Rabu, 29 Februari 2012

PROYEK MENYAPIH

Enam tahun yang lalu, di dua bulan umur kehamilan anak kedua , aku sampai pada keputusan ‘terpaksa’ untuk menyapih  Sakha. Terpaksa karena pada waktu itu umur Sakha belum genap dua tahun, baru 18 bulan. Aku berharap masih bisa memberikan ASI sampai 6 bulan kemudian. Tapi keputusan itu harus kuambil, sebab untuk mengambil pilihan lain seperti menyusui ketika hamil, tak berani kulakukan karena sempat mengalami perdarahan di awal kehamilan.

Waktu itu, mencoba mencari cara menyapih terbaik dan tercepat dengan mempertimbangkan cerita pengalaman sanak saudara teman tentang cara menyapih anak-anaknya.  Ada yang dioles ini-itu, ada yang pake ‘jopa-japu’, diberi air dari mbah ini-mbah itu, disuwukke disana dan disitu.
Aku pakai caraku sendiri saja lah, kuoles dada dengan krim penghangat yang biasa kupake jika Sakha susah tidur karena flu dan tersumbat hidung.

Dan, berhasil....Sakha tak berminat lagi menyusu, meski selama satu pekan dalam proses penyapihan badannya agak demam, tapi aku tetapkan untuk bertega hati. Toh ketika malam dia merasa lapar, Sakha mau makan yang lain sebagai gantinya.

Karena tak suka susu formula, makanan pengganti favoritnya adalah  dua - tiga sendok nasi anget dengan frekuensi 2-3 kali tiap malam.  Makan nasi tengah malam ini hanya berjalan dua minggu, setelahnya Sakha tidur anteng sejak mapan tidur sampai bangun keesokan harinya.

Menyapih Akhsan punya cerita lain, alasanku menyapihnya saat umur 23 bulan bukan karena aku keburu hamil...tapi karena lecet bin luka berdarah...Akhsan dengan gigi-giginya dan kekuatan hisapnya membuat luka yang tak tertahankan perihnya.

Atas saran seorang teman dokter, aku menyapih Akhsan dengan cara yang sangat mudahnya.
 Pada hari itu aku mengatakan “Akhsan, sudah besar nggak usah mimik ibu lagi ya...”
Akhsan tidak menjawab mengiyakan, tapi saat dia minta minum...susu dalam gelas yang kuberikan tak ditolaknya dan tak ada rengekan minta ASI. Setelah disapih Akhsan minum  empat gelas susu semalam.

Menyapih Abbad agak berbeda dengan dua pendahulunya,sempat terbersit keinginanku untuk memberikan ASI lebih dari dua tahun....berusaha mencari referensi sana-sini. Dari pandangan syariah, kesehatan dan psikologi, sampai pada kesimpulan....AKU RAGU JIKA HARUS MEMBERI ASI LEBIH DARI DUA TAHUN.

Di usia Abbad 22 bulan aku mengalami lecet bin luka berdarah meski tak separah saat Akhsan dulu, saat itu aku berniat menghentikan pemberian ASI...tapi aku ragu karena selera makan Abbad belum sebagus kakak-kakaknya di usia yang sama.  Keraguanku sempat mengundang komentar suamiku dengan

“Kayak baru punya anak satu aja”

Karena tak kuat juga menahan sakit kuhentikan pemberian ASI dengan memberikan alasan ke Abbad

“mimik ibu sakit”

Tapi itu hanya bertahan dua hari satu malam, di malam kedua...aku tak tahan mendengar rengekan Abbad, lecetku sudah mulai membaik dan aku tak tahan menahan sakit yang lain (sakit bengkak karena timbunan air susu di dada).

Walhasil gagal sudah rencana penyapihan tahap pertama.

Kurang dua pekan dari usia dua tahun, aku mendapat tugas ke luar kota, Cuma dua hari satu malam saja sebenarnya...namun aku bertekad menggunakan kesempatan ini benar-benar untuk menyapih Abbad.

Kuminta kesediaan Ibuku untuk menemani suami dan anak-anak selama aku pergi, tak tega juga membayangkan kerewelan Abbad tanpa ada pendamping yang paham tentang tugas susu-menyusui ini.

Abbad rewel banget, menangis keras-keras....”nangis njempling-njempling” kata suamiku menggambarkan kerewelan Abbad saat sapih malam pertama.
Di malam kedua saat aku sudah ada disampingnya pun tangis njempling-njemplingnya tetap tak tertahankan...Itu terjadi sampai di malam ke-empat meski berangsur berkurang frekuensi dan amplitudonya.

Rasa sakit karena bengkak yang kurasakan di dada juga berangsur berkurang, aku memerahnya sedikit untuk mengurangi rasa sakit pada saat mandi, karena produksi ASI juga akan berangsur turun jika tak lagi disusu anak.

Di malam kelima tangis Abbad tak lagi njempling-njempling, dia hanya sedikit merengek dan minta susu dan menerima gelas berisi susu UHT yang kuangsurkan, diminum habis dan tidur kembali.

Alhamdulillah, Selamat ya Le !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem