Rabu, 29 Februari 2012

HEEMM....DAH

“Hem…dah, hem dah!”
Gumaman Abbad mulai terdengar. Setelah sessi menyusu ke-empat di malam itu, si gendut tak mau kembali memejamkan matanya. Matanya sudah berbinar, tak tersisa kantuk di wajahnya.
“Hem…dah !”
Dan Abbad mulai merangkak menjauhiku, menuju tepi tempat tidur.
“Bobok lagi yuk, De…masih malam, tuh masih gelap” Kataku sambil membuka tirai menunjukkan gelapnya langit pada Abbad.
“Heeeeeeh…Heeeeh…!”
Abbad berganti gaya menggeram-geram sambil mengacungkan lengan gempalnya. Acungan tinjunya ke arah pintu kamar.
Oh, anakku minta keluar kamar. Sungguh, penat benar badan ini…tapi binar mata Abbad berhasil membujukku membuka pintu kamar dan mulai aktifitas bermain di tengah malam.

Ini hari ketiga Abbad mulai kebiasaan barunya, bangun menjelang pukul dua dan baru mau tidur kembali selewat subuh. Aku menemaninya, tapi jika badanku tak sanggup lagi, setelah ’babak’ pertama aku bangunkan suamiku untuk bergantian menemani Abbad di babak kedua.
Tengah malam seperti itu, Abbad asyik betul merangkak kesana-kemari, melempar dan menangkap bola, memukul-mukul mainannya sambil terus bergumam..”Heeem, Dah!” dan “Bapa…Bapa…Bapa..” (Kata-kata itu yang menjadi alasanku untuk membangunkan suamiku “Tuh..dicari anaknya “ , kataku tiap kali membangunkannya- he he…alasan jitu ya!)

Aku ingat Sakha dan Akhsan pernah melewati periode yang sama - terbangun tengah malam dan bermain-main layaknya siang hari. Aku tak ingat tepatnya berapa umur masing-masing anakku saat melewati periode itu, tapi sepertinya di usia yang tak jauh berbeda dari umur Abbad sekarang (sekitar 9 bulan).

Kalau menuruti reaksi metabolisme normal dalam tubuhku, sebenarnya enggan betul aku bangun dan menemani bermain-main tengah malam, tapi apa hendak dikata..tidak ada kata normal dan standar dalam kamus ngopeni anak.

Sesuatu yang menguatkan aku (disamping besarnya rasa cinta yang otomatis ditanamkan Alloh satu paket dengan bayi-bayi yang dilahirkan para ibu), adalah perasaan bahwa aku tidak menyediakan waktu yang cukup bagi anak-anakku di siang hari. Sebenarnya, salah satu cita-citaku dulu adalah menjadi ibu rumah tangga yang (sok-sok an) mendampingi anak-anak dengan setia di rumah (cerita lengkapnya Insya Alloh akan aku sampaikan di catatan-ku yang lain).

Bisa jadi Abbad merasa, jika dia bangun tengah malam akan mendapatkan perhatian yang lebih fokus dari ibunya (dan bapaknya-kalo pas ada). Tak perlu berbagi perhatian dengan kakak-kakak yang lebih atraktif dan full celoteh bermakna. Di tengah malam, hanya rasa kantuk ibunya yang menjadi musuh utama Abbad, dan si bungsu (insya Alloh) sudah menemukan jurus untuk mengalahkannya…jurus “Heeem…dah!”

Aku mencoba memanfaatkan betul waktu tengah malam bersama Abbad, berkonsentrasi melayaninya, bermain tunjuk bagian wajah…(Pipi Ibu, sambil menempelkan kedua tangan Abbad pada kedua belah pipiku…Pipi Abbad..kataku berganti posisi memegang gembulnya pipi Abbad…dilanjutkan bagian-bagian wajah yang lain). Main ciluk Ba, lempar bola...dan apapun yang si gendut minta.

Tapi aku berharap, periode ini tak berlangsung terlalu lama….tak nyaman juga rasanya, baru beberapa waktu duduk di depan layar monitor di kantor…aku sudah menguap panjang sampai keluar air mata.
"Heeeem, dah!"
Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem