Jumat, 19 Februari 2021

Jangan Asem

 Selain oseng-oseng dan sop senerek, sayur masakan ibuk jaman kecil yang melekat di ingatan adalah jangan asem.

.
Mungkin biasa buat orang lain, tapi buat ku... Jangan asem ibuk itu juaraaa.
.
Kacang panjang, kacang tanah, jagung manis, terong, jipang yang tingkat kematangannya pas, tak lupa godhong so yang bikin sedep.
.
Oiya, kecutnya asem jawa dan blimbing wuluh, dipadu ceplusan lombok ijo yang dipotong kasar, tak ketinggalan miri dan sedikit trasi yang bikin kuahnya itu... Sedep... Seger...
.
Ah, mereplikasi masakan ibuk tak pernah sempurna seperti rasa saat itu. Tapi lumayan bikin yem-yem tamba kangen.

Pandemi

 Mari kita cerita tentang tujuh bulan belakangan ini.


Bukan saja tentang rambut yang lama tak mampir ke barber shop dan pipi yang semakin chubby.
.
Bukan saja tentang rindu tak bertemu keceriaan bermain di halaman sekolah berlarian berkejaran. Belajar rasa bermain bersama teman-teman.
.
Tapi juga tentang bagaimana saling menguatkan dan bertahan, mengatur ritme mencegah kebosanan menatap layar, belajar di masa yang belum juga normal.
.

Bukan saja tentang ...
.
Tapi juga bagaimana untuk ....
.

Tujuh bulan ini the Raans banyak belajar tentang kehidupan, kamu juga bukan?

Kamis, 25 Juni 2020

Satu-satu

Senja mengantar dalam diam, mengiringi langkah menyusuri jalan.
.
Tanda bahwa ada antara yang tak terjelaskan, menelisik dalam kalbu menjeda perasaan.
.
Tak semua hal dapat jelas gamblang tergambar, dalam satu waktu dalam satu tatap perbincangan.
.
Bulir embun di sudut kaca meluncur satu demi satu perlahan, begitu pula jalan hidup tiap insan.
.
Pada waktunya dia akan luruh, pada waktunya semua akan terjelaskan.
.
Jalani, nikmati, syukuri.

Menatap senja

Menatap senja kala itu
Ketika mata tak bisa sejalan dengan bibir.
Senyum yang disunggingkan, terpatahkan desakan bulir air mata yang luruh begitu saja.

Kambing Pengganti Untuk Di



Sebulan berlalu sejak Di kehilangan seluruh wedhus gembelnya. Selama itu setiap hari Di tetap berjalan ke sawah-sawah mengepit kayu kecil panjang di ketiak dengan bagian perutnya menggembung tempat menyimpan bekal. Di tetap berangkat pagi dan pulang petang menyusuri sawah dan pematang.

Ibu Di seorang janda tua tak berdaya melihat kondisi anaknya.

Kemudian Pak No, orang terpandang di kampung sebelah rupanya jatuh iba. Dibelinya sepasang kambing jawa untuk Di, dipesankan kepada Di untuk menjaga dan merawatnya baik-baik.
Di menerima pemberian Pak No dengan mata berbinar, mengangguk dalam-dalam saat Pak No berpesan sambil menepuk-nepuk punggungnya.

Memang Di bertangan dingin, enam bulan kemudian sepasang kambing sudah bertambah menjadi lima.
Di memang nampak bahagia, namun caranya menatap orang menjadi berbeda, atau itu hanya perasaanku saja, menebak-nebak jalan pikiran Di.

Di menyingkir tiap kali ada orang mendekatinya, hanya dengan Pak No saja Di mau bersalaman dan mengangguk dalam-dalam, apapun yang beliau katakan.

Petang tadi kembali terdengar keributan, ibu Di menangis sesenggukan di samping rumah sederhana mereka. Sudah tak sanggup lagi harus berbagi ruang dengan lima kambing peliharaan Di.
Cara lembut meminta Di mengurung kambing di kandang tak dituruti, ibunya menangis pun Di seakan tidak peduli.

Mbok Pah, janda tua itu terseok-seok menuju rumah Pak No, meminta bantuan, lebih tepatnya minta pertanggungjawaban.
.
Sementara tamat

Di

Kami biasa menyebutnya 'Di', iya...hanya 'Di' tak tahu nama lengkapnya, semua orang yang kutahu menyapanya 'Di'.
.
Ah, sebenarnya tak tepat juga kata menyapa, Di tak pernah nampak ngobrol dengan siapa-siapa, dia sibuk menggembala wedhus-wedhus gembelnya. Menunggu di tepi sawah yang selesai dipanen, tempat piaraannya merumput, sambil mengepit kayu kecil panjang di ketiak dan bagian perutnya menggembung tempatnya menyimpan bekal dibalik baju.
.
Selain kesulitan berkomunikasi, Di rupanya tak bisa berhitung, sejak pertama melihatnya orang akan tahu Di punya kemampuan Yang berbeda. Wedhus gembelnya banyak dan terus beranak-pinak, itulah kelebihan Di, bertangan dingin menjaga ternak.
.
Namun Di tak pernah berhitung, berapa wedhus yang digembala, berapa yang pulang bersamanya. Suatu pagi buta aku pernah menemukan seekor anak wedhus terperosok di sawah depan rumah, kuminta suami menanyakan ke orang-orang sebrang dusun, rupanya itu anak wedhus Di, tertinggal saat perjalanan pulang dan Di tak menyadarinya.
.
Sore tadi ada keributan, Di berlari-lari kebingungan, tak ada suara, hanya nampak mukanya panik tak terkira.
.
Di tidak menemukan semua wedhusnya, padahal jelas-jelas dia menggembalakan serombongan di sawah habis panen selatan musholla. .
Di hanya ingat, seorang laki-laki paruh baya menyapanya dengan ramah, memberinya es teh dalam gelas plastik yang segera dihabiskannya.
.
Samar-samar Di ingat, kemudian datang sebuah mobil bak terbuka, lelaki ramah tadi menghalau semua wedhusnya masuk kesana.
.
Belum tamat

Duduk dan berbincang

Duduk dan berbincang
Berdiri dan berbincang
Rebahan dan berbincang
Tentang apa saja
Hal remeh temeh sederhana
Terkadang tentang harapan dan cita-cita.
Juga mengapa ada hal yang boleh atau sebaliknya tidak layak dilakukan
Diskusi kecil yang kadang memeras otak ibuk untuk menjawab pertanyaan dengan bahasa sederhana dan tidak memunculkan pertanyaan susulan.
Cerita bersama yang seringkali berujung ketawa cekakakan namun tak jarang air mata teruraikan .
Sejatinya....bercerita, nguda rasa, menghaluskan perasaan, menguatkan ikatan, menabung kenangan.

Jangan Asem