Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya.
Penyakit merupakan respon tubuh akibat menurunnya energi dalam tubuh karena
berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengeliminasi dan membuang racun. Lingkungan
adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam
seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan
yang terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik
adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban,
cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa
seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Penyakit
berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis
berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh
interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi
penyakit
Jenis penyakit berbasis lingkungan yang pertama disebabkan oleh virus seperti ISPA, TBC paru, Diare, Polio,
Campak, dan Kecacingan; yang kedua disebabkan oleh binatang seperti Flu burung, Pes, Anthrax ; dan yang
ketiga
disebabkan oleh vektor
nyamuk diantanya DBD, Chikungunya dan Malaria. Penyakit
berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan untuk
Indonesia, menurut hasil survei mortalitas Subdit ISPA pada tahu 2005 di 10
provinsi diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada
bayi (22,3%) dan pada balita (23,6%).
Diare, juga menjadi persoalan tersendiri dimana di tahun 2009 terjadi
KLB diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22 Kabupaten/kota dan 14 provinsi
dengan angka kematian akibat diare (CFR) saat KLB 1,74%. Pada tahun 2007 angka
kematian akibat TBC paru adalah 250 orang per hari. Prevalensi kecacingan pada
anak SD di kabupaten terpilih pada tahun 2009 sebesar 22,6%. Angka kesakitan
DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000 penduduk dengan angka kematian
0,9%. Kejadian chikungunya pada tahun
2009 dilaporkan sebanyak 83.533 kasus tanpa kematian. Jumlah kasus flu burung
di tahun 2009 di indonesia sejumlah 21, menurun dibanding tahun 2008 sebanyak
24 kasus namun angka kematiannya meningkat menjadi 90,48%.
Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnya sepakat bahwa kualitas kesehatan lingkungan adalah
salah satu dari empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan manusia menurut H.L
Blum yang merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian derajat kesehatan. Memang tidak
selalu lingkungan menjadi faktor penyebab,
melainkan juga sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit
yang telah ada. Faktor yang menunjang
munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain :
o
Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan
sumber daya air dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita
per tahun, jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000
meter kubik per tahun. Namun demikian,
Indonesia masih saja mengalami persoalan air bersih.
Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih, sebagian besar yang
memiliki akses mendapatkan
air bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam.
Dari data Bappenas disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk
dengan akses air minum yang aman adalah 47,63%. Sumber air minum yang disebut
layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung ,
mata air terlindung dan air hujan. Dampak
kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan
sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO
memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap
tahun) meninggal akibat air yang tidak aman dan kurangnya higienitas.
o Akses sanitasi
dasar yang layak
Kepemilikan
dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan salah satu isu
penting dalam menentukan kualitas sanitasi. Namun pada kenyataannya dari data
Susenas 2009, menunjukkan hampir 49% rakyat
Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini berarti ada lebih dari 100 juta
rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban yang tak
berkualitas. Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan
masih tingginya kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di Indonesia.
o
Penanganan sampah dan limbah
Tahun 2010
diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per hari yang berarti 73 juta ton per tahun. Pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan
banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan sampah,
pencemaran lingkungan udara, tanah dan air, potensi
pelepasan gas metan (CH4) yang memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global, pendangkalan sungai yang berujung pada terjadinya
banjir serta gangguan kesehatan seperti diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan,
atau keracunan akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar zat beracun dari sampah.
o
Vektor penyakit
Vektor penyakit semakin sulit
diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit telah beradaptasi sedemikian
rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun
semakin tinggi. Hal ini didukung faktor lain yang membuat perkembangbiakan
vektor semakin pesat antara lain : perubahan
lingkungan fisik seperti pertambangan, industri dan pembangunan perumahan; sistem
penyediaan air bersih dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk
sehingga masih diperlukan container untuk penyediaan air; sistem drainase
permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat; sistem pengelolaan sampah
yang belum memenuhi syarat, penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam
pengendalian vektor; pemanasan global yang meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan merupakan keadaan
dan tempat hidup yang ideal untuk perkembang-biakan vektor penyakit.
o
Perilaku masyarakat
Perilaku Hidup Bersih san Sehat
belum banyak diterapkan masyarakat, menurut studi Basic Human Services (BHS)
di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam
mencuci tangan adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2) setelah membersihkan
tinja bayi dan balita 9%, (3) sebelum makan 14%, (4) sebelum memberi makan bayi
7%, dan (5) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum
rumah tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia
coli. Menurut studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47% masyarakat masih
berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Ada beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit berbasis
lingkungan, diantaranya : (1) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi
Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan Pembinaan
kelompok pemakai air. (2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban
keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan
tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana
ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
(3) Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan
sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran. (4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang
bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat
penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB
keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan. (5) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader
juru pengamatan jentik (jumantik),
petugas sanitasi puskesmas, melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang
mungkin menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik. (anjas)
Referensi :
Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2010. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Tahun 2009.2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
2009. Beberapa Pengertian Tentang Sanitasi
Lingkungan (http://helpingpeopleideas.com/publichealth/sanitasi-lingkungan/ diakses tanggal 18 Januari 2011)
Tim Teknis Pembangunan Sanitasi. 2011. Potret Buram Sanitasi Kita.(http://www.sanitasi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=592:potret-buram-sanitasi-kita&catid=55:berita&Itemid=125 diakses
tanggal 18 Januari 2011)
2011. Penyakit . (http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit diakses tanggal 18 Januari 2011)
Public
Health Corner . 2011. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (http://helpingpeopleideas.com/publichealth/sanitasi-total-berbasis-masyarakat-stbm-2/ diakses
tanggal 18 Januari 2011)
Sudayasa, P. 2009. Lima
Upaya Dasar Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas (http://www.puskel.com/5-upaya-dasar-program-kesehatan-lingkungan-di-puskesmas/ diakses
tanggal 18 Januari 2011)
2011. Lingkungan .(http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan diakses tanggal 18 Januari 2011)
Sanitasi Bersih . 2009. Kekurangan Akses Terhadap Air Minum dan Sanitasi Dasar (http://sanitasibersih.blogspot.com/2009/10/kekurangan-akses-terhadap-air-minum-dan.html diakses tanggal 18 Januari 2011)
2008. vektor penyakit menular
(http://jiniaricute.wordpress.com/2008/05/27/vektor-penyakit-menular/ diakses tanggal 18 Januari 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar