Selasa, 26 Juli 2016

Bully, Jaman Dahulu Kala



Ini masih ada gandeng renteng dengan cerita usai reuni kemarin. 

Beberapa teman tak bisa hadir saat reuni,  sebagian karena jadwal mudik yang tidak pas karena memang kalo lebaran pasti agenda berkunjung ke rumah saudara itu full banget kan ya.

Etapi dari kabar bisik-bisik, ada yang tak hadir karena ‘tak terjangkau’.  Tak terjangkau ini bukan karena dia tidak bisa dihubungi loya.  Orangnya ada, tapi tak terjangkau karena tak bisa diajak komunikasi.  

Teman yang sempat bertemu dan menyapa, diabaikan dantidak ditanggapi  Kabar bisik-bisik lagi katanya dia menderita ‘mentally ill’ .

Emmm, aku belum pernah sekelas sih sama dia, baik SMP maupun SMA.  Tapi memang pas SMA itu, anaknya tertutup, pendiam, dan sering jadi bahan guyonan teman-temannya.

Coba mengingat jaman remaja dulu, utamanya SMA ya, saling ejek, guyon, garap-garapan, ganggu, ledek, itu makanan sehari-hari.  Dan Kayaknya semua menjadi korban dan sekaligus pelaku.  Jadi ‘saling’ membully gitu.

Kalo pas kelas olahraga, ada lho anak laki yang dikeroyok teman-temannya, dilepas bajunya (tinggal celana pendek) lalu digotong rame-rame, dimasukkan ruang ganti perempuan lalu ditahan pintunya dari luar. (Halaaah....kelakuan macam apa ini ya)

 Ada yang namanya selalu disebut, disodor-sodorkan ke guru tiap kali ditanya siapa.  Misal....siapa yang berminat ikut lomba? Serempak dijawab "Anuuuuu" (sebut satu nama).  Siapa yang buang sampah sembarangan nih di kelas? Serempak lagi dijawab "Anuuuuu" (Eh dia lagi disebut). Dan masih banyak banget jenis dan cara untuk ngerjain orang saat era saling membully itu berlangsung.

Korban dan pelakunya bergant-ganti, yaitu tadi 'saling membully"
Memang sih, ada juga target korban yang jadi favorit untuk dijadikan bahan ledekan, yang bisa jadi memenuhi kriteria berikut:
1. Pasrah, tidak melawan, tidak marah, biasanya kemudian berusaha menghindari kerumunan anak-anak sadis
2. Cuek, mo diapa-apain juga biar aja. Tetep ketawa-ketawa dan tidak marah juga
3. Bahagia, diledek atau dikerjain kayak apa dia seneng-seneng aja karena kemudian punya alasan untuk melakukan pembalasan yang lebih ajib.
4. Tipe lain yang pada intinya bisa untuk bahan guyonan dan becandaan


Kemarin sempat diskusi juga sama teman via WA soal bully membully jaman sekolah dulu.  Kalo di ingat-ingat apa yang dilakukan saat itu tuh sadis bin jahat.  
Tidak ada alasan yang masuk akal bagi siapapun untuk meledek, menghina, mengerjain orang lain sampai segitunya entah itu dalam koridor bercanda atau series....itu sadiiis.

Etapi para korban itu juga reaksinya bermacam-macam tuuuh (mungkin tergantung empat tipe di atas atau tipe-tipe yang lain).  Ada anak yang mengalami hal yang sama tapi tetap aja berkibar bahagia (nampaknya) sampai saat ini. Mungkin dia memang anak yang kuat dan dibekali senjata pamungkas rahasia oleh orang tuanya.

Jadi kesimpulan sementaraku mengatakan:
1. Bully saat usia anak/remaja bisa 'mematikan' karakter di kemudian hari
2. Anak dengan konsep diri positif yang kuat akan menjaga dia dari 'kerusakan' akibat bully dari lingkungan

Jadi PR ku sebagai orangtua itu:
1. Membangun konsep diri positif dan kuat untuk anak
2. Ajarkan anak untuk tidak menjadi pelaku 'bullying' dan berani membela teman yang jadi objek 'bully'

Dengan doa khusyuk #Semoga dimampukan


2 komentar:

  1. setujuh mba anjas....tapi yo angel ya kayaknya....jare aku lo ..hehehe

    BalasHapus
  2. Iya Dik Yayuk, makane dadi PR ben isa digarap bareng2 he he he

    BalasHapus

Jangan Asem