Awalnya Sakha, sulung-ku mulai menyewakan buku-buku koleksinya. Tiap hari dibawanya beberapa buku ke sekolah, untuk dipinjam-sewakan (Rp 500,- per buku per hari) kepada teman-temannya. Buku-buku dari perpustakaan Mungil - label nama yang ditempel sakha di tiap bukunya.
Beberapa lembar ribuan kutemukan dalam kantung tas-nya, ketika kutanyakan darimana uang itu (Sakha tak pernah membawa uang saku sekolah), dijawab sebagai uang sewa buku.
Tambahan info dari Sakha adalah, banyak pula temannya yang pinjam tanpa membayar sewa.
Entah ide darimana, Sakha banting stir....membuka usaha korporasi. Maksudnya, yang semula ia hanya menyewakan buku-bukunya berubah menjadi dengan teman-temannya membuat perpustakaan bersama dengan nama perpustakaan "The queen of book".
Cara kerja perpustakaan baru itu adalah menghimpun buku yang dimiliki para anggotanya, untuk kemudian dipinjam sewakan (dengan harga yang lebih murah dari yang ditawarkan perpustakaan pribadi Sakha) kepada teman-teman yang menginginkan.
Uang yang terkumpul rencananya akan dimasukkan dalam tabungan di sekolah dengan rekening baru milik "The queen of book" daa setelah mencukupi akan dipakai untuk menambah koleksi buku.
Pagi tadi Sakha curhat padaku,
"Ibu, cari uang susah ya. ini baru terkumpul empat ribu sembilan ratus"
Ah, cukup senyum saja jawaban dariku karena sudah begitu banyak pelajaran yang didapat Sakha dari sewa menyewa buku, bukan sekedar sulitnya mendapatkan uang tapi lebih lagi bagaimana merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan dan melakukan monitoring dan evaluasi sebuah kegiatan.
Rabu, 29 Februari 2012
MUASAL
Ini awal cerita, bagaimana aku bisa terlibat dalam hal pengadaan barang jasa, sebuah dunia yang tak terbayangkan sebelumnya.
Babak I
Masuk sebagai CPNS di tahun 2005, dari sebuah dunia NGO yang sangat jauh berbeda.
Satu bulan pertama (entah dengan pertimbangan apa-kalo tidak salah ingat untuk menggantikan karyawan sebelumnya yang sedang bersekolah), aku dilibatkan dalam kepanitiaan sebagai sekretaris untuk pengadaan jasa kontruksi untuk rehabilitasi gedung kantor senilai beberapa ratus juta.
Waw, aku yang buta, sama sekali buta soal proses pengadaan apalagi soal konstruksi, jumpalitan belajar dari nol besar.
Membuat dokumen dengan panduan Kepres 80 Tahun 2003, membuka lembar-demi lembar dan menuangkan dalam bentuk dokumen-dokumen pengadaan yang sangat asing.
Pengalaman yang menurutku saat itu 'mengerikan' adalah ketika harus membuka Aanwijzing (penjelasan dokumen) yang dihadiri banyak orang yang jauh berpengalaman...rasanya seperti berjalan dalam kegelapan, ragu dan tersandung-sandung. Aku bersyukur babak I akhirnya berlalu.
Babak II
Di 2006 aku kembali 'terbelit' urusan yang sama, meski di tahun ini aku tak terlalu intens karena melalui fase cuti untuk melahirkan anak kedua. Sejujurnya aku berusaha menghindari "jerat pengadaan' karena sungguh kental indikasi hal-hal yang kurang kusepakati.
Babak III
Tahun 2007 dengan alasan mengemban tugas dari atasan, aku dan beberapa teman mengikuti ujian sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa, dan entah apa yang ada dalam rencana-NYA, aku bersama beberapa teman lain lulus sertifikasi. Pada saat itu artinya adalah, hanya yang bersertifikasi yang boleh menjadi panitia pengadaan barang/jasa. Di tahun itu dengan beberapa jurus melintir aku bisa bebas dari keterlibatan menjadi panitia.
Babak IV
Tahun 2008, meski sudah kulancarkan jurus melintir tetap saja tahun itu aku tak bisa menghindar dari 'belitan' pengadaan. Tahun tersebut kulewati dengan menjadi panitia pengadaan jasa konstruksi (lagi)
Babak V
Tahun 2009 s.d. 2011 Jurus melintirku ampuh untuk menghindar dari pengadaan, didukung tambahan teman-teman baru yang berhasil juga mengantungi sertifikat.
Babak VI
Tahun 2012 aku kembali dihadapkan pada tantangan yang sama, tantangan bernama pengadaan. Dengan peraturan baru dan sistem yang diperbaharui. Meski masih gamang, di babak ini aku lebih optimis untuk bisa 'menghindar dari hal yang tak semestinya' karena perkembangan sistem yang semakin terbuka dan dukungan dari semakin banyak teman yang terlibat dalam pengadaan punya fikiran sama untuk 'berusaha' tidak larut.
Babak I
Masuk sebagai CPNS di tahun 2005, dari sebuah dunia NGO yang sangat jauh berbeda.
Satu bulan pertama (entah dengan pertimbangan apa-kalo tidak salah ingat untuk menggantikan karyawan sebelumnya yang sedang bersekolah), aku dilibatkan dalam kepanitiaan sebagai sekretaris untuk pengadaan jasa kontruksi untuk rehabilitasi gedung kantor senilai beberapa ratus juta.
Waw, aku yang buta, sama sekali buta soal proses pengadaan apalagi soal konstruksi, jumpalitan belajar dari nol besar.
Membuat dokumen dengan panduan Kepres 80 Tahun 2003, membuka lembar-demi lembar dan menuangkan dalam bentuk dokumen-dokumen pengadaan yang sangat asing.
Pengalaman yang menurutku saat itu 'mengerikan' adalah ketika harus membuka Aanwijzing (penjelasan dokumen) yang dihadiri banyak orang yang jauh berpengalaman...rasanya seperti berjalan dalam kegelapan, ragu dan tersandung-sandung. Aku bersyukur babak I akhirnya berlalu.
Babak II
Di 2006 aku kembali 'terbelit' urusan yang sama, meski di tahun ini aku tak terlalu intens karena melalui fase cuti untuk melahirkan anak kedua. Sejujurnya aku berusaha menghindari "jerat pengadaan' karena sungguh kental indikasi hal-hal yang kurang kusepakati.
Babak III
Tahun 2007 dengan alasan mengemban tugas dari atasan, aku dan beberapa teman mengikuti ujian sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa, dan entah apa yang ada dalam rencana-NYA, aku bersama beberapa teman lain lulus sertifikasi. Pada saat itu artinya adalah, hanya yang bersertifikasi yang boleh menjadi panitia pengadaan barang/jasa. Di tahun itu dengan beberapa jurus melintir aku bisa bebas dari keterlibatan menjadi panitia.
Babak IV
Tahun 2008, meski sudah kulancarkan jurus melintir tetap saja tahun itu aku tak bisa menghindar dari 'belitan' pengadaan. Tahun tersebut kulewati dengan menjadi panitia pengadaan jasa konstruksi (lagi)
Babak V
Tahun 2009 s.d. 2011 Jurus melintirku ampuh untuk menghindar dari pengadaan, didukung tambahan teman-teman baru yang berhasil juga mengantungi sertifikat.
Babak VI
Tahun 2012 aku kembali dihadapkan pada tantangan yang sama, tantangan bernama pengadaan. Dengan peraturan baru dan sistem yang diperbaharui. Meski masih gamang, di babak ini aku lebih optimis untuk bisa 'menghindar dari hal yang tak semestinya' karena perkembangan sistem yang semakin terbuka dan dukungan dari semakin banyak teman yang terlibat dalam pengadaan punya fikiran sama untuk 'berusaha' tidak larut.
AIR, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA
Menurut Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat, total jumlah kandungan air
di bumi hampir 326 juta kubik mil, sebanyak 72% permukaan bumi tertutup oleh
air, tetapi 97% air tersebut asin dan tidak baik untuk diminum. Diantara 70%
air tersebut berbentuk es, kurang dari 1% air yang ada di dunia siap
dimanfaatkan secara langsung. Terdapat 6 negara (Brazil, Russia, Kanada,
Indonesia, China dan Kolombia) yang memiliki 50% persediaan air minum dunia.
Sementara sepertiga populasi dunia hidup di kawasan negara dengan tingkat persediaan
air minum yang minim dimana kandungan air minum tersimpan di dalam tanah lebih
banyak daripada bentuk cair yang ada di permukaan.
Air (H2O) merupakan bahan esensial dan sangat
penting bagi semua makhluk hidup terutama bagi kehidupan manusia. Beragam
aktifitas manusia senantiasa berhubungan dengan air. Sebut saja seperti
mencuci, mandi, minum, dan sebagainya. Semua membutuhkan keberadaan air. Dengan
air ini (sebagai pelarut campuran semen dan pasir) juga bangunan dapat berdiri
kokoh. Apa jadinya kalau campuran semen dan pasir ini tanpa kehadiran air.
Tentu semen dan pasir itu tidak bisa bersenyawa dengan baik. Dengan air ini
pulalah tumbuh-tumbuhan dapat mengambil manfaatnya sehingga menghasilkan buah
yang enak dan pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Dengan air, hewan-hewan
dapat mengambil manfaatnya dan keluarlah air susu yang berguna bagi kesehatan
manusia. Hewan laut (seperti ikan) tidak akan bisa hidup tanpa keberadaan air.
Air Bagi Tubuh Manusia
Air merupakan komponen utama
dari tubuh, rata-rata tiap orang memiliki 60% air dari berat tubuhnya. Semua
sistem di dalam tubuh tergantung oleh air. Sebagai contoh, air akan membilas
racun dari organ vital, membawa nutrisi ke sel tubuh dan menghasilkan
kelembapan bagi jaringan telinga, hidung dan tenggorokan. Kurangnya air dalam
tubuh dapat menyebabkan dehidrasi, yaitu keadaan yang timbul karena tubuh
kekurangan air sehingga tidak dapat menjalankan fungsi normalnya.
Dua pendekatan untuk mengukur kebutuhan
air rata-rata pada orang dewasa: 1) Pendekatan pengganti. Rata-rata
keluaran urin orang dewasa 1,5 L sehari. Air juga dapt keluar melalui pernafasan,
keringat dan pergerakan usus. Makanan biasanya menyumbangkan 20% dari jumlah
total yang diperlukan, jadi bila mengkonsumsi 2 L air atau minuman lainnya
dalam sehari (kurang lebih 8 gelas), maka cairan yang hilang akan tergantikan. 2)
Rekomendasi harian. Institute of Medicine menyarankan pria untuk mengkonsumsi 3
L (13 gelas) dan perempuan mengkonsumsi 2,2 L(9 gelas) dari total minuman dalam
sehari. Cara lain untuk mengetahui bahwa
anda telah minum dalam jumlah yang cukup adalah bila anda jarang merasa haus
dan memproduksi satu hingga dua liter urin yang tidak berwarna atau agak
kuning.
Banyaknya keperluan air yang
dibutuhkan tubuh tergantung dari keaktifan, cuaca, kesehatan, dan bila hamil
atau menyusui, secara rinci dijelanskan sebagai berikut : 1) Olah raga. Semakin banyak berolahraga,
maka akan semakin banyak air yang dibutuhkan tubuh. Tambahan 1-2 gelas air,
biasanya cukup untuk olahraga yang singkat, tetapi bila olahraga lama maka
perlu jumlah tambahan. Berapa banyak cairan tambahan yang dibutuhkan tergantung
dari banyaknya keringat selama olah raga, biasanya 2-3 gelas dalam sejam sudah
cukup, kecuali udara sangat panas. Lebih baik bila menggantikan air dengan
cairan elektrolit sehingga elektrolit tubuh yang hilang (natrium) bersama
keringat dapat tergantikan. 2)Lingkungan.
Udara yang panas dan lembab dapat membuat berkeringat sehingga membutuhkan
tambahan air. Udara dalam ruangan yang panas juga dapat membuat kulit
kehilangan kelembapannya. Ketinggian lebih dari 2500 meter (8200 kaki) dapat menyebabkan
peningkatan urinasi dan bernafas menjadi lebih cepat, sehingga lebih banyak
cairan yang terbuang. 3) Keadaan
kesehatan dan Penyakit. Tanda penyakit seperti demam, muntah dan diare,
dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan. Bila terjadi, maka Anda harus minum
air lebih banyak dan lebih baik bila dapat menggantikan elektrolit yang keluar
juga. Kondisi tertentu seperti infeksi kandung kemih serta adanya batu di
saluran kemih juga membutuhkan cairan lebih banyak. Kondisi lainnya seperti
kelainan jantung dan beberapa tipe penyakit ginjal, hati atau penyakit adrenal
dapat mengganggu ekskresi air oleh sebab itu asupan air perlu dibatasi. 4)Hamil dan menyusui. Wanita yang sedang
hamil atau menyusui membutuhkan cairan untuk tetap terhidrasi. Sejumlah besar
cairan hilang saat menyusui. Institute of Medicine merekomendasikan pada wanita
hamil untuk minum 2,4 liter (10 gelas) air sedangkan bila menyusui disarankan
untuk minum 3,0 liter air (12,5 gelas) setiap harinya.
Pencemaran Air di Indonesia
Pencemaran air
di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat
diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan
ini mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan
sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Fenomena alam seperti
gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan terhadap
kualitas air, tapi dalam pengertian ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran
air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang
meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk
pertambangan. Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang
dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa
berupa sampah organik (kayu, daun dll), dan sampah nonorganik (plastik,
logam, dan deterjen). Limbah pertanian mempunyai pengertian segala bahan
pencemar yang dihasilkan aktifitas pertanian seperti penggunaan pestisida dan
pupuk. Sedangkan limbah industri mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang
dihasilkan aktifitas industri yang sering menghasilkan bahan berbahaya dan
beracun (B3).
Setiap harinya, sebanyak 775 ton polutan
mencemari air di Indonesia, jumlah ini menempati urutan nomor 5 di dunia. Asian
Development Bank (2008) menyebutkan pencemaran air di Indonesia menimbulkan
kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya yang akibat pencemaran air ini mencakup
biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra
buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi. Dampak lainnya yang tidak
kalah merugikan dari pencemaran air adalah terganggunya lingkungan hidup,
ekosistem, dan keanekaragaman
hayati.
Air yang tercemar dapat mematikan berbagai organisme yang hidup di air.
Pelestarian Air Bersih
Manfaat air
sangat jelas kit rasakan dalam segala aspek kehidupan kita, dan tak bisa
dipungkiri dalam kenyataannya pencemaran air semakin hari semakin banyak
terjadi. Untuk itu hal yang dapat kita lakukan agar ketersediaan air bersih
tetap ada adalah dengan pelestarian air bersih. Banyak hal yang dapat kita
lakukan dalam menjalankan pelestarian ini, antara lain :
- Menggunakan air bersih seefisien mungkin. Dengan tidak menghambur – hamburkannya. Seperti setelah pemakaian krran sebaiknya langsung ditutup rapat jangan sampai air bersih terbuang percuma.
2. Melestarikan
Hutan di Hulu Sungai. Agar tidak menimbulkan erosi tanah di sekitar hulu sungai
sebaiknya pohon-pohon atau pepohonan tidak digunduli atau ditebang atau
merubahnya menjadi areal pemukiman penduduk. Dengan adanya erosi otomatis akan
mambawa tanah, pasir, dan sebagainya ke aliran sungai dari hulu ke hilir yang
sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.
3. Tidak
Buang Air di Sungai atau Kali. Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah
perbuatan yang salah. Kesan pertama dari tinja atau urin yang dibuang
sembarangan adalah bau dan menjijikkan. Ekskresi juga merupakan salah satu
medium yang paling baik untuk perkembangan bibit penyakit dari mulai penyakit
ringan sampai ke penyakit yang berat dan kronis. Oleh sebab itu janganlah boker
dan beser di sembarang tempat.
4. Tidak
Membuang Sampah Ke Sungai. Sampah yang dibuang secara sembarangan ke kali akan
menyebabkan aliran air menjadi mampet. Selain itu sampah juga menyebabkan
sungai cepat dangkal dan akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan.
Sampah juga membuat sungai tampak kotor, tidak terawat, terkontaminasi, dan
lain sebagainya.
5. Tidak
Membuang Limbah Rumah Tangga dan Industri. Tempat yang paling mudah untuk
membuang limbah industri yang berupa limbah cair adalah dengan membuangnya ke
sungai. Namun apakah limbah itu aman dan layak untuk dibuang ke sungai? Hal itu
membutuhkan penelitian dan proses perubahan secara kimia yang tentu saja akan
menambah biaya operasional perusahaan. Pemerintah melalui kementrian lingkungan
hidup telah membuat tata cara serta aturan untuk pembuangan limbah yang
benar-benar ketat. Limbah yang dibuang secara asal-asalan tentu saja bisa
menimbulkan berbagai gangguan masyarakat mulai dari bau yang tidak sedap,
pencemaran terhadap air tanah, gangguan kulit, serta masih banyak lagi gangguan
kesehatan lain yang merugikan.
Referensi
:
Administrator. 2010. Pelestarian Air Bersih. (http://airuntukmasadepan.com/blogzoom.php?air=pelestarian-air-bersih&no=995 diakses tanggal 20 Mei 2011)
Administrator.
2010. (http://alamendah.wordpress.com/2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/2010
diakses tanggal 20 Mei 2011)
Administrator. 2009. (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/1944277-kebutuhan-air-bagi-tubuh-manusia/#ixzz1NQD06KxQ. Diakses tanggal 20 Mei 2011)
Administrator
2011. (http://www.apakahkamutau.com/2011/02/rekor-pencemaran-air-di-indonesia.html/ diakses tanggal 20 Mei 2011)
Administrator. 2006.
Usaha dan Cara Menjaga Kelestarian Sungai
- Upaya Melestarikan Alam Lingkungan Sekitar Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya
(http://organisasi.org/usaha_dan_cara_menjaga_kelestarian_sungai_upaya_melestarikan_alam_lingkungan_sekitar_manusia_dan_makhluk_hidup_lainnya, diakses tanggal 20 Mei 2011)
Syamsudi Prasetyo. 2010.
Berapa Banyak Kandungan Air di Bumi?(
http://www.inilah.com/read/detail/289601/berapa-banyak-kandungan-air-di-bumi/ diakses tanggal 20 Mei 2011)
Yoky Edi Saputra, 2008. Mengapa air begitu penting bagi kehidupan? (http://www.chem-is-try.org/tanya_pakar/mengapa-air-begitu-penting-bagi-kehidupan/ diakses tanggal
20 Mei 2011)
MEWASPADAI ANTRAKS
Pada Bulan
Februari 2011 dilaporkan adanya kejadian antraks pada manusia di Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah. Kronologi penyebaran wabah dimulai
dari adanya seekor sapi yang sakit pada akhir Januari 2011, sapi tersebut dipotong untuk dikonsumsi
sendiri dan sebagian dagingnya dijual ke pasar. Laporan
pertama tertanggal 12 Februari 2011 itu disampaikan kasus dengan kelainan kulit
tertentu, ditemukan 9 kasus dengan keropeng di kulit. Antraks
kembali menjadi topik pembicaraan, menambah sejarah panjang keberadaan antraks
di dunia. Penyakit Antraks diketahui sudah ada bahkan sejak zaman
Mesir Kuno, kemudian pada
tahun 1613 Eropa dilanda wabah penyakit ini
dan tercatat sekitar 60.000 orang meninggal karenanya.
Antraks di Indonesia
Di Indonesia,
pada tahun 1884 ditemukan
penyakit menyerupai antraks
pada kerbau di daerah Teluk Betung, kemudian pada tahun 1885
dilaporkan adanya penyakit antraks di Buleleng (Bali),
Rawas (Palembang), dan Lampung. Pada tahun 1886 dilaporkan
kejadian di daerah Banten, Padang, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Selama tahun
1899 sampai tahun
1930 tercatat kejadian antraks pada hewan diberbagai
tempat di Jawa dan luar Jawa. Pada tahun 1975 kembali wabah antraks terjangkit di enam daerah di
Indonesia, yaitu Jambi, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
dan Nusa Tenggara. Pada tahun 1980, di Nusa Tenggara Timur, penyakit antraks meminta korban sapi, kuda, kerbau, babi, anjing,
dan manusia. Manusia yang terserang tidak ada yang mati, tetapi 14 orang
menderita karbunkel kulit. Pada Bulan April 1997, Direktorat
Jenderal Peternakan sempat mengeluarkan larangan sementara impor daging sapi
dan bahan-bahan asal hewan dari Australia karena terjadi kasus antraks pada sapi di Victoria
dan New South Wales (Australia). Di tahun 2000 muncul antraks di peternakan burung unta di
Purwakarta, Jawa Barat, dimana ditemukan juga kasus pada manusia.
Antraks pada hewan dan manusia
Antraks adalah penyakit hewan yang dapat
menular ke manusia dan menimbulkan kesakitan
hingga kematian dengan masa inkubasi antara 2 – 5 hari.
Penyebabnya bakteri Bacillus anthracis,
bakteri ini bersifat aerob -
memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang dapat bertahan selama puluhan
tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Beberapa hewan yang sering terjangkit penyakit ini adalah
sapi,
kerbau, kambing, domba, kuda, burung onta, dan babi. Masuknya penyakit ini biasanya
melalui luka atau dari udara yang tercemar bakteri, pada hewan biasanya
terjadi pada saat makan rumput. Daun
atau ranting yang keras melukai mulut atau kaki hewan kemudian bakteri. Proses penularan antraks pada manusia bisa terjadi bila manusia
kontak langsung dengan spora antraks yang ada di dalam tanah, pada tanaman
ataupun produk-produk hewan yang terjangkit antraks. Penularan bisa juga
terjadi melalui udara yang mengandung spora antraks yang masuk masuk melalui luka atau pun melalui makanan
yang tercemar bakteri.
Pada hewan, antraks dapat menimbulkan demam, gelisah, lemah, paha
gemetar, nafsu makan hilang dan rubuh, atau keluar darah dari dubur, mulut dan lubang hidung, darah berwarna merah tua seperti
kecap atau ter, agak berbau amis dan busuk serta sulit membeku. Terjadi pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung, pinggang dan
alat kelamin luar. Bisa juga terjadi kematian dalam waktu singkat tanpa
disertai tanda-tanda sebelumnya.
Pada manusia ada empat tipe antraks yaitu:
1. Antraks kulit yang diakibatkan
masuknya spora ke
dalam kulit dan menimbulkan reaksi pertahanan tubuh berupa luka berwarna merah-coklat
yang membesar dengan kemerahan, melepuh dan mengeras kulit disekitarnya. Titik
tengah dari luka
akan terbentuk borok dengan cairan berwarna kemerahan dan terbentuk jaringan seperti sisik
ikan berwarna kehitaman yang
biasanya disertai
deman dan sakit kepala;
2. Antraks
saluran pencernaan yang disebabkan
oleh konsumsi daging yang tidak matang dan
terkontaminasi. Gejala berupa rasa
sakit perut yang hebat, mual, kehilangan nafsu makan,
diare berdarah dan demam . Bakteri akan menginvasi melewati dinding usus, dan
kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah usus disertai
racun-racun mematikan yang dihasilkan bakteri tersebut;
3.
Antraks saluran nafas (paru) ditandai dengan gejala awal
berupa gejala flu yang ringan dan hilang timbul, beberapa hari kemudian gejala memberat dan dapat
ditemukan gangguan pernafasan berat, diikuti oleh koma, syok dan bahkan
kematian. Spora antraks yang terhisap tidak menyebabkan pneumonia yang seperti
biasa, sebagian besar bahkan
spora-spora ini dapat dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh tapi pada kondisi tubuh
yang tidak baik, spora tidak akan terhancurkan semuanya sehingga akan berada di kelenjar
getah bening. Di dalam kelenjar getah bening spora akan berkembang, dan
menghasilkan racun yang mematikan dan menyebar ke seluruh tubuh. Kelenjar getah
bening yang terinfeksi akan mengalami kerusakan dan perdarahan, sehingga
infeksi akan menyebar ke seluruh paru .
4. Antraks meningitis merupakan akibat dari komplikasi bentuk antraks yang lain. Gejala klinis
seperti randang otak maupun selaput otak yaitu demam, sakit kepala hebat,
kejang, penurunan kesadaran, dan kaku kuduk.
Penanganan dan Pencegahan Antraks
Dalam menangani penyakit ini yang penting
berpedoman pada pengamatan yang menyeluruh, hal ini perlu dilakukan karena
gejala awal yang sangat umum sehingga diagnosa awal sulit ditegakkan. Karenanya
penting diketahui riwayat kontak dengan
ternak atau produknya (kulit, tulang), riwayat kontak dengan ternak sakit, riwayat
mengkonsumsi daging ternak sakit, status pekerjaan (petani ladang, peternak, pekerja Rumah Potong Hewan, penyamak
kulit), dan wilayah
tempat tinggal. Obat antibiotika yang paling ampuh
untuk penderita antraks yang alami dan jarang resisten adalah penisilin, namun yang lebih baik dibandingkan pengobatan
adalah tindakan pencegahan.
Beberapa hal yang dapat dilaksanakan untuk
mencegah timbulnya antraks antara lain :
1. Memberikan imunisasi
kepada orang dengan risiko tinggi dimana sudah ditemukan vaksin yang efektif mencegah antraks kulit dan pernapasan. Orang dengan risiko tinggi yang dimaksud
diantaranya petugas labororatorium yang secara
rutin bekerja dengan B. anthracis dan
para pekerja yang menangani bahan mentah
yang potensial terkontaminasi.
2. Memberikan sosialisasi kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial
terkontaminasi antraks untuk menjaga kulit agar tidak lecet dan menjaga
kebersihan perorangan.
3.
Menjaga kondisi tempat kerja dengan membersihkan
debu dan menyiapkan ventilasi yang baik di
tempat-tempat kerja pada industri berbahaya terutama yang menangani bahan mentah, melakukan
supervisi medis pada para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka
dikulit, pendisiplinan
penggunaan pelindung dan penyediaan fasilitas mencuci tangan dan berganti pakaian sesudah kerja, dan penempatan ruang makan jauh dari tempat kerja.
4.
Melakukan pencucian menyeluruh, disinfeksi atau sterilisasi
bulu, wol dan tulang atau bagian dari tubuh binatang lainnya yang akan
dijadikan pakan ternak sebelum diproses.
5.
Pemusnahan bangkai ternak yang terkontaminasi antraks dengan dalam suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan
mengangkut bangkai tersebut ke tempat insenerator. Jika tidak memungkinkan, bangkai dikubur dalam-dalam di tempat
binatang itu mati dengan ditaburi quicklime atau kalsium oksida anhydrous untuk mempercepat pembusukan sedangkan tanah yang terkontaminasi dengan bangkai atau kotoran binatang
didekontaminasi dengan lye 5% atau quicklime
6.
Melakukan pengawasan ketat terhadap buangan air
limbah dari tempat yang menangani binatang-binatang yang potensial
terkontaminasi antraks dan limbah dari pabrik yang menghasilkan produk bulu,
wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.
7. Mengimunisasi
sedini mungkin dan melakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada semua hewan yang
berisiko terkena antraks, mengobati hewan yang menunjukkan gejala
antraks dengan penisilin atau tetrasiklin dan tidak menyembelih hewan sampai beberapa bulan
setelah sembuh.
Tingkat Kematian Manusia Akibat Antraks di Indonesia mencapai
18 Persen. Penyakit Antraks memang layak ditakuti karena sangat mematikan, karenanya kita mesti berhati-hati dan
mewaspadai antraks.
Referensi
Detiknews. 2011. Kemenkes
Terus Pantau Wabah Anthrax di Boyolali, (http://www.detiknews.com/read/2011/02/27/163734/1580656/10/kemenkes-terus-pantau-wabah-anthrax-di-boyolali diakses tanggal 25 Februari 2011)
2010. Anthrax .
(http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubInformasiPenyakit&idMenuKiri=56&idSelected=1&idInfo=28&page diakses tanggal 25 Februari 2011)
2010. Apa Itu
Penyakit Anthrax ?. (http://www.resep.web.id/tips/apa-itu-penyakit-anthrax.htm
2010 diakses tanggal 25 Februari 2011)
2009. Antraks. (http://kumpulanartikelkesehatan.wordpress.com/2009/10/10/anthrax/ diakses tanggal 25 Februari 2011)
BIJAK MENYIKAPI SAMPAH
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan
hasil Sensus Penduduk tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah
sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya yang tercatat di tahun
2000. Peningkatan jumlah penduduk ini mempercepat pertumbuhan volume sampah, tahun
2010 saja diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per hari yang berarti 73 juta ton per tahun. Jika dikalkulasikan secara kasar dengan
jumlah penduduk hasil sensus di atas, berarti setiap orang rata-rata
menghasilkan 0,84 Kilogram sampah setiap hari. Peningkatan pertumbuhan sampah ini dipengaruhi
oleh beberapa hal lain seperti pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan
yang berimbas kepada pola konsumsi dan perilaku masyarakat yang cenderung
mencari kepraktisan namun menghasilkan lebih banyak sampah.
Sampah dan Persoalannya
Selama ini sebagian besar dari kita
masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tak bermanfaat dan belum
terfikirkan bahwa sampah adalah sesuatu yang dapat menjadi sumber daya dan
dimanfaatkan. Pengelolaan sampah yang jamak dilakukan bertumpu pada pendekatan
akhir (end-of-pipe), dimana sampah
yang ada sekedar dikumpulkan kemudian diangkut dan dibuang ke tempat penimbunan
sampah. Hal ini terutama terjadi di kota-kota besar dengan lahan terbatas untuk
pengelolaan sampah yang membuat orang segera melupakan sampahnya begitu dibuang
dan tak nampak di depan mata. Timbunan sampah dengan volume yang besar di sebuah lokasi dapat menimbulkan berbagai persoalan lingkungan, kesehatan
maupun sosial ekonomi.
Persoalan lingkungan yang bisa muncul jika sampah
tidak dikelola dengan baik misalnya gangguan estetika karena tumpukan atau serakan
sampah padat, pencemaran udara karena bau busuk dari sampah atau adanya potensi pelepasan gas metan (CH4) yang
dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap
pemanasan global, pencemaran air dapat terjadi jika terjadi
peresapan air cucian sampah padat (air hujan) ke dalam sumber air, sampah yang terbawa masuk ke selokan dan sungai akan menghambat aliran air dan memperdangkal sungai yang berujung pada
terjadinya banjir. Gangguan kesehatan
yang dapat terjadi karena pengelolaan sampah yang tidak baik antara lain, diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan,
atau keracunan akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar zat beracun dari sampah.
Persoalan sosial ekonomi yang mungkin terjadi karena sampah misalnya turunnya
jumlah wisatawan, meningkatnya pembiayaan pengobatan, rendahnya produktivitas kerja
karena sakit, tingginya pembiayaan untuk perbaikan fasilitas yang rusak karena
banjir akibat timbunan sampah dan lain-lain.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah telah disah-kan pada 7 Mei 2008, di dalamnya disebutkan bahwa paling lambat pada tahun 2013, pengelolaan
sampah dengan penumpukan sampah
secara open dumping atau model tempat
pembuangan akhir (TPA) seperti sekarang ini tidak diperbolehkan lagi. TPA yang
diperbolehkan hanyalah yang berbasis sanitary
landfill atau semi sanitary landfill.
Metode
open dumping yang dimaksud
adalah penimbunan sampah di
lokasi TPA tanpa aplikasi teknologi yang memadai, hal ini memungkinkan adanya
perembesan air lindi (cairan yang timbul akibat pembusukan sampah) melalui
kapiler-kapiler air dalam tanah hingga mencemari sumber air tanah, terlebih di
musim hujan. Efek pencemaran bisa berakumulasi jangka panjang dan pemulihannya
bisa membutuhkan puluhan tahun. Karenanya metode ini sudah tidak
direkomendasikan lagi untuk digunakan. Metode sanitary landfill dilaksanakan
dengan pelapisan geotekstil yang tahan karat pada
permukaan tanah sebelum ditimbuni sampah, lapisan ini berfungsi mengalirkan air lindi ke bak penampungan agar tidak
mancemari air tanah, yang selanjutnya diolah menjadi pupuk organik cair (POC). Setelah sampah
ditimbun, kemudian dilapisi lagi dengan geotekstil di bagian atasnya dan
ditutup dengan tanah. Metode ini lebih aman daripada open dumping namun memerlukan lahan yang luas, biaya pengelolaan yang mahal serta risiko besar
atas kebocoran zat atau gas beracun. Ada beberapa metode lain yang dapat
digunakan seperti metode pembakaran
dengan autoclave atau incenerator, metode gas metana dengan
prinsip fermentasi, dan lain-lain yang pada umumnya membutuhkan biaya yang
mahal.
Dengan mengetahui besarnya dampak yang
terjadi jika sampah tidak dikelola dengan baik dan besarnya biaya untuk
pengelolaannya, bisa menjadi motivasi
bagi kita untuk melakukan sesuatu, berusaha mengurangi produksi sampah tiap hari, merubah cara pandang terhadap sampah, dari
barang sisa yang tidak berguna menjadi memandang sampah sebagai sesuatu yang
mempunyai nilai lebih dan dapat dimanfaatkan, atau hal lain apapun
yang bisa diupayakan untuk memecahkan persoalan sampah ini. Satu hal yang bisa
dimulai dari diri sendiri dalam rangka pengelolaan sampah ini adalah dengan
menerapkan prinsip 3R.
Reduce, Reuse and Recycle + Repair
Istilah
3R saat ini sudah populer dan sering didengungkan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah persampahan
ini. 3R itu adalah Reduce, Reuse and Recycle. Pertama Reduce atau
mengurangi, dalam hal ini yang dikurangi adalah penggunaan bahan-bahan yang
bisa merusak lingkungan, mengurangi belanja barang yang tidak “terlalu” dibutuhkan,
atau apa pun yang intinya adalah
pengurangan kebutuhan. Hal sederhana yang bisa kita lakukan antara lain
mengurangi penggunaan kertas tissue
dan menggantinya dengan sapu tangan, mengurangi penggunaan kertas di kantor
dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, membaca koran online, dan sebagainya. Kedua Reuse berarti pemakaian
kembali untuk tujuan yang sama atau berbeda.
Hal ini bisa dimulai dengan menggunakan sisi kertas bekas yang kosong
untuk menulis/menyiapkan konsep dokumen, memanfaatkan botol bekas minuman untuk
tempat minyak goreng. Ketiga Recycle atau mendaur
ulang. Hal yang bisa dilakukan seperti
menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, mengubah sampah organik
menjadi kompos, sampai mendaur
ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali. Satu lagi yang bisa ditambahkan dalam langkah
3R sehingga menjadi 4R yaitu repair. Langkah yang satu ini seringkali dilupakan
orang, Repair adalah usaha perbaikan demi lingkungan.
Contoh memperbaiki barang-barang yang rusak agar bisa kita gunakan kembali
seperti menjahit baju yang sobek atau menambal sepatu yang jebol agar tak membeli
yang baru. Perbaikan lain yang lebih
besar misalnya reboisasi atau
perbaikan lahan kritis untuk memperluas daerah resapan
yang lebih besar dan menahan limpahan air yang bisa menyebabkan longsor.
Mulai dari Sekarang
Sampah berikut dampak dan
pengelolaannya telah menjadi masalah tersendiri tidak hanya bagi individu namun
juga bagi masyarakat bahkan negara. Persoalan
sampah ini semakin besar dari hari ke hari, sebuah persoalan yang harus
diselesaikan, tidak sekedar dibicarakan.
Kita bisa memulai mengurai benangnya mulai dari hal-hal sederhana di
sekitar kita, dan bisa kita mulai dari sekarang. (anjas)
Referensi
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, (online). (http://www.menlh.go.id/adipura/peraturan/UU_no18_th2008_ttg_pengelolaan_sampah.pdf diakses tanggal 20 Januari 2011)
Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, (http://omjun.com/motivasi-dan-pengembangan-diri/penduduk-indonesia-2367-juta-jiwa.htm diakses tanggal 20 Januari 2011)
Amarullah. A. 2010. Sampah Indonesia Tiap Hari Capai 200 Ribu Ton
(http:// nasional.vivanews.com/news/read/131299-sampah_indonesia_tiap_hari_capai_200_ribu_ton diakses tanggal 20 Januari 2011)
Hoesein. A. 2010. Sampah Menjadi Masalah Serius Perkotaan (http://green.kompasiana.com/limbah/2010/11/27/sampah-menjadi-masalah-serius-perkotaan/ diakses tanggal 20 Januari 2011)
Kurniawan. E. 2010. Pengelolaan Sampah di Indonesia (http:// www.iec.co.id/berita/pengelolaan-sampah-di-indonesia diakses tanggal 20 Januari 2011)
2007. Reduce,
Reuse, Recylce + Repair, (http://akuinginhijau.org/2007/08/06/reduce-reuse-recycle-repair/ diakses tanggal 20 Januari 2011)
Diana. A. 2007. Sampah dan Pengelolaannya (http://anafio.multiply.com/reviews/item/3 diakses tanggal 20 Januari 2011)
Tobing.I. 2005. Dampak Sampah
Terhadap Kesehatan Lingkungan dan Manusia. Skripsi. Jakarta : Fakultas
Biologi Universitas Nasional,Jakarta.
(online), (http://biologi.unas.ac.id:8080/web_biologi/publikasi/Dampak%20sampah%20terhadap%20kesehatan%20lingkungan%20dan%20manusia%20(Tobing,%202005).pdf diakses tanggal 20 Januari 2011)
Hoesein. A. 2010. Metode Pengelolaan
Sampah Kota. (http://green.kompasiana.com/limbah/2010/06/30/metode-pengelolaan-sampah-kota/diakses tanggal 20 Januari 2011)
PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya.
Penyakit merupakan respon tubuh akibat menurunnya energi dalam tubuh karena
berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengeliminasi dan membuang racun. Lingkungan
adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam
seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan
yang terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik
adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban,
cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa
seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Penyakit
berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis
berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh
interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi
penyakit
Jenis penyakit berbasis lingkungan yang pertama disebabkan oleh virus seperti ISPA, TBC paru, Diare, Polio,
Campak, dan Kecacingan; yang kedua disebabkan oleh binatang seperti Flu burung, Pes, Anthrax ; dan yang
ketiga
disebabkan oleh vektor
nyamuk diantanya DBD, Chikungunya dan Malaria. Penyakit
berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan untuk
Indonesia, menurut hasil survei mortalitas Subdit ISPA pada tahu 2005 di 10
provinsi diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada
bayi (22,3%) dan pada balita (23,6%).
Diare, juga menjadi persoalan tersendiri dimana di tahun 2009 terjadi
KLB diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22 Kabupaten/kota dan 14 provinsi
dengan angka kematian akibat diare (CFR) saat KLB 1,74%. Pada tahun 2007 angka
kematian akibat TBC paru adalah 250 orang per hari. Prevalensi kecacingan pada
anak SD di kabupaten terpilih pada tahun 2009 sebesar 22,6%. Angka kesakitan
DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000 penduduk dengan angka kematian
0,9%. Kejadian chikungunya pada tahun
2009 dilaporkan sebanyak 83.533 kasus tanpa kematian. Jumlah kasus flu burung
di tahun 2009 di indonesia sejumlah 21, menurun dibanding tahun 2008 sebanyak
24 kasus namun angka kematiannya meningkat menjadi 90,48%.
Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnya sepakat bahwa kualitas kesehatan lingkungan adalah
salah satu dari empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan manusia menurut H.L
Blum yang merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian derajat kesehatan. Memang tidak
selalu lingkungan menjadi faktor penyebab,
melainkan juga sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit
yang telah ada. Faktor yang menunjang
munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain :
o
Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan
sumber daya air dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita
per tahun, jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000
meter kubik per tahun. Namun demikian,
Indonesia masih saja mengalami persoalan air bersih.
Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih, sebagian besar yang
memiliki akses mendapatkan
air bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam.
Dari data Bappenas disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk
dengan akses air minum yang aman adalah 47,63%. Sumber air minum yang disebut
layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung ,
mata air terlindung dan air hujan. Dampak
kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan
sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO
memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap
tahun) meninggal akibat air yang tidak aman dan kurangnya higienitas.
o Akses sanitasi
dasar yang layak
Kepemilikan
dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan salah satu isu
penting dalam menentukan kualitas sanitasi. Namun pada kenyataannya dari data
Susenas 2009, menunjukkan hampir 49% rakyat
Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini berarti ada lebih dari 100 juta
rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban yang tak
berkualitas. Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan
masih tingginya kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di Indonesia.
o
Penanganan sampah dan limbah
Tahun 2010
diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per hari yang berarti 73 juta ton per tahun. Pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan
banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan sampah,
pencemaran lingkungan udara, tanah dan air, potensi
pelepasan gas metan (CH4) yang memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global, pendangkalan sungai yang berujung pada terjadinya
banjir serta gangguan kesehatan seperti diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan,
atau keracunan akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar zat beracun dari sampah.
o
Vektor penyakit
Vektor penyakit semakin sulit
diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit telah beradaptasi sedemikian
rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun
semakin tinggi. Hal ini didukung faktor lain yang membuat perkembangbiakan
vektor semakin pesat antara lain : perubahan
lingkungan fisik seperti pertambangan, industri dan pembangunan perumahan; sistem
penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk
sehingga masih diperlukan container untuk penyediaan air; sistem drainase
permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat; sistem pengelolaan sampah
yang belum memenuhi syarat, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam
pengendalian vektor; pemanasan global yang meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan merupakan keadaan
dan tempat hidup yang ideal untuk perkembang-biakan vektor penyakit.
o
Perilaku masyarakat
Perilaku Hidup Bersih san Sehat
belum banyak diterapkan masyarakat, menurut studi Basic Human Services (BHS)
di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam
mencuci tangan adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2) setelah membersihkan
tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%, (4) sebelum memberi makan bayi
7%, dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum
rumah tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia
coli. Menurut studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47% masyarakat masih
berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Ada beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit berbasis
lingkungan, diantaranya : (1) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi
Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan Pembinaan
kelompok pemakai air. (2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban
keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan
tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana
ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
(3) Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan
sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran. (4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang
bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat
penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB
keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan. (5) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader
juru pengamatan jentik (jumantik),
petugas sanitasi puskesmas, melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang
mungkin menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik. (anjas)
Referensi :
Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2010. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Tahun 2009.2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
2009. Beberapa Pengertian Tentang Sanitasi
Lingkungan (http://helpingpeopleideas.com/publichealth/sanitasi-lingkungan/ diakses tanggal 18 Januari 2011)
Tim Teknis Pembangunan Sanitasi. 2011. Potret Buram Sanitasi Kita.(http://www.sanitasi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=592:potret-buram-sanitasi-kita&catid=55:berita&Itemid=125 diakses
tanggal 18 Januari 2011)
2011. Penyakit . (http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit diakses tanggal 18 Januari 2011)
Public
Health Corner . 2011. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (http://helpingpeopleideas.com/publichealth/sanitasi-total-berbasis-masyarakat-stbm-2/ diakses
tanggal 18 Januari 2011)
Sudayasa, P. 2009. Lima
Upaya Dasar Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas (http://www.puskel.com/5-upaya-dasar-program-kesehatan-lingkungan-di-puskesmas/ diakses
tanggal 18 Januari 2011)
2011. Lingkungan .(http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan diakses tanggal 18 Januari 2011)
Sanitasi Bersih . 2009. Kekurangan Akses Terhadap Air Minum dan Sanitasi Dasar (http://sanitasibersih.blogspot.com/2009/10/kekurangan-akses-terhadap-air-minum-dan.html diakses tanggal 18 Januari 2011)
2008. vektor penyakit menular
(http://jiniaricute.wordpress.com/2008/05/27/vektor-penyakit-menular/ diakses tanggal 18 Januari 2011)
Langganan:
Postingan (Atom)
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...