Ini cerita saat potong sapi Idhul Adha kemarin.
Mengekor Bapaknya di musholla dekat rumah, anak-anak mengikuti proses penyembelihan dan rangkaiannya (menguliti, membersihkan dan memotong-motong).
Anak-anak, dengan keingintahuannya yang besar, meski ini bukan kali pertama mereka mengikuti proses yang sama, tetap ingin berada di deret paling depan agar bisa menyaksikan dengan jelas seluruh proses yang terjadi.
Sakha, dengan semakin bertambahnya usia, mulai tahu mengatur jarak kapan dia harus maju mendekat dan kapan dia perlu mundur memberi ruang untuk orang lain.
Abbad, yang masih kuat pelekatan dengan ibunya, lebih memilih berada di dekatku dan memanjang-manjangkan leher berusaha mengintip apa yang terjadi dari posisi berdiriku.
Akhsan, dengan rasa ingin tahunya, dilengkapi dengan keberanian bercampur dengan keras kepalanya merangsak maju ke depan, sangat dekat dengan posisi sapi terlentang yang sedang dikuliti empat orang bapak tetangga.
Pak X: “ Mundur, Le…..mengko pisoku mlayu lho, kena kowe” (Jawa : Mundur Nak, nanti pisauku lari mengenai kamu)
Akhsan: “ Piso kok iso mlayu, memange nduwe kaki” (Jawa campur-campur Akhsan menyahut)
Pak X nyengir gemes….kemudian menyambung pembicaraan dengan bapak-bapak yang lain soal pisau yang bisa lari jika ketika sedang bekerja terganggu anak-anak.
Sambil nyengir juga, beringsut kutarik Abbad, Akhsan dan Sakha beralih ke utara musholla, mengajak Mbak Muna dan Mbak Nisa memetik rambutan di kebon kosong…..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar