Rabu, 29 Februari 2012

SAKHA, MAAFKAN IBU

Mendapat tag seorang teman dalam catatannya (Makasih Zum, untuk sharing dan mengingatkan).
Begini catatan lengkapnya :

Rasulullah Berkata:
"Hormatilah anak-anakmu dan didiklah mereka,
Allah memberi rahmat pada seseorang yg membantu anaknya sehingga sang anak dapat berbakti pada Allah.
Sahabat bertanya : Bagaimana caranya ya Rasul?"
Rasul menjawab: "Menerima usahanya walaupun kecil, memaafkan kekeliruannya, tidak membebaninya dengan beban yang berat, tidak pula memakinya dengan makian yang melukai hatinya"
- HR.Thabrani

Sebuah hadist yang diriwayatkan Thabrani, sesuatu yang diajarkan Rasulullah untuk menghormati anak yaitu dengan "Menghargai sekecil apapun usahanya, memaafkan kekeliruannya, tidak membebaninya dengan beban yang terlampau berat dan tidak mengucapkan kalimat yang menyakiti hatinya"

Sungguh, membaca itu menitik air mataku...hatiku perih, peringatan dari teman ini tepat waktu dan telak betul. Aku merasa beberapa saat sebelumnya aku melanggar ke-empat-empatnya.
Aku tidak menghormati anakku, aku tidak mengikuti contoh dan ajaran yeng begitu indah dari Rasul dalam mengasuh anak-anakku, titipan berharga yang diamanahkan kepadaku. Berbagai teori yang kubaca tentang mendidik anak , dan kuusahakan untuk melakukannya, kendur dan mulai luntur (dengan alasan) digerus kesibukan dan kelelahan.

Khususnya, untuk Sakha, sulungku. Dengan kehadiran dua adiknya, aku merasa Sakha sudah besar, tuntutanku agar dia bersikap dewasa (melebihi usianya) sepertinya terlalu berlebihan.

Sudah beberapa lama, pujian tak kulontarkan untuk apa yang dilakukan Sakha (sesuatu yang dulu rajin kulakukan- untuk hal sekecil apaun yang diusahakan anak-anak).

Saat Sakha merapikan mainannya, aku diam saja, tak berkomentar memuji dan menyemangati...(dibawah sadarku) itu sudah menjadi rutinitas yang harus=wajib dilakukan Sakha.
Padahal, betapa akan sangat menyenangkan jika aku menghadiahkan kalimat "Mhm...hebat anak ibu, rajin merapikan mainannya"
Sakha, maafkan ibu Nak

Sebaliknya, jika gadisku itu hendak berpindah aktivitas sebelum merapikan mainannya, aku akan mengatakan
"Eh, mainannya dibereskan dulu..baru main yang lain!"
Kadang dengan nada halus dan enak didengar, tapi lebih sering dengan intonasi gemas
yang masih kubumbui dengan :
"Ayo, sudah besar kok, hampir SD, masak harus diingatkan terus !"
(Ya Alloh, jahat sekali aku ya.....aku iki gak merasa apa ya, jadi orang tua yang sering lalai juga)
Sakha, maafkan ibu Nak

Lain kesempatan, ketika Sakha menyelingi aktivitas persiapan pagi untuk berangkat sekolah dengan bermain. Sementara Akhsan bisa bersegera, aku akan mengatakan
"Lho, kok berlama-lama...mau jadi anak SD nggak to, mau tetep di TK, atau balik aja ke Play Group !"
Wadaw, kalau mengingatnya...aku berasa jadi ibu yang 'tidak beres', yang lebih buruk lagi, 'ketidakberesan' ini kuulangi lagi, dan lagi.
Sakha, Maafkan ibu Nak

Diingatkan teman, membuatku merasa malu. Menjadi ibu yang 'sok' bisa, tapi ternyata telah melakukan buanyak kesalahan kepada anakku.

Sakha, adalah gadis kecil istimewa yang menjadi buah bibir di antara teman, guru dan para orangtua murid teman sekelasnya. Aku seharusnya berusaha lebih kuat untuk 'menghormatinya'

Sakha, maafkan ibu Nak...Ibu akan berusaha.
April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem