Rabu, 29 Februari 2012

RINDU MENGGEBU

Sejak umur tiga tahun, tiap kali liburan sekolah Sakha berlibur di rumah eyangnya di Magelang. Tanpa aku atau suamiku (karena jadwal libur kami tak sama dengan jadwal libur anak sekolah – kalo sama, betapa senangnya).

Berlibur di rumah eyang, berarti bertemu dengan para sepupu dan bermain sepuasnya. Meski tanpa ibunya, Sakha bisa melewatinya dengan baik asal perjanjiannya jelas sejak awal.  Daya tahan Sakha berlibur tanpa Bapak-Ibunya bertahap mulai dari semalam saja, sampai liburan kemarin lima hari enam malam (yang terakhir ditemani Akhsan).  Dan liburan kali ini, Sakha dan Akhsan berencana 4 hari di rumah eyang.

Setiap hari, pagi dan sore aku akan menelpon menanyakan kabar anak-anak. Biasanya kakak-kakakku akan menjawab “baik, mau makan dan anaknya lagi main...nggak mau diajak bicara” meski kadang kalau pas mereka ingat, mereka akan minta menelpon ibunya. Tapi lebih sering aku menelepon dan mendapat jawaban “baik, tidak rewel, lagi asyik main”

Tiap kali berpisah dengan anak-anak, membuatku menjadi sensitif dan agak cengeng (asline pancen gembeng). Hal-hal kecil yang kujumpai seringkali mengingatkanku pada mereka dan membuat mataku berkabut dan meneteskan air mata, rinduku menggebu.

Ketika ada sedikit waktu luang, melihat mainan Akhsan bisa membuat aku terisak, menatap tulisan dan gambar Sakha di tembok rumah membuatku meneteskan air mata. Jika pengalihan pada kesibukan tak juga menentramkan hatiku, aku akan menelepon mereka meskipun tahu akan mendapat jawaban seperti yang aku sebut di atas.

Melayang ingatanku di masa kecil dulu saat aku ditinggal ibu penataran, kalau tidak salah aku sudah sekolah TK waktu itu. Aku tak ingat betul ibu ikut penataran apa, yang pasti itu sangat berpengaruh untuk pekerjaannya sebagai guru SD.  Ditinggal ibu beberapa hari membuatku sangat-sangat rindu, melihat daster ibu yang tergantung di kapstok saja membuatku meraung-raung teringat pada ibu......Ibuuuuuuu!

Lain waktu ketika aku duduk di kelas 2 SD, aku berlibur ke rumah nenek (dari ibu) di puncak gunung Salem, berdua dengan kakak ke-6.  Tak bisa aku bertahan lama, aku juga merindukan ibu, memang aku tak melihat daster ibu yang nyantol di kapstok. Tapi aku melihat nenekku yang di waktu luang kadang bertepuk tangan, dan menepuk-nepuk pahanya dengan berirama....mengingatkanku pada kebiasaan ibu, oh...Ibuuuuuu, rinduku menggebu. Akhirnya sebelum waktu libur habis, bibiku (adik ibu) mengantarku pulang ke Magelang karena badanku demam.

Ketika aku kecil, aku tak sekuat anakku menahan rindu yang menggebu pada ibu. Ketika aku sudah menjadi ibu, rupanya aku tak punya pesona sekuat ibuku yang bisa membangkitkan rindu menggebu anakku. Oh. Ibuuuu.....
Selamat hari ibu !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem