Tulisan ini sebelumnya draft tertanggal 10 September 2015, catatan yang setengah jadi kubuat hampir dua tahun yang lalu. Kuteruskan hari ini karena ...pengen aja heu heu
------*****------
Ini cerita soal makan, juga cerita soal kerja, kegigihan dan daya juang
Aih, tampaknya akan jadi bahasan yang berat. Kalau nanti terlalu berat untuk dilanjutkan, bisa jadi akan berakhir di folder draft menyusul tulisan lainnya. Hmmmm.... (dan ini beneran terjadi, ngendon di draft hampir 2 tahun)
Baru lulus kuliah, tempat kerja pertamaku adalah sebuah international NGO. Kurang lebih tiga bulan di Gunung Kidul, lalu ditempatkan di Pacitan.
Singkat kata setelah sekitar semingguan gitu aku di Pacitan, kami satu tim (4 orang) makan bareng di sebuah warung makan. Aku satu-satunya perempuan, dan salah satu yang makan bersama adalah team leader a.k.a supervisorku.
Kalo soal makan ya, kamusku saat itu cuma mengenal dua rasa yaitu enak dan enak banget. Porsi makanku juga cuma dua pilihan yaitu banyak atau banyak banget (Sekarang belum berubah juga kamusnya).
Tentu saja kesempatan makan gratis ditraktir kumanfaatkan sebaik mungkin. Pilih menu, pesan, makan dengan tekun lalu ludeees.
Waktu menyelesaikan makanku hampir berbarengan dengan pak team leader. Lalu sambil menunggu yang lain selesai makan, bapak itu ngomong ke aku dengan agak bisik-bisik
"Cepat makannya, Mbak Anjas", katanya sambil melirik piringku yang licin bersih
"Lapar, Pak", jawabku malu
"Saya mengamati, kebiasaan kerja orang itu sama dengan kebiasaan makan nya. Ini pengalaman saya bertahun-tahun dan sudah terbukti" Kata beliau sambil manggut-manggut
Aku hanya diam saja sambil senyum-senyum masih malu.
Pikirku waktu itu beberapa alasan kenapa bapak itu ngomong semacam itu ke aku:
- Menghibur aku. Melihat aku makan banyak dan super cepat yang tidak lazim buat perempuan dan ketika beliau basa-basi menegur aku mungkin aku tampak malu sekali sehingga dihibur sedemikian rupa dengan kalimat selanjutnya
- Doktrin kerja. Sebagai anak baru, beliau ingin menanamkan bahwa aku diharapkan kerja banyak dan selesai dengan cepat tanpa menyisakan pekerjaan. Licin tandas seperti piringku yang tak ada bersisa satu butir nasi pun
Eternyata ya...bapak itu banyak benernya lho.
Banyak kali model orang makan. Ada model orang yang (bukan karena alasan kesehatan lho ya), suka pilih-pilih menu makanan, menyisakan banyak makanan meski dia ambil sendiri itu makanan, menyisih-nyisihkan bagian dari hidangan ke pinggiran piring, mengunyah-ngunyah dengan segan, makan sambil mengerjakan hal-hal lain yang memperlama proses makannya.
Dan setelah dicocokkan antara kebiasaan makan dan kebiasaan kerjanya kok ya banyak yang cocok..hmmmm.
Oiya, sekarang aku agak berubah juga kebiasaan makannya. Makan cepat dan tak bersisa masih kulakukan sih...tapi sekarang makan tak bisa sebanyak dulu, mulai tidak mengambil makanan kalo sekiranya tidak terlalu suka, dan seringkali menunda makan.
Kok ya sepertinya sekarang dengan pekerjaan ya begitu juga...he he he he.
Kepengenan meneruskan tulisan ini karena kemarin ada teman Abbad yang main ke rumah lalu makan bareng anak-anak.
Abbad yang biasa makan cepat, kalah cepat sama temannya itu (Ini teman di sekolah sepak bola yang dijuluki 'kijang' karena kemampuan lari nya yang lincah seperti kijang).
Percaya nggak teori makan vs kerja ini ?....silahkan mengamati sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar