Jumat, 19 Oktober 2012

SISA DEMAM EROPA

Ini cerita sudah lama kubuat draft-nya, tapi belum berani ku upload sampai aku yakin pada simpulan alias ending cerita nanti.  Setelah kusimpan tiga bulan, kuputuskan untuk menceritakannya di sini.

Demam piala Eropa sudah reda, digantikan dengan demam piala yang lain.  Piala Eropa tahun ini menorehkan cerita tersendiri bagi keluarga kami.

Ini soal televisi, TV yang sejak aku menikah dengan suami 'sengaja' tidak kami beli....lebih jelas di sini.
Sekarang ceritanya berbeda, di rumah kami ada sebuah LCD monitor yang semula tak difungsikan, saat ini  dilengkapi dengan antena bundar dan perangkatnya yang dikenal dengan istilah TV tuner

Gambar diambil dari sini  dan sini

Ya, di rumah ada TV. Kami akhirnya membeli atas permintaan Akhsan anak keduaku.  Berawal dari saat anak-anak dititipkan ke rumah Budhe di Magelang karena aku dan suami harus pergi ke luar kota pada waktu yang bersamaan, cerita lengkapnya ada di sini.  

Nah, ketika aku mengajak anak-anak pulang ke rumah tidak ada yang keberatan kecuali Akhsan.  Dia tidak mau pulang kalau di rumah tidak ada TV. Hal ini terjadi karena selama di Magelang, Akhsan berpartner dengan Pakdhe-nya nonton Piala Eropa, dan tak mau ketinggalan berita serta melewatkan pertandingan tim favoritnya.

Berunding dengan Bapak dan Kakak Sakha, kami memutuskan untuk membeli TV Tuner dengan beberapa persyaratan :
  1. Digunakan untuk nonton pertandingan sepakbola saja
  2.  Nonton sepakbola malam hari hanya jika pagi harinya adalah hari libur (Sabtu, Ahad atau hari libur lainnya)
  3. Di hari aktif masuk sekolah, jika ada pertandingan sepakbola di malam harinya boleh pagi-pagi cari berita hasil pertandingan di TV yang ada running text-nya
Akhsan menerima syarat itu dan Alhamdulillah sampai saat ini ketiga aturan dituruti anak-anak (khususnya Akhsan) dengan sangat baik.

Sakha justru mewanti-wanti aku dengan kalimat "Ibu, TV tuner ini bukan 'TV' lho Bu... aku pengen tetap pegang rekor di sekolah jadi anak yang tidak punya TV"

Tidak punya TV adalah kebanggan tersendiri untuk Sakha, di sekolah gurunya memberikan pujian untuknya karena tidak punya TV, teman-temannya juga menganggapnya 'hebat' karena bisa hidup tanpa TV.

Jadi teringat potongan lagu yang syairnya di-pleset-kan Sakha

Lagu yang seharusnya berbunyi
Aku punya televisi,  Alhamdulillah
Aku pilih-pilih
Acara yang baik
yang tidak syirik

Diganti menjadi
Aku nggak punya televisi,  Alhamdulillah
Nggak usah pilih-pilih
Acara-acara
Jadi tidak syirik



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem