Pada rame soal teguran Pak BY di peringatan hari anak nasional.
Karena sudah banyak yang mengulas, jelas aku 'no comment' aja lah disini
Aku ingin berbagi cerita saja pengalaman belasan tahun yang lalu, waktu masih unyu-unyu....
mahasiswa di UNDIP, Semarang.
Waktu itu ada acara, tak kuingat betul acara dalam rangka apa. Yang masih lekat di ingatan tumplek blek mahasiswa di rektorat, berbaris di lapangan, pake baju olahraga untuk jalan pagi bersama.
Biasalah, pembukaan ada sambutan-sambutan. Ketua panitia dan satu lagi siapa gitu. Aku sudah males aja dengerin sambutan , keburu puanaas.
Sambutan ketiga sekaligus pelepasan jalan sehat dilakukan Rektor UNDIP waktu itu Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.
Sambutan lagiiiiii, sebagian teman udah mulai jongkok bersiap mendengarkan sambutan panjang pak rektor.
Ini sambutan beliau waktu itu:
"Assalamu'alaikum Wr.Wb...Selamat Pagiiii!!!!"
"Selamat berolahraga !"
"Wassalamu'alaikum Wr.Wb"
Sambutan yang disambut riuh rendah tepuk tangan dan sorakan gembira kami para mahasiswa
We love you Prof Eko....terimakasih sudah 'mengerti' kami
Jumat, 31 Agustus 2012
MASIH SOAL BB
Cerita ini masih soal berat badan anak-anak. Ada cerita dibalik acara timbang badan pekan lalu. Akhsan-si tengah yang berat badannya selisih sekilo (lebih sedikit) dari Abbad-si bontot, SEDIH berlanjut dengan MARAH !
Sedih karena dia "kalah berat dari adiknya" dan marah padaku yang menurut Akhsan menjadi penyebabnya.
"Gara-gara Ibu nyuruh aku puasa, jadinya Abbad lebih berat" katanya berlinang air mata
Aku perlu waktu beberapa puluh detik untuk menenangkan diri memilih kalimat jawaban buat Akhsan.
"Ibu sama tante Intan (nama adikku) tua-an siapa, San?" tanyaku
"Ibu" jawabnya masih terisak
"Lebih berat tante lho dari ibu" sambungku berharap kalimat ini menenangkan
"Bapak sama Om Wanto (adik suamiku) tua-an siapa, San?" tanyaku lagi
"Bapak " jawab Akhsan merengut mulai mengerti arah pembicaraanku
"Om Wanto lebih berat lho, dari Bapak" tambahku
"Tapi gara-gara Ibu nyuruh aku puasa jadinya Abbad lebih berat" Akhsan menyerang lagi
"Akhsan itu huueeebaaat lho, puasa kemarin" aku berusaha mengalihkan sambil memutar otak
"Eyang, Simbah, Budhe, Pakdhe, Ustadzah...semua bilang Akhsan hebat kan? " tambahku
"Kalo badannya tidak terlalu berat kan jadinya bisa lincaah....nggocek bola ." pompa ku
............................
Akhsan terdiam, mungkin sedang mengembangkan rasa bangga untuk mengurangi sedihnya
Hari itu, dari pagi saat penimbangan sampai malam harinya masih terlontar dari mulut Akhsan rasa sedih karena berat badannya disalip si bontot.
Beberapa hari setelahnya, masalah berat badan sudah tidak diributkan lagi.
Kebetulan saja, ketika di tempat simbah, Akhsan melihat tayangan TV yang memperlihatkan seorang anak yang kuat mengangkat barbel meski badannya lebih kecil dibandingkan teman seusianya. Mungkin ini juga tambah menenangkan Akhsan
Untuk kali ini aku ucapkan "Terimakasih TV" He...he....
Sedih karena dia "kalah berat dari adiknya" dan marah padaku yang menurut Akhsan menjadi penyebabnya.
"Gara-gara Ibu nyuruh aku puasa, jadinya Abbad lebih berat" katanya berlinang air mata
Aku perlu waktu beberapa puluh detik untuk menenangkan diri memilih kalimat jawaban buat Akhsan.
"Ibu sama tante Intan (nama adikku) tua-an siapa, San?" tanyaku
"Ibu" jawabnya masih terisak
"Lebih berat tante lho dari ibu" sambungku berharap kalimat ini menenangkan
"Bapak sama Om Wanto (adik suamiku) tua-an siapa, San?" tanyaku lagi
"Bapak " jawab Akhsan merengut mulai mengerti arah pembicaraanku
"Om Wanto lebih berat lho, dari Bapak" tambahku
"Tapi gara-gara Ibu nyuruh aku puasa jadinya Abbad lebih berat" Akhsan menyerang lagi
"Akhsan itu huueeebaaat lho, puasa kemarin" aku berusaha mengalihkan sambil memutar otak
"Eyang, Simbah, Budhe, Pakdhe, Ustadzah...semua bilang Akhsan hebat kan? " tambahku
"Kalo badannya tidak terlalu berat kan jadinya bisa lincaah....nggocek bola ." pompa ku
............................
Akhsan terdiam, mungkin sedang mengembangkan rasa bangga untuk mengurangi sedihnya
Hari itu, dari pagi saat penimbangan sampai malam harinya masih terlontar dari mulut Akhsan rasa sedih karena berat badannya disalip si bontot.
Beberapa hari setelahnya, masalah berat badan sudah tidak diributkan lagi.
Kebetulan saja, ketika di tempat simbah, Akhsan melihat tayangan TV yang memperlihatkan seorang anak yang kuat mengangkat barbel meski badannya lebih kecil dibandingkan teman seusianya. Mungkin ini juga tambah menenangkan Akhsan
Untuk kali ini aku ucapkan "Terimakasih TV" He...he....
Kamis, 30 Agustus 2012
2n + 8
Itu rumus
yang kudapat setelah searching tentang berat badan ideal anak dengan umur <
10 tahun. Maklum, mengingat dan menimbang ada satu balita dan dua anak di
rumah. Sulung udah 8 tahun 2 bulan, si
tengah 6 tahun 1 bulan dan bontot 3 tahun 4 bulan.
Marilah
mulai hitung matematika, berapa berat badan ideal untuk anak-anak vs
kenyataannya.
FYI, n =
adalah usia anak dalam tahun dan bulan
Sakha
Ideal =
(2x8,2) + 8 = 16,4 +8 = 24,4 Kg
Kenyataan = 26 Kg
Selisih
lebih =
1,6 Kg
Kelebihan
1,6 Kg sepertinya terkonsentrasi ke pipi Sakha yang masuk kategori tembem, kalo
bagian badan yang lain menurut pandangan mataku Sakha termasuk mungil di antara
teman-temannya (Atau karena banyak temannya yang masuk kategori obes ya?)
Akhsan
Ideal =
(2x6,1) + 8 = 12,2 +8 = 20,2 Kg
Kenyataan = 20 Kg
Selisih
kurang =
0,2 Kg
Kekurangan
0,2 Kg untuk Akhsan mungkin karena efek puasa Ramadhan kemarin. Timbangan itu
hasil sepekan yang lalu, pekan ini pipi Akhsan mulai penuh kembali. Sebenarnya porsi makan Akhsan ini pualiiiiing
banyak diantara tiga bersaudara, bisa jadi Akhsan adalah anak dengan tipe Ektomorf,
yang ramping dengan struktur tulang yang kecil dan bahu serta panggul yang sama
lebarnya dengan ciri khas metabolismenya
sangat tinggi, sulit sekali menaikkan berat badan, makan dalam jumlah banyak
belum tentu mampu membuat berat tubuhnya bisa naik (mirip banget ama mak-nya).
Abbad
Ideal =
(2x3,4) + 8 = 6,8 +8 = 14,8 Kg
Kenyataan = 21 Kg
Selisih
lebih =
6,2 Kg
Wadaaaaw......Kalo
ini lampu kuning deh ! Abbad nihsebenarnya bukan anak yang banyak makan, dia
makan normal 3 kali sehari dengan porsi jauh lebih sedikit dibanding kedua
kakaknya di usia yang sama. Bisa jadi karena bodi Abbad ikut Bapaknya yang kayaknya
bertipe Endomorf, dimana metabolisme berjalan lambat sehingga makan dalam
jumlah sedikit saja sangat sulit untuk bisa menurunkan berat badan, apalagi
jika punya kebiasaan makan dalam jumlah banyak, bisa dipastikan berat tubuhnya
akan naik dengan sangat cepat.
Lampu kuning
ini kayaknya udah disertai bunyi alarm tanda bahaya deeeh.....karena sepekan
ini selera makan Abbad bertambah. Porsi makan nya naik dua kali lipat (menjadi
seukuran normal sebenarnya kalo dibandingkan porsi sebelumnya yang sangat
sedikit). Minum susunya juga naik dua kali lipat, yang semula 4 -5 gelas
(@250ml) sehari sekarang nambah sampe 10 gelas sehari.
Bahkan dua
hari ini menjelang tidur nih, setelah dua kakaknya sudah masuk kamar, sudah
minum susu, sudah rebahan di kamar....Abbad minta makan nasi !!!!
Ketika coba
kualihkan untuk makan buah or yang lain, jawabannya adalah
“Ibu, Aku lapar nasi...bukan lapar apel...!”
Ow....PR
buatku untuk mensiasati pola makan Abbad....jangan sampe kegendutan deh !
Kamis, 09 Agustus 2012
SELAMAT ULANG TAHUN IBU
Pagi lalu kusapa Ibu, mengusap sedikit peluh rindu.
Seingatku sudah hampir 2 pekan aku tak mendengar suara Ibu.
Renyah suara beliau di ujung telpon menjawab
pertanyaanku, “Ibu sehat? Bapak Sehat?”
Lalu beliau balas menanyakan kabar
anak-anak, perkembangan puasa mereka, sekolah anak-anak, kesehatanku dan
kesehatan suamiku.
“Ada kabar apa?” tanya Ibu lagi
“Tidak ada Bu, pengen nelpon Ibu dan mengucapkan selamat
ulang tahuuun....semoga Ibu panjang umur dan mendapat keberkahan dari Allah SWT”
jawabku
Kudengar derai tawa ringan Ibu disana, kubayangkan kedua
mata sipit beliau semakin menyipit...mata yang kuwarisi itu sudah dihiasi
dengan kerutan di ujungnya...penanda usia beliau.
Pastinya pipi ibu yang nyempluk merona mengiringi
tawanya...aduh, aku jadi rindu ingin memeluk beliau.
“Tanggal 7 Agustus to sekarang” Kata Ibu setelah tawanya
berhenti
“Lewat satu hari Bu, ga pa pa ya....” Kataku pelan
“Ya, ya,....makasih ya....semoga Anjas juga diberkahi,
dilimpahi kesabaran merawat anak, diberi rejeki yang cukup dan halal, diberi
kesehatan....”
Dan Ibu berdoa juga untuk anak-anakku dan suamiku.
Doa yang
sangat panjang.....
Mendengar doa ibu aku tak bisa menahan air
mata....
tenggorokanku seperti tercekat, terharu dan malu....
malu teringat
doa super pendek yang kuucapkan untuk Ibu.
Sungguh kasih ibu sepanjang masa.....selamat ulang tahun
ke-70 Ibu....
Aku mencintaimu
Kamis, 02 Agustus 2012
CENDERUNG
Sakha: "Ibu, 'cenderung' itu apa sih?"
Ibu : " Kalimat lengkapnya gimana?"
Sakha : " Orang dengan langit-langit sempit cenderung mendengkur "
Ibu : "Kakak baca buku apa?"
Sakha : "&%>>>" (menyebutkan salah satu nama majalah ensiklopedi anak)
Ibu : "Cenderung itu...- biasanya"
Sakha : "Oooh....jadi Bapak langit-langitnya sempit"
Ibu : " Kalimat lengkapnya gimana?"
Sakha : " Orang dengan langit-langit sempit cenderung mendengkur "
Ibu : "Kakak baca buku apa?"
Sakha : "&%>>>" (menyebutkan salah satu nama majalah ensiklopedi anak)
Ibu : "Cenderung itu...- biasanya"
Sakha : "Oooh....jadi Bapak langit-langitnya sempit"
Langganan:
Postingan (Atom)
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...