Selasa, 11 Februari 2014

LOMBA MENULIS YANG PERTAMA UNTUK SAKHA



 Sakha (si sulung) mencoba mengirimkan cerita yang dibuatnya ke sebuah lomba. Tidak berhasil menjadi pemenang, tapi Sakha mendapat banyak pelajaran tentang proses penulisan, konsistensi mengikuti aturan dan kesabaran ketika gagal.  Ayo sayang, menulis terus ya...Ibu bangga padamu.

 LIBURAN KE OWABONG
 
Namaku Fathiya, umurku 10 tahun dan sudah kelas empat. Aku mempunyai dua orang adik laki-laki bernama Akhsan dan Abbad. Saat libur akhir semester aku diajak ke Owabong, yaitu sebuah tempat wisata di daerah Purbalingga – Jawa Tengah.  Kurang lebih setahun yang lalu aku sudah pernah pergi ke sana saat acara Family Gathering kantor Ibuku, waktu itu kami tidak menginap tetapi kali ini kami akan menginap di Owabong bersama dengan keluarga besar Ibu.  Jauh-jauh hari sebelum berangkat aku sudah membayangkan betapa asyiknya nanti bermain air bersama saudara-saudara di sana. Rasanya tidak sabar ingin segera berangkat. Setiap hari aku menghitung mundur sampai hari keberangkatan.

Perjalanan dari tempat tinggalku di Jogja sampai Owabong sekitar 5 sampai 6 jam dengan mobil, tapi Bapak berencana mengajak kami mampir dulu ke Banyumas dimana Bapak menghabiskan masa kecilnya.  Kami berangkat pukul 22.00 malam, sepanjang perjalanan aku dan kedua adikku tidur. Tahu-tahu sudah pukul 02.00 pagi dan kami sampai di rumah teman Bapak yang bernama Om Agus di sebuah perumahan di pinggir Kota Banyumas. Sampai di rumah Om Agus aku melanjutkan tidurku sampai subuh. Setelah bangun dan sholat subuh,  aku nonton TV lalu Bapak mengajakku jalan-jalan.  Di ujung perumahan ada sawah yang luas sekali, pagi itu agak berkabut tetapi pemandangannya bagus dan udaranya segar.

 “ Nanti mau nggak ke pendopo tempat bapak tinggal waktu kecil dulu?” tanya Bapak
“Ya”, jawabku

Setelah jalan-jalan, kami kembali ke rumah om Agus lalu makan, mandi dan berpakaian. Kemudian kami pergi ke pendopo Kabupaten Banyumas tempat tinggal Bapak waktu kecil sampai SMA dulu. Pada waktu itu, Mbah Kakung (ayahnya Bapak) bekerja di salah satu Kecamatan di Kabupaten Banyumas sehingga bertempat tinggal di kompleks pendopo Kabupaten Banyumas.  Pendopo dan gedung-gedung di sekitarnya merupakan bangunan tua yang tinggi, kata Bapak bangunan itu sudah ada sejak jaman Belanda. Pohon-pohon di halaman pendopo besar-besar dan tinggi-tinggi. Ada pohon duku, sawo, manggis, jambu, belimbing, mangga dan rambutan. Kata Bapak ketika kecil Bapak dan teman-temannya biasa memanjat dan makan buah di atas pohon.
Di pendopo itu ada sumur dikeramatkan banyak orang, namanya Sumur Mas, sumurnya kecil dan diberi pagar.  Ada bekas pembakaran dupa di dekat Sumur Mas, banyak orang datang yang percaya kalau air sumur itu bertuah, kalau aku sih tidak percaya. 

Kami bersilaturahmi dengan bekas tetangga Bapak dan berkunjung ke tiga rumah, di salah satu rumah kami singgah cukup lama dan diberi suguhan yang cukup banyak. Setelah itu kami melanjutkan berkunjung ke rumah ibunya Om Agus. Di sana ada tokonya, Aku dan adik-adikku diberi mainan balon yang bisa dibentuk. Setelah bercerita cukup lama, kami pulang ke rumah  Om Agus. Di sana ternyata semua sudah siap untuk bersama-sama pergi ke Owabong.
Perjalanan dari Banyumas ke Owabong cukup lama, sekitar 40 menit. Kami beberapa kali harus bertanya kepada orang-orang di daerah itu.  Katanya kami disuruh mengikuti jalur angkot. Perjalanan pun berlanjut, tulisan Owabong sudah banyak di kiri jalan.  Sesampainya di Owabong kami langsung menuju Hotel Owabong. Tempat kami dan saudara yang lain akan bertemu.. Saat kami masuk ditanya apakah sudah pesan kamar, dan karena Bapak menjawab sudah, lalu kami diperbolehkan masuk.

Kami mencari di mana kamar kami akan menginap. Karena akhir tahun, kamar dan homestay yang disewakan penuh, sehingga hanya dapat dipesan empat kamar besar yang tiap kamar ditempati dua keluarga.  Ketika keluargaku sampai di kamar yang disewa, dua keluarga Budhe ku dari Semarang dan Pekalongan sudah datang, kami bersalaman dengan pakdhe, budhe dan kakak sepupu. Tanpa membuang waktu kami langsung bersiap berenang, langsung lewat jalan pintas sebagai fasilitas gratis bagi tamu yang menginap di Owabong kecuali kolam air hangat dan terapi ikan.  Aku berenang bersama Pakdhe Taufik dan Mbak Isna, Akhsan dan Abbad pergi dengan Bapak. Mula-mula aku renang di kolam dengan permainan bola besar berisi udara yang di dalamnya dikendarai orang.  Aku renang disana, kadang-kadang lari kalau ada bola besar berisi orang yang mendekat.  Setelah bosan bermain di sana, kami ke kolam permainan. Ada banyak prosotan di sana, aku awalnya takut tapi akhirnya aku meluncur diikuti Akhsan. Ketika aku akan ke kolam lain, ada Mas Ojan sepupuku dari Magelang yang rupanya baru saja tiba dan langsung menyusul ke kolam renang.  Aku memberitahu Akhsan kalau mas Ojan sudah datang. Akhsan senang sekali.  Kami langsung main cukup lama lalu kembali ke penginapan, di sana sudah ada Eyang uti, Eyang kung, Pakdhe, Budhe dan sepupu-sepupu dari Magelang dan Surabaya.  Aku langsung makan karena sangat lapar setelah berenang.  Kami makan bekal yang dibawa Eyang dan Budhe, masakan nya enak sekali.

Setelah makan dan istirahat sebentar, aku mengajak ibu ke kolam air hangat dan terapi ikan. Kami berangkat ke sana ber-6. Ibu, Aku, Akhsan, Abbad, Mbak Isna dan Mas Ojan. Tiket untuk masuk tempat itu Rp 15.000,- per orang. Saat masuk kami langsung menuju kolam terapi ikan. Yang ingin merasakan diterapi ikan duduk berjejer di tepi kolam atau berendam di kolam dan duduk diam menunggu ikan-ikan kecil yang datang untuk menggigiti kulit yang sudah mati sel nya. Awalnya kayak dicubitin, tapi lama-lama enak juga. Di kolam terapi ikan cuma sebentar lalu kami bermain di kolam terapi air hangat. Di kolam itu ada banyak pancuran air untuk terapi dan ada gambar besar di tembok menunjukkan titi-titik tubuh mana yang harus kena air mancur agar khasiat terapinya mujarab. Aku dan saudara-saudaraku tidak terapi air hangat tapi membuat permainan sendiri. Kami petak umpet di dalam kolam, yang jadi tutup mata dan yang lain ngumpet tetap di dalam kolam. Ada yang menyelam, ada yang bersembunyi di belakang badan orang, pokoknya diusahakan jangan sampai terlihat dan tertangkap yang jadi, asyik sekali kami main sampai hampir ashar. Ibu lalu mengajak kami kembali ke penginapan, tapi ketika kami keluar dan melewati kolam permainan, kami bertemu mas Hanif, sepupu lain yang baru datang dari Semarang. Akhirnya hanya Ibu yang kembali ke penginapan sedangkan anak-anak melanjutkan bermain bersama Pakdhe dan Budhe di kolam permainan.

Di kolam permainan, ada sebuah bantal udara raksasa yang mengapung di atas kolam. Mula-mula satu orang melompat ke bantal itu lalu berusaha mencapai ujungnya tanpa jatuh lalu ada orang lain yang meloncat dengan keras ke atas bantal. Yang akan terjadi adalah orang pertama akan terpantul ke udara sebelum kemudian tercebur ke air.  Permainan lebih seru kalau orang pertama itu bertubuh kecil dan orang kedua bertubuh besar, pasti akan memantul dengan sangaaat tinggi. 

Puas bermain kami kembali ke kamar untuk mandi dan makan lagi. Sambil menunggu maghrib kami main telpon-telponan antar kamar, saling mengganggu dan menggoda.  Mula-mula permainannya asyik, tapi lama-kelamaan kami dimarahi Budhe-Budhe karena suara telpon menjadi berisik dan bersahut-sahutan he he he. 

Setelah sholat maghrib dan makan lagi, kami semua berkumpul di halaman penginapan.  Pakdhe Taufik salah satu Pakdhe ku mau mengadakan permainan. Permainan pertama adalah lomba makan kerupuk. Pertama yang lomba adalah antara  cucu laki-laki yang masih kecil, lalu antar cucu perempuan yang masih kecil, lalu antar cucu laki-laki yang sudah besar dan terakhir antar cucu perempuan yang sudah besar-besar. Semua bersemangat lomba, tidak ada hadiahnya sih tapi seru sekali berteriak-teriak memberi semangat untuk saling mengalahkan. 

Permainan kedua kami berdiri melingkar lalu berhitung 1-2-3 berulang-ulang. Yang mendapat nomor satu dan tiga menjadi pohon dan yang mendapat nomor dua menjadi tupai.  Lalu dua pohon saling bergandengan dan yang jadi tupai berjongkok di tengah kedua pohon.  Lucu sekali ketika yang jadi pohon sepupu yang kecil-kecil dan yang jadi tupai Pakdhe Aik yang badannya paling besar di antara semua saudara.  Lalu Pakdhe Taufik berdiri di tengah lingkaran dan bercerita, kalau Pakdhe Taufik berkata “pemburu”, yang jadi tupai harus berpindah mencari pohon yang lain. Kalau Pakdhe Taufik berkata  “penebang”, yang jadi pohon harus berpindah tempat dan berganti pasangan. Kalau Pakdhe Taufik berkata “kebakaran hutan”, maka semua harus lari dan berganti posisi.  Permainan itu sangat seru karena adik-adik kecil kadang masih kebingungan saat ada aba-aba dan berteriak sambil lari terbirit-birit mencari tempat.

Permainan ketiga adalah lomba yel-yel. Sebelumnya kami diacak menjadi kelompok dengan anggota lima orang lalu disuruh berembug satu menit membuat yel-yel.  Ada kelompok yang yel-yel nya cuma bilang “Aaaaaaaa.....” sambil mengepalkan tinju. Kelompok Akhsan yel-yelnya meletakkan jari di dahi lalu geleng-geleng kepala sambil bilang “Oye-oye-oye-oye-oye”. Kelompokku pura-pura jadi cheerleader, anggota kelompokku aku, Mbak Isna, Budhe Raras, Budhe Ilak dan Budhe Rum. Kami bergantian maju satu-satu sambil bergaya dan berkata “Give me R”, “Give me A” , “Give me K”, Give me I”, Give me M”   lalu kami berteriak bersama dengan kompak “RAAAAAKIIIIIM” semua tertawa karena Rakim adalah nama Eyang Kakungku.    Setelah semua menampilkan yel-yelnya lalu kami main suit kelompok seperti batu gunting kertas tapi memakai gaya yang berbeda. Gaya Samson, Delilah dan Harimau. Samson menang lawan Harimau tapi kalah lawan Delilah. Harimau menang lawan Delilah tapi kalah lawan Samson dan Delialah menang lawan Samson tapi kalah lawan Harimau.  Seru sekali permainannya karena ada kelompok yang tidak kompak dan lucu sekali gaya Pakdhe dan Mas-Mas ketika bergaya perempuan ketika suit menjadi Delilah. Permainan berakhir ketika akhirnya kelompok Abbad berhasil mengalahkan seluruh kelompok.

Permainan terakhir adalah menyusun puzzle, kelompok diacak lagi menjadi kelompok laki-laki dan perempuan. Yang menang adalah kelompok laki-laki karena tidak mau berbagi puzzle jadi bisa menyelesaikan menyusun terlebih dahulu. Malam itu seru sekali, lalu kami semua tidur agar esok bisa bangun pagi untuk main lagi.

Pagi harinya setelah sholat subuh kami jalan-jalan di Owabong. Kolam-kolam sedang dibersihkan, jadi kami melihat-lihat saja mainan yang ada disitu yang semuanya belum buka karena masih pagi. Ada Misteri Tam Tua atau Rumah Hantu, ada kolam Arapaima Gigas yang ikannya besar-besar dan pesawat terbang betulan tapi tak bisa terbang. Puas jalan-jalan kami kembali ke penginapan untuk sarapan.  Setelah sarapan semua berganti baju renang dan siap untuk bermain air lagi. 

Pagi sampai siang aku dan saudara-saudara berganti-ganti permainan. Mula-mula main di kolam air dera, lalu main bola raksasa yang kita masuk ke dalamnya lalu bola digelindingkan di atas kolam. Permainan bola itu seru sekali, tapi lama-kelamaan rasanya sesak nafas dan kehabisan udara, ketika aku melambaikan tangan petugas jaga wahana bola raksasa itu langsung menarik bola dan mengeluarkan kami dari sana. Setelah itu aku main prosotan yang tinggiiiii sekali. Bosan bermain di kolam permainan aku dan saudara yang lain pergi lagi ke kolam terapi ikan dan air hangat, menjelang siang kami diajak kembali ke penginapan karena itu hari Jumat jadi yang laki-laki akan sholat Jumat.  Sambil menunggu yang sholat jumat, kami di kamar beres-beres barang karena sudah akan meninggalkan penginapan.  Karena capek aku tertidur sampai Ibu membangunanku untuk melanjutkan perjalanan ke rumah Eyang di Magelang.  Liburan di Owabong sungguh mengesankan.

 
Biodata Penulis
Namaku Fathiya Raan Sakha, biasa dipanggil Sakha, umurku 10 tahun. Aku bersekolah di kelas 4 SD SIBI BIAS Giwangan Daerah Istimewa Yogyakarta. Aku punya dua orang adik laki-laki dan sebentar lagi akan punya adik baru karena ibuku sedang hamil 2 bulan, pengennya adikku nanti perempuan.  Hobbyku membaca dan menggambar, aku juga suka menulis puisi dan cerita serta membuat komik.  Selain itu aku juga suka memanjat pohon, kalau memanjat pohon tingiiiii sampai ibuku ngeri melihatnya.
Aku belum punya FB karena kata ibu umurku belum cukup untuk memiliki FB, dulu ibuku pernah bikin FB untukku sih, tapi tak pernah dibuka. Ingin berkenalan lebih lanjut, silahkan email aku di raan.sakha@gmail.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem