Sudah sejak di Taman Kanak-Kanak Abbad bilang ingin ikut olahraga
beladiri, karena Sakha sudah les renang dan Akhsan ikut sekolah sepakbola. Mencari-cari tempat les beladiri di sekitaran
rumah kok belum dapat informasi, jadi untuk menyalurkan hasrat olahraga-nya,
Abbad kami ikutkan les renang sepekan sekali.
Namanya cuma sepekan sekali ya, beda dengan Sakha yang belajar renang
sepekan tiga kali jadi cepat lancar dan bisa empat gaya dalam hitungan
bulan. Abbad ini kok berbulan-bulan gak
signifikan perkembangannya, selain karena frekuensi yang hanya sepekan sekali
dan itu pun sering bolong kalau kami ada acara di akhir pekan sehingga Abbad
gak berangkat renang. Jadi begitulah.
Awal masuk kelas satu ada alternatif tempat latihan beladiri di Janti
(gak terlalu jauh dari rumah), Aikido Jogja.
Kucari tahu tentang beladiri ini, filosofinya keren. Suamiku mencoba menghubungi kontak yang
tertulis di brosur yang kami dapat (ternyata suamiku kenal kontak person ini di
urusan pekerjaan). Kelas anak jadwalnya
Sabtu sore dan dibatasi 20 orang,
sehingga anakku masuk dalam daftar tunggu ke-2, yang akan dihubungi jika ada
anak yang tidak aktif latihan.
Jadi, tiap kali Abbad bertanya kapan dia mulai latihan aikido, kami
jawab “Tunggu SMS, Ya”. Sebulan lebih
sms tak kunjung tiba, berarti kuota 20 ini masih terpenuhi, tidak ada anak yang
keluar atau mengundurkan diri.
Suatu sore, Abbad dan Bapak bertemu seorang anak laki-laki berbaju
karate di swalayan dekat rumah. Usai
membayar di kasir, ditanyailah anak itu tempat latihannya di mana, jadwalnya
kapan dll. Ternyata ada tempat latihan
karate yang lebih dekat lagi dari rumah, di Dojo Samawi. Lokasinya di utara gedung Jogja Expo
Center. Jadwal latihannya pun
bersahabat, yaitu Selasa dan Sabtu sore.
Akhirnya Abbad mulai berlatih karate, Sakha pengen ikut
juga karena les renangnya sudah berhenti dan kami pikir bisa lah menjadi
pendamping dan penyemangat Abbad. Benar
saja, Sakha belajar dengan cepat dan oleh senpei-nya diminta mengajari Abbad di
rumah. Jadi, Sakha mengunduh video
karate dari youtube dan rajin berlatih dengan Abbad di rumah. Abbad yang menjadi anak paling kecil di
dojo-nya, tampaknya menjadi kesayangan teman-temannya. Wajahnya yang lucu dan umurnya yang paling
muda membuat dia mudah dikenali, sering disapa dan digoda hehehe. Untungnya Abbad oke-oke saja dan menikmati
latihan demi latihan. Latihan rutin di
dojo dengan puluhan teman yang semuanya lebih besar, latihan bersama di Sleman dengan
ratusan orang, latihan intensif sepekan full di kampus UIN, dan akhirnya ujian
sabuk di aula STPN Yogyakarta.
Sabuk putih Sakha dan Abbad sudah berganti jadi
warna kuning sekarang, keduanya masih bersemangat untuk terus olahraga.
Sakha menetapkan target untuk dapat sabuk hitam ....Oke...Sehat terus
dan semangat terus ya, Nak !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar