Tidak ada televisi di rumah adalah kesepakatanku dengan suami sejak awal pernikahan kami (lima tahun yang lalu), kesepakatan ini masih berlaku sampai rapat keluarga memutuskan lain. Sampai saat aku menulis ini (September 2008) aku, suami, sakha-gadis kecilku yang berumur 4 tahun dan akhsan-jagoan gantengku yang berumur 2 tahun, belum membuat kesepakatan baru untuk menghadirkan televisi di rumah.
Banyak teman, kenalan, kerabat, bahkan kakek-nenek yang bereaksi aneh dengan pilihan kami….(menurut mereka kami yang aneh)…
Banyak teman, kenalan, kerabat, bahkan kakek-nenek yang bereaksi aneh dengan pilihan kami….(menurut mereka kami yang aneh)…
Ada seorang teman menanyakan…..”Kalo gak nonton TV, anak-anak hiburannya apa dong?” …Wah…banyak sekali hiburan yang bisa dipilih…baca buku (melihat gambaranya-untuk si kecil), jalan-jalan di sekitar rumah, naik pohon, bersepeda, main di sawah (yang terbentang) di depan rumah, melihat ayam, sapi, bebek dan kambing (tetangga), bercerita…wah…gak ada habisnya aktivitas yang mengasyikkan bisa dilakukan buah hati kita…yang tidak akan mungkin terjadi bila kita “terpaku” di depan TV.
“Kamu ketinggalan berita dong…”…kata temanku yang satu lagi…Wallah, bukannya banyak koran, buku, majalah internet dan lain sebagainya yang bisa “mencerdaskan” kita dibandingkan bombardir gossip dan iklan yang diberondongkan televisi.
Toh anak-anakku masih bisa menonton film pilihan (yang bebas iklan, bebas kekerasan, bebas kata-kata kasar dan bebas yang lain-lain) dengan komputer….ada banyak cara untuk membuat hidup ini berwarna tanpa televisi. Kalo ada yang berkomentar “anakku ga mungkin bisa hidup tanpa TV”…mungkin para orang tua harus jujur menjawab ” Yang tidak bisa hidup tanpa TV itu, anak-anak atau ibu bapaknya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar