Sejak umur tiga tahun, tiap kali liburan sekolah Sakha berlibur di
rumah eyangnya di Magelang. Tanpa aku atau suamiku (karena jadwal libur
kami tak sama dengan jadwal libur anak sekolah – kalo sama, betapa
senangnya).
Berlibur di rumah eyang, berarti bertemu
dengan para sepupu dan bermain sepuasnya. Meski tanpa ibunya, Sakha bisa
melewatinya dengan baik asal perjanjiannya jelas sejak awal. Daya
tahan Sakha berlibur tanpa Bapak-Ibunya bertahap mulai dari semalam
saja, sampai liburan kemarin lima hari enam malam (yang terakhir
ditemani Akhsan). Dan liburan kali ini, Sakha dan Akhsan berencana 4
hari di rumah eyang.
Setiap hari, pagi dan sore aku akan
menelpon menanyakan kabar anak-anak. Biasanya kakak-kakakku akan
menjawab “baik, mau makan dan anaknya lagi main...nggak mau diajak
bicara” meski kadang kalau pas mereka ingat, mereka akan minta menelpon
ibunya. Tapi lebih sering aku menelepon dan mendapat jawaban “baik,
tidak rewel, lagi asyik main”
Tiap kali berpisah dengan anak-anak, membuatku menjadi sensitif dan agak cengeng (asline pancen gembeng). Hal-hal
kecil yang kujumpai seringkali mengingatkanku pada mereka dan membuat
mataku berkabut dan meneteskan air mata, rinduku menggebu.
Ketika
ada sedikit waktu luang, melihat mainan Akhsan bisa membuat aku
terisak, menatap tulisan dan gambar Sakha di tembok rumah membuatku
meneteskan air mata. Jika pengalihan pada kesibukan tak juga
menentramkan hatiku, aku akan menelepon mereka meskipun tahu akan
mendapat jawaban seperti yang aku sebut di atas.
Melayang
ingatanku di masa kecil dulu saat aku ditinggal ibu penataran, kalau
tidak salah aku sudah sekolah TK waktu itu. Aku tak ingat betul ibu ikut
penataran apa, yang pasti itu sangat berpengaruh untuk pekerjaannya
sebagai guru SD. Ditinggal ibu beberapa hari membuatku sangat-sangat
rindu, melihat daster ibu yang tergantung di kapstok saja membuatku
meraung-raung teringat pada ibu......Ibuuuuuuu!
Lain waktu
ketika aku duduk di kelas 2 SD, aku berlibur ke rumah nenek (dari ibu)
di puncak gunung Salem, berdua dengan kakak ke-6. Tak bisa aku bertahan
lama, aku juga merindukan ibu, memang aku tak melihat daster ibu yang
nyantol di kapstok. Tapi aku melihat nenekku yang di waktu luang kadang
bertepuk tangan, dan menepuk-nepuk pahanya dengan
berirama....mengingatkanku pada kebiasaan ibu, oh...Ibuuuuuu, rinduku
menggebu. Akhirnya sebelum waktu libur habis, bibiku (adik ibu)
mengantarku pulang ke Magelang karena badanku demam.
Ketika
aku kecil, aku tak sekuat anakku menahan rindu yang menggebu pada ibu.
Ketika aku sudah menjadi ibu, rupanya aku tak punya pesona sekuat ibuku
yang bisa membangkitkan rindu menggebu anakku. Oh. Ibuuuu.....
Selamat hari ibu !
Rabu, 29 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar