Dulu, saat Sakha baru berumur 4 bulan, seorang teman yang mempunyai anak seusia Sakha bercerita kalau suatu pagi saat dia bangun tidur mendapati Lintas (nama anaknya) sudah mandi berbalur BAB-nya.
Saat itu yang ada di pikiranku…”kok bisa?”...
Tidur sambil ngeloni bayi, gerakan kecil Sakha seperti menjejakkan kaki atau berubah posisi saja, sudah membangunkanku dari tidur….
tak terbayangkan bila Sakha sampai BAB di kasur dan aku sampai tidak tahu.
Sampai aku punya dua anak, kejadian mandi BAB tidak dialami Akhsan.
Sampai pada anak ketiga, Si Abbad , hal itu tidak terjadi….setidaknya sampai minggu yang lalu.
Abbad punya jadwal, setiap jam 03.30 – 04.00 pagi, bangun dan BAB.
Biasanya, begitu Abbad bangun dan ekspresi wajahnya berubah..(trust me, aku mengenal ekspresi ketiga anakku dan biasanya bisa menduga apa yang mereka rasakan, yang menyadarkanku sebab kenapa ibuku bisa langsung menebak dengan tepat kapan aku sedang sedih dan kapan aku sedang menyembunyikan sesuatu….sampai sekarang)
Biasanya, aku membawa Abbad ke WC dan me-natur-nya. (natur = bahasa jawa, yang artinya kurang lebih memposisikan anak untuk buang air kecil atau besar karena si anak belum bisa jongkok/ duduk/ berdiri sendiri).
Tapi hari itu, sesuatu yang berbeda terjadi. Mungkin karena terlalu capek, dan kurang enak badan, aku nyenyak betul tidur malam itu. Sepertiny dalam mimpi aku mendengar suara Abbad mengoceh dengan bahasanya…..
Tergeragap aku bangun, tidak kutemukan abbad di tempat tidur…..ternyata bayiku (hampir tujuh bulan), sudah berada di tempat tidur bawah (kasur yang kutempati bersusun, atas kupakai bersama abbad dan di bawah untuk tempat tidur Sakha)…..
Kulihat Abbad sudah dalam posisi ongkong-ongkong (antara tengkurap dan merangkak)…Tercium bau khas BAB Abbad, di seprai atas terlihat jejak posisi awal Abbad BAB….diikuti jalur merayap Abbad dari kasur atas ke kasur bawah. Terkaget-kaget, kuraih Abbad yang dada, perut, pantat, kaki, sebagian tangan dan pipi sebelah kanannya menempel kotoran lengket berwarna coklat kekuningan…..
”Oh, anakku…maafkan ibu, Nak !”…
Setengah berteriak kuminta tolong suami yang tidur di kamar sebelah untuk menyiapkan air hangat. Subuh itu, kuisi dengan membersihkan sprei, perlak, bantal, selimut dan tentu saja bayi gendut-ku dari mandi BAB-nya….terjawab sudah pertanyaan “kok bisa?” lima tahun yang lalu…..
Saat itu yang ada di pikiranku…”kok bisa?”...
Tidur sambil ngeloni bayi, gerakan kecil Sakha seperti menjejakkan kaki atau berubah posisi saja, sudah membangunkanku dari tidur….
tak terbayangkan bila Sakha sampai BAB di kasur dan aku sampai tidak tahu.
Sampai aku punya dua anak, kejadian mandi BAB tidak dialami Akhsan.
Sampai pada anak ketiga, Si Abbad , hal itu tidak terjadi….setidaknya sampai minggu yang lalu.
Abbad punya jadwal, setiap jam 03.30 – 04.00 pagi, bangun dan BAB.
Biasanya, begitu Abbad bangun dan ekspresi wajahnya berubah..(trust me, aku mengenal ekspresi ketiga anakku dan biasanya bisa menduga apa yang mereka rasakan, yang menyadarkanku sebab kenapa ibuku bisa langsung menebak dengan tepat kapan aku sedang sedih dan kapan aku sedang menyembunyikan sesuatu….sampai sekarang)
Biasanya, aku membawa Abbad ke WC dan me-natur-nya. (natur = bahasa jawa, yang artinya kurang lebih memposisikan anak untuk buang air kecil atau besar karena si anak belum bisa jongkok/ duduk/ berdiri sendiri).
Tapi hari itu, sesuatu yang berbeda terjadi. Mungkin karena terlalu capek, dan kurang enak badan, aku nyenyak betul tidur malam itu. Sepertiny dalam mimpi aku mendengar suara Abbad mengoceh dengan bahasanya…..
Tergeragap aku bangun, tidak kutemukan abbad di tempat tidur…..ternyata bayiku (hampir tujuh bulan), sudah berada di tempat tidur bawah (kasur yang kutempati bersusun, atas kupakai bersama abbad dan di bawah untuk tempat tidur Sakha)…..
Kulihat Abbad sudah dalam posisi ongkong-ongkong (antara tengkurap dan merangkak)…Tercium bau khas BAB Abbad, di seprai atas terlihat jejak posisi awal Abbad BAB….diikuti jalur merayap Abbad dari kasur atas ke kasur bawah. Terkaget-kaget, kuraih Abbad yang dada, perut, pantat, kaki, sebagian tangan dan pipi sebelah kanannya menempel kotoran lengket berwarna coklat kekuningan…..
”Oh, anakku…maafkan ibu, Nak !”…
Setengah berteriak kuminta tolong suami yang tidur di kamar sebelah untuk menyiapkan air hangat. Subuh itu, kuisi dengan membersihkan sprei, perlak, bantal, selimut dan tentu saja bayi gendut-ku dari mandi BAB-nya….terjawab sudah pertanyaan “kok bisa?” lima tahun yang lalu…..
(November 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar