Sudah dua minggu ini aku berniat mengantar Akhsan dan Abbad ke tukang
cukur langganan. Akhsan merapikan rambutnya yang sudah mulai gondrong,
dan Abbad melaksanakan program rutin cukur pelontos empat bulanan.
Misi ini gagal selalu dengan berbagai alasan, entah lupa dan baru
ingat ketika sudah terlalu sore atau kami sudah kesana tapi si
Lebong nama pencukur andalan itu tak membuka kios cukurnya.
Sampai tiga hari yang lalu, setelah Akhsan melihatku merapikan poni
Sakha, dia lalu mengambil gunting dan swalayan memotong rambutnya di
beberapa bagian.
Ups, segera kuambil gunting dari tangan Akhsan sambil kukatakan
"Besok pulang sekolah ke Lebong !"
Hari berikutnya, agenda cukur kami laksanakan. Aku order "cukur
ganteng" unyuk Akhsan, maksudnya cukup dirapikan saja mengikuti
pola lama.
Saat mulai menggeruskan alat cukur (yang mirip munthu berekor kabel panjang), si Lebong berkata
"Wah, Lha pithak koyo ngene Mbak...yen ora dieloni mengko plenthas-plentas...dikethoki dhewe po?"
(Untuk yang nggak tahu banget bahasa Jawa: Lho kok pitak begini
Mbak, kalau tidak diikuti -pendeknya- nanti hasilnya tidak rata, apakah
dipotong sendiri)
Aku mengiyakan dan menceritakan sekilas ceritanya pada Mas tukang
cukur langganan, aku minta dia potong rambut bagian belakan Akhan super
pendek mengikuti guntingannya sendiri (3 mm) dan menyisakan rabut yang
masih agak panjang di bagian atas kepala, semacam model cukuran bros
tentara.
"Wah...kayak Yangkung...komentarku usai Akhsan cukur"
Petentengan bangga Akhsan pulang ke rumah, reaksi Kakak, tetangga dan pembantuku di rumah mencengangkannya.
Mereka terbahak melihat wajah baru Akhsan, aku terlambat memberikan
kode peringatan kepada mereka untuk bersikap biasa. Akhsan mendahuluiku
masuk rumah sementara aku masih memarkir motor.
Saat aku masuk rumah, ada ekspresi khawatir di wajah anak gantengku.
Duduk merengut, di elus-elusnya rambut yang tersisa di atas kepala dan menghiba
"Bu, aku maunya rambut yang depan dipotong lagi seperti yang belakang !"
"Besok pulang sekolah lagi ya, Mas !" Jawabku tak bisa ditawar
mengingat sudah ada tiga orang yang mengantri di belakang Akhsan tadi.
*****************************************************
Sore berikutnya, langsung dari sekolah aku mampir ke tempat Lebong.
Mengantri satu orang, lalu dengan lincah Akhsan naik ke atas kursi kayu
yang sudah di ganjal dengan papan agar tingginya pas untuk di cukur.
"Mas, yang atas minta potong juga...protes kemarin sampe rumah" ucapku.
"Beres, atas setengah senti ya" Jawab Lebong sigap mulai 'membereskan' kuncung Akhsan.
"Mas, yang belakang dipotong lagi...sudah mulai panjang" pinta Akhsan
"Oke, wah cepet panjang ya...mesti makannya banyak nih " Jawab
Lebong tersenyum sambil pura-pura menggeruskan alat cukurnya ke bagian
kepala belakang Akhsan yang sudah pelontos
Akhsan tersenyum-senyum juga, entah karena ucapan si Lebong atau
pantulan dirinya di cermin yang sudah tampak rapi tepat sesuai
harapannya.
Selesai make over, aku mengangsurkan ongkos cukur seperti biasanya.
"Gak usah Mbak, masih garansi !" kata Lebong
Mhm........................
Rabu, 29 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar