tidak sebugar sebelumnya, beliau masih memikirkan untuk membuat surat
pamit kepada kolega. Sebuah bentuk
kesopanan yang luar biasa dicontohkan kepada kami, baik sebagai individu maupun
sebagai pejabat.
Mengingat Bapak, seperti melepas keberangkatan kapal
api. Kami duduk di pinggiran dermaga,
melambaikan tangan sambil menyusut air mata. Namun sesungguhnya, Bapak tidak
sebenarnya pergi, Bapak pulang menuju tempat yang lebih indah di sisi-Nya.
“Sugeng kondur Bapak Maryadi Broto Suwandi”
Empat hari setelah telpon itu, kukirim file tulisan.
Dua puluh menit setelah ku klik tombol send, sang Ibu mengirim pesan
"Terimakasih Bu Anjas, saya sedang baca tulisannya sambil nangis"
Dan air mataku turun beruntun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar