Rabu, 29 Februari 2012

LATENG VS TENTIR

Semasa kecil dulu, waktu pramuka masih diwajibkan - sekarang masih nggak sih?- kami dikenalkan pada tanaman berkhasiat yang bisa dipakai untuk mengobati beberapa gejala penyakit seperti daun dadap srep untuk meredakan demam, daun ketepeng untuk mengobati gata-gatal, getah pisang untuk mengobati luka dan beberapa lainnya yang aku lupa.

Saat itu dengan lingkungan rumah yang mendukung, membuat kami manggut-manggut (sok mengerti) meski pada kenyataannya sebagian besar teori itu tidak kupraktekkan.


Belum lama ini, anak-anakku mendapat kesempatan berkenalan dengan tanaman yang bisa dimanfaatkan dan yang bisa berbahaya untuk manusia, begini ceritanya :


Beberapa bulan yang lalu saat long week end, aku dan anak-anak mengunjungi yangkung yanguti di Magelang (anak-anak belum nengok yangkung-nya setelah operasi katarak). Berkumpul di rumah ibuku, para sepupu (tidak semuanya, tapi lumayan meramekan suasana)
Anak-anak ketika berkumpul, macam-macam lah mainnya, betengan, pingsutan, baca-baca, nge-game, petak umpet .

Hari Sabtu, cuma 5 sepupu yang berkumpul (yang lain tak bisa datang karena berbagai alasan).
Bosan bermain yang biasa, mereka mencoba permainan baru. Sakha, Isna, Fauzan dan Hanif mulai mengumpulkan daun-daun di kebun sebelah rumah dan halaman tengah yangkung. Kumpulan daun itu kemudian dimasukkan dalam ember, diisi air kemudian diaduk beramai-ramai. Sempat kudengar Isna bertanya pada ibunya-kakakku-
 " Bu, ini daunnya gapapa dipake?"
"Ya" jawaban kakakku tanpa menoleh karena amsih asyik berbincang dengan para saudara.

Tak berapa lama mereka bermain, kempatnya mulai berteriak "gatal ! gatal ! panas !"
Polah mereka pun bermacam-macam, Fauzan mengangkat dan menggoyang-goyangkan kedua tangannya, Isna meniup-niup kesepuluh jarinya, Sakha berteriak sambil meloncat-loncat sedang hanif berlari kesana kemari sambil mengangkat tangan.

Ibuku langsung curiga,
 "Wah kena lateng kuwi, neng pinggir kuwi ana lateng-e,ayo buang dolanane, adus kabeh" (jawa: kena lateng, di samping ada tanaman lateng, buang mainannya dan mandi semua)

Langsung saja para ibu yang semula asyik bercerita bubar, ember berisi daun dan air itu dibuang dan anak-anak dimandikan, diminyaki dan dibedaki.


Hari itu kami belajar tentang lateng yang bahasa kerennya Urtica grandidentata Miq. non Moris . Tanaman Perdu, tahunan, tinggi 1-1,5 m. batangnya Bulat, berkayu, bercabang, masih muda ungu setelah tua putih. Berdaun Tunggal, bulat telur, ujung runcing, pangkal bulat,
tepi bergerigi, permukaan bawah ungu, permukaan atas hijau tua, pertulangan menyirip, tangkai bulat,panjang 1-3 cm, ungu. Bunganya Majemuk, bentuk malai, mahkota tidak jelas, tangkai berambul, ungu. Akarnya Tunggang, putih kekuningan. itu info yang kudapat dari sini     

sayangnya aku tak sempat memfoto tanamannya.

Pelajaran kedua kali ini tentang tanaman yang berkhasiat, kami dapat saat liburan lebaran kemarin di Bayat, Klaten.
Biasa, ketika bermain, meloncat, berlari, main sepedanya anak-anak dilengkapi dengan kesandung, tergelincir dan jatuh.
Sakha, Akhsan dan Abbad mengalaminya dengan kadar kesakitan yang berbeda. Akhsan yang pertama jatuh dengan luka di kedua lututnya, menangis tentu saja, darah keluar.
Kutawari untuk mengolesinya dengan obat, lidah buaya atau getah pohon pisang, semua ditolaknya. Adik iparku mengusulkan getah tentir, tapi dengan tambahan penjelasan
" Perih banget mBak, tapi mandi" (jawa: pedih sekali tapi manjur)
Oke, kuputuskan untuk menggunakan tentir, adikku memetik satu batang tentir, dia pegang akhsan kuat-kuat dan aku yang mengoleskan dengan penjelasan
"Mas, ini agak sakit ya...ditahan, nanti sore sebelum mandi insyaAlloh sembuh"
"Wa......." tangisan Akhsan membahana namun tak sampai sepuluh menit setelahnya dia sudah kembali tertawa dan berlari.

Sakha giliran jatuh dari sepeda berikutnya, luka di sikunya.


 
ini luka sore harinya


Meski sempat berontak sebelum dioles tentir, episode jatuh hari itu ditutup dengan senyum karena tak berapa lama perih karena tentir terasa, setelahnya langsung kering dan beraktivitas seperti biasa


 
foto esok paginya

Giliran Abbad jatuh ketika, luka di lututnya kuoles tentir juga, tapi si gendut ini tetap tertawa-tawa, seolah tak terjadi apa-apa.

Jadi inilah bentuk si tentir :

 
Tentir di depan rumah mBah Cipto

Tentir atau tintir atau Jatropha multifida termasuk suku jarak-jarakan (Euphorbiaceae), kerabat dekatnya J. podagrica.
 Nama jarak sendiri adalah Ricinus communis, pada umumnya suku Euphorbiaceae mempunyai getah putih agak bening dan beracun. Perawakan perdu tinggi bisa mencapai 8 meter, daun tunggal, bentuk daun palmate (menjari) yamg punya lekukan banyak (multifidus), Perbanyakan sangat gampang bisa dari biji bisa dengan stek batang. Getahnya mengandung zat yang bisa menutup aliran darah yang terbuka (pengganti obat merah/betadin) bila kena luka baru. ....info lengkap dari sini

Yah, pengalaman dengan dua tanaman ini menambah semakin kagum pada kehebatan penciptanya. Sekarang aku sering celingukan melihat-lihat kalo-kalo ada pohon tentir dan lateng di sekitar rumah, dan belum kutemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem