Ketika dulu wawancara untuk orang tua calon murid di sekolah
tempat anak-anakku sekarang belajar, kami berdua (aku dan suami) ditanya
prinsip apa yang dipakai dalam mendidik anak-anak. Kami sepakat menjawab
sebagai orang tua kami berusaha memberikan pilihan dan membebaskan anak-anak
untuk memutuskan pilihan mana yang akan mereka ambil.
Contoh sederhananya adalah ketika pagi hari aku menyiapkan
air hangat untuk mandi anak-anak, pilihan yang kami berikan kepada anak-anak
adalah mandi sekarang dengan kondisi air masih hangat atau menunda-nunda mandi
dengan konsekuensi air mandi sudah dingin dan tidak ada menjerang air tahap
dua.
Anak-anak diberikan pengertian konsekuensi akan pilihan yang
akan diambilnya. Suatu ketika Akhsan yang sudah duduk di SD dan harus masuk
sekolah pukul 07.00 dan diantar bersama Sakha, berlama-lama dalam persiapan
pagi. Sudah kuingatkan untuk bersegera, karena kakak dan bapaknya akan
berangkat paling lambat 15 menit sebelum pukul 7 agar tidak terlambat. Jika sampai
dengan waktu itu Akhsan belum siap, maka ia harus berangkat bareng Abbad yang
masih TK dan diantar ke sekolah pukul 07.30 yang artinya Akhsan akan terlambat
sampai di sekolah. Waktu itu Akhsan masih tetap berlama-lama dan merasakan
akibatnya hingga terlambat sampai di sekolah. Di lain waktu Sakha yang
berlama-lama dan merasakan akibat dari keterlambatannya. Setelah insiden
terlambat itu, hari-hari berikutnya
Sakha dan Akhsan memilih untuk bersegera agar tidak harus ikut pemberangkatan
kloter kedua bersama Abbad yang artinya terlambat sampai sekolah. Ini yang
kumaksud dengan ‘membebaskan untuk memilih’
Suatu ketika seorang teman bercerita, di suatu rapat ada seorang bapak muda yang
mengajak anak laki-lakinya yang seumuran Akhsan. Namanya anak-anak ya, dalam
kondisi rapat di tengah orang tua pasti akan muncul kebosanan. Entah Bapak-anak
ini tidak membuat perjanjian dulu saat berangkat rapat bagaimana si anak harus
‘bersikap’ selama ayahnya beraktivitas, atau memang pola pendidikan sehari-hari
dalam keluarga mereka seperti itu, di tengah rapat yang berlangsung lesehan si
anak mulai berjalan-jalan di tengah-tengah peserta rapat sementara sang ayah
tidak berkomentar apapun.
Rupanya rasa bosan semakin melanda si anak dan dia mulai
menendang gelas-gelas peserta rapat. Sampai di sini si ayah masih juga tak
berkomentar apa pun seolah-olah hal itu adalah sesuatu yang wajar. Akhirnya
salah satu peserta rapat, tak tahan dan menegur si Bapak
“ Eh, #@* (menyebut nama si bapak muda)...kalau seperti itu
namanya PEMBIARAN, bukan PEMBEBASAN”
Berikan anakmu pilihan, berikan dia pengertian, dan bebaskan
dia untuk memilih
setuju mbak ^^
BalasHapus