Sakha (si sulung) mencoba mengirimkan cerita yang dibuatnya ke sebuah lomba. Tidak berhasil menjadi pemenang, tapi Sakha mendapat banyak pelajaran tentang proses penulisan, konsistensi mengikuti aturan dan kesabaran ketika gagal. Ayo sayang, menulis terus ya...Ibu bangga padamu.
LIBURAN KE OWABONG
Namaku
Fathiya, umurku 10 tahun dan sudah kelas empat. Aku mempunyai dua orang adik
laki-laki bernama Akhsan dan Abbad. Saat libur akhir semester aku diajak ke
Owabong, yaitu sebuah tempat wisata di daerah Purbalingga – Jawa Tengah. Kurang lebih setahun yang lalu aku sudah
pernah pergi ke sana saat acara Family
Gathering kantor Ibuku, waktu itu kami tidak menginap tetapi kali ini kami
akan menginap di Owabong bersama dengan keluarga besar Ibu. Jauh-jauh hari sebelum berangkat aku sudah
membayangkan betapa asyiknya nanti bermain air bersama saudara-saudara di sana.
Rasanya tidak sabar ingin segera berangkat. Setiap hari aku menghitung mundur
sampai hari keberangkatan.
Perjalanan
dari tempat tinggalku di Jogja sampai Owabong sekitar 5 sampai 6 jam dengan
mobil, tapi Bapak berencana mengajak kami mampir dulu ke Banyumas dimana Bapak
menghabiskan masa kecilnya. Kami
berangkat pukul 22.00 malam, sepanjang perjalanan aku dan kedua adikku tidur. Tahu-tahu
sudah pukul 02.00 pagi dan kami sampai di rumah teman Bapak yang bernama Om
Agus di sebuah perumahan di pinggir Kota Banyumas. Sampai di rumah Om Agus aku
melanjutkan tidurku sampai subuh. Setelah bangun dan sholat subuh, aku nonton TV lalu Bapak mengajakku
jalan-jalan. Di ujung perumahan ada
sawah yang luas sekali, pagi itu agak berkabut tetapi pemandangannya bagus dan
udaranya segar.
“ Nanti mau nggak ke pendopo tempat bapak
tinggal waktu kecil dulu?” tanya Bapak
“Ya”,
jawabku
Setelah
jalan-jalan, kami kembali ke rumah om Agus lalu makan, mandi dan berpakaian. Kemudian
kami pergi ke pendopo Kabupaten Banyumas tempat tinggal Bapak waktu kecil
sampai SMA dulu. Pada waktu itu, Mbah Kakung (ayahnya Bapak) bekerja di salah
satu Kecamatan di Kabupaten Banyumas sehingga bertempat tinggal di kompleks
pendopo Kabupaten Banyumas. Pendopo dan
gedung-gedung di sekitarnya merupakan bangunan tua yang tinggi, kata Bapak
bangunan itu sudah ada sejak jaman Belanda. Pohon-pohon di halaman pendopo
besar-besar dan tinggi-tinggi. Ada pohon duku, sawo, manggis, jambu, belimbing,
mangga dan rambutan. Kata Bapak ketika kecil Bapak dan teman-temannya biasa
memanjat dan makan buah di atas pohon.
Di
pendopo itu ada sumur dikeramatkan banyak orang, namanya Sumur Mas, sumurnya kecil
dan diberi pagar. Ada bekas pembakaran
dupa di dekat Sumur Mas, banyak orang datang yang percaya kalau air sumur itu
bertuah, kalau aku sih tidak percaya.
Kami bersilaturahmi
dengan bekas tetangga Bapak dan berkunjung ke tiga rumah, di salah satu rumah
kami singgah cukup lama dan diberi suguhan yang cukup banyak. Setelah itu kami
melanjutkan berkunjung ke rumah ibunya Om Agus. Di sana ada tokonya, Aku dan
adik-adikku diberi mainan balon yang bisa dibentuk. Setelah bercerita cukup lama,
kami pulang ke rumah Om Agus. Di sana
ternyata semua sudah siap untuk bersama-sama pergi ke Owabong.
Perjalanan
dari Banyumas ke Owabong cukup lama, sekitar 40 menit. Kami beberapa kali harus
bertanya kepada orang-orang di daerah itu. Katanya kami disuruh mengikuti jalur angkot. Perjalanan
pun berlanjut, tulisan Owabong sudah banyak di kiri jalan. Sesampainya di Owabong kami langsung menuju
Hotel Owabong. Tempat kami dan saudara yang lain akan bertemu.. Saat kami masuk
ditanya apakah sudah pesan kamar, dan karena Bapak menjawab sudah, lalu kami
diperbolehkan masuk.
Kami
mencari di mana kamar kami akan menginap. Karena akhir tahun, kamar dan
homestay yang disewakan penuh, sehingga hanya dapat dipesan empat kamar besar
yang tiap kamar ditempati dua keluarga. Ketika
keluargaku sampai di kamar yang disewa, dua keluarga Budhe ku dari Semarang dan
Pekalongan sudah datang, kami bersalaman dengan pakdhe, budhe dan kakak sepupu.
Tanpa membuang waktu kami langsung bersiap berenang, langsung lewat jalan
pintas sebagai fasilitas gratis bagi tamu yang menginap di Owabong kecuali
kolam air hangat dan terapi ikan. Aku
berenang bersama Pakdhe Taufik dan Mbak Isna, Akhsan dan Abbad pergi dengan Bapak.
Mula-mula aku renang di kolam dengan permainan bola besar berisi udara yang di
dalamnya dikendarai orang. Aku renang
disana, kadang-kadang lari kalau ada bola besar berisi orang yang
mendekat. Setelah bosan bermain di sana,
kami ke kolam permainan. Ada banyak prosotan di sana, aku awalnya takut tapi akhirnya
aku meluncur diikuti Akhsan. Ketika aku akan ke kolam lain, ada Mas Ojan
sepupuku dari Magelang yang rupanya baru saja tiba dan langsung menyusul ke
kolam renang. Aku memberitahu Akhsan
kalau mas Ojan sudah datang. Akhsan senang sekali. Kami langsung main cukup lama lalu kembali ke
penginapan, di sana sudah ada Eyang uti, Eyang kung, Pakdhe, Budhe dan
sepupu-sepupu dari Magelang dan Surabaya.
Aku langsung makan karena sangat lapar setelah berenang. Kami makan bekal yang dibawa Eyang dan Budhe,
masakan nya enak sekali.
Setelah makan dan istirahat sebentar,
aku mengajak ibu ke kolam air hangat dan terapi ikan. Kami berangkat ke sana
ber-6. Ibu, Aku, Akhsan, Abbad, Mbak Isna dan Mas Ojan. Tiket untuk masuk
tempat itu Rp 15.000,- per orang. Saat masuk kami langsung menuju kolam terapi
ikan. Yang ingin merasakan diterapi ikan duduk berjejer di tepi kolam atau
berendam di kolam dan duduk diam menunggu ikan-ikan kecil yang datang untuk
menggigiti kulit yang sudah mati sel nya. Awalnya kayak dicubitin, tapi lama-lama
enak juga. Di kolam terapi ikan cuma sebentar lalu kami bermain di kolam terapi
air hangat. Di kolam itu ada banyak pancuran air untuk terapi dan ada gambar
besar di tembok menunjukkan titi-titik tubuh mana yang harus kena air mancur
agar khasiat terapinya mujarab. Aku dan saudara-saudaraku tidak terapi air
hangat tapi membuat permainan sendiri. Kami petak umpet di dalam kolam, yang
jadi tutup mata dan yang lain ngumpet tetap di dalam kolam. Ada yang menyelam,
ada yang bersembunyi di belakang badan orang, pokoknya diusahakan jangan sampai
terlihat dan tertangkap yang jadi, asyik sekali kami main sampai hampir ashar.
Ibu lalu mengajak kami kembali ke penginapan, tapi ketika kami keluar dan
melewati kolam permainan, kami bertemu mas Hanif, sepupu lain yang baru datang
dari Semarang. Akhirnya hanya Ibu yang kembali ke penginapan sedangkan
anak-anak melanjutkan bermain bersama Pakdhe dan Budhe di kolam permainan.
Di kolam permainan, ada sebuah bantal
udara raksasa yang mengapung di atas kolam. Mula-mula satu orang melompat ke bantal
itu lalu berusaha mencapai ujungnya tanpa jatuh lalu ada orang lain yang
meloncat dengan keras ke atas bantal. Yang akan terjadi adalah orang pertama
akan terpantul ke udara sebelum kemudian tercebur ke air. Permainan lebih seru kalau orang pertama itu
bertubuh kecil dan orang kedua bertubuh besar, pasti akan memantul dengan
sangaaat tinggi.
Puas bermain kami kembali ke kamar
untuk mandi dan makan lagi. Sambil menunggu maghrib kami main telpon-telponan
antar kamar, saling mengganggu dan menggoda.
Mula-mula permainannya asyik, tapi lama-kelamaan kami dimarahi
Budhe-Budhe karena suara telpon menjadi berisik dan bersahut-sahutan he he he.
Setelah sholat maghrib dan makan
lagi, kami semua berkumpul di halaman penginapan. Pakdhe Taufik salah satu Pakdhe ku mau
mengadakan permainan. Permainan pertama adalah lomba makan kerupuk. Pertama
yang lomba adalah antara cucu laki-laki
yang masih kecil, lalu antar cucu perempuan yang masih kecil, lalu antar cucu
laki-laki yang sudah besar dan terakhir antar cucu perempuan yang sudah
besar-besar. Semua bersemangat lomba, tidak ada hadiahnya sih tapi seru sekali
berteriak-teriak memberi semangat untuk saling mengalahkan.
Permainan kedua kami berdiri
melingkar lalu berhitung 1-2-3 berulang-ulang. Yang mendapat nomor satu dan
tiga menjadi pohon dan yang mendapat nomor dua menjadi tupai. Lalu dua pohon saling bergandengan dan yang
jadi tupai berjongkok di tengah kedua pohon.
Lucu sekali ketika yang jadi pohon sepupu yang kecil-kecil dan yang jadi
tupai Pakdhe Aik yang badannya paling besar di antara semua saudara. Lalu Pakdhe Taufik berdiri di tengah
lingkaran dan bercerita, kalau Pakdhe Taufik berkata “pemburu”, yang jadi tupai
harus berpindah mencari pohon yang lain. Kalau Pakdhe Taufik berkata “penebang”, yang jadi pohon harus berpindah
tempat dan berganti pasangan. Kalau Pakdhe Taufik berkata “kebakaran hutan”,
maka semua harus lari dan berganti posisi.
Permainan itu sangat seru karena adik-adik kecil kadang masih
kebingungan saat ada aba-aba dan berteriak sambil lari terbirit-birit mencari
tempat.
Permainan ketiga adalah lomba
yel-yel. Sebelumnya kami diacak menjadi kelompok dengan anggota lima orang lalu
disuruh berembug satu menit membuat yel-yel.
Ada kelompok yang yel-yel nya cuma bilang “Aaaaaaaa.....” sambil
mengepalkan tinju. Kelompok Akhsan yel-yelnya meletakkan jari di dahi lalu
geleng-geleng kepala sambil bilang “Oye-oye-oye-oye-oye”. Kelompokku pura-pura
jadi cheerleader, anggota kelompokku
aku, Mbak Isna, Budhe Raras, Budhe Ilak dan Budhe Rum. Kami bergantian maju
satu-satu sambil bergaya dan berkata “Give
me R”, “Give me A” , “Give me K”, “Give me I”, “Give me M” lalu
kami berteriak bersama dengan kompak “RAAAAAKIIIIIM” semua tertawa karena Rakim
adalah nama Eyang Kakungku. Setelah
semua menampilkan yel-yelnya lalu kami main suit kelompok seperti batu gunting
kertas tapi memakai gaya yang berbeda. Gaya Samson, Delilah dan Harimau. Samson
menang lawan Harimau tapi kalah lawan Delilah. Harimau menang lawan Delilah
tapi kalah lawan Samson dan Delialah menang lawan Samson tapi kalah lawan
Harimau. Seru sekali permainannya karena
ada kelompok yang tidak kompak dan lucu sekali gaya Pakdhe dan Mas-Mas ketika
bergaya perempuan ketika suit menjadi Delilah. Permainan berakhir ketika
akhirnya kelompok Abbad berhasil mengalahkan seluruh kelompok.
Permainan terakhir adalah menyusun
puzzle, kelompok diacak lagi menjadi kelompok laki-laki dan perempuan. Yang
menang adalah kelompok laki-laki karena tidak mau berbagi puzzle jadi bisa
menyelesaikan menyusun terlebih dahulu. Malam itu seru sekali, lalu kami semua
tidur agar esok bisa bangun pagi untuk main lagi.
Pagi harinya setelah sholat subuh
kami jalan-jalan di Owabong. Kolam-kolam sedang dibersihkan, jadi kami
melihat-lihat saja mainan yang ada disitu yang semuanya belum buka karena masih
pagi. Ada Misteri Tam Tua atau Rumah Hantu, ada kolam Arapaima Gigas yang
ikannya besar-besar dan pesawat terbang betulan tapi tak bisa terbang. Puas
jalan-jalan kami kembali ke penginapan untuk sarapan. Setelah sarapan semua berganti baju renang
dan siap untuk bermain air lagi.
Pagi sampai siang aku dan
saudara-saudara berganti-ganti permainan. Mula-mula main di kolam air dera,
lalu main bola raksasa yang kita masuk ke dalamnya lalu bola digelindingkan di
atas kolam. Permainan bola itu seru sekali, tapi lama-kelamaan rasanya sesak nafas
dan kehabisan udara, ketika aku melambaikan tangan petugas jaga wahana bola
raksasa itu langsung menarik bola dan mengeluarkan kami dari sana. Setelah itu
aku main prosotan yang tinggiiiii sekali. Bosan bermain di kolam permainan aku
dan saudara yang lain pergi lagi ke kolam terapi ikan dan air hangat, menjelang
siang kami diajak kembali ke penginapan karena itu hari Jumat jadi yang
laki-laki akan sholat Jumat. Sambil
menunggu yang sholat jumat, kami di kamar beres-beres barang karena sudah akan
meninggalkan penginapan. Karena capek
aku tertidur sampai Ibu membangunanku untuk melanjutkan perjalanan ke rumah
Eyang di Magelang. Liburan di Owabong
sungguh mengesankan.
Biodata Penulis
Namaku Fathiya Raan Sakha, biasa
dipanggil Sakha, umurku 10 tahun. Aku bersekolah di kelas 4 SD SIBI BIAS
Giwangan Daerah Istimewa Yogyakarta. Aku punya dua orang adik laki-laki dan
sebentar lagi akan punya adik baru karena ibuku sedang hamil 2 bulan, pengennya
adikku nanti perempuan. Hobbyku membaca
dan menggambar, aku juga suka menulis puisi dan cerita serta membuat
komik. Selain itu aku juga suka memanjat
pohon, kalau memanjat pohon tingiiiii sampai ibuku ngeri melihatnya.
Aku belum punya FB karena kata ibu umurku
belum cukup untuk memiliki FB, dulu ibuku pernah bikin FB untukku sih, tapi tak
pernah dibuka. Ingin berkenalan lebih lanjut, silahkan email aku di raan.sakha@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar