Berbeda dengan Sakha yang sangat menikmati permainan outdoor seperti
memanjat pohon, berlari di pematang, nyebur ke selokan, berkubang di
sawah, dan bersepeda keluar rumah.
Akhsan adalah anak lelaki yang
lebih sering bermain di dalam rumah dengan main puzzle, menyusun lego,
atau permainan edukatif di komputer.
Bisa jadi memang bakat
bawaan Sakha dan Akhsan berbeda, tetapi aku juga ber-andil (cocok gak
sih awalan ber ini kupakai) di dalamnya.
Aku mendampingi Sakha dengan memberikan keleluasaan mengeksplorasi alam sekitarnya
hampir habis-habisan karena aku memang banyak waktu luang waktu itu.
Untuk Akhsan berbeda, secara fisik Akhsan lebih ringkih dibandingkan Sakha.
Akhsan lebih sering sakit, berkeringat banyak membuatnya mengeluh
gatal, bermain di rerumputan sering bentol-bentol, sehingga aku 'lebih
suka' menahannya di dalam rumah dan memberinya mainan yang
mengasyikan-nya.
Aku mengakui itu sebagai suatu kekeliruan, tapi entah kenapa, aku belum 'rela' melepas Akhsan sebagaimana melepas Sakha.
Sekarang,
selain ahli puzzle dan mahir lego, Akhsan sangat lincah mengendalikan
mouse, mengoperasikan PC atau laptop, meng-install game, menyetel film
kesukaannya, memilih file yang diminatinya dan tertib juga mematikan
serta merapikannya.
Begitulah, sampai kemudian sekarang motorik
kasar Akhsan tak semenonjol kakaknya-di usia yang sama (lebih tepatnya
sedikit di bawah rata-rata anak seusianya). Tak apa, karena Akhsan punya
kelebihan luar biasa di sisi yang lainnya.
Aku mencoba
meluangkan waktu kembali, seiring dengan umur Akhsan yang semakin besar
dan ketahanan fisik yang sudah lebih baik dari sebelumnya, mengajak
Akhsan melakukan petualangan luar rumah yang mengasyikkan.
Berikut beberapa yang dilakukan Akhsan :
1. Menangkap belalang
Rumah
yang berlokasi di kawasan mewah (mepet sawah) menguntungkan kami.
Belalang, capung, jangkrik, kupu-kupu, kunang-kunang, katak, kepik,
burung (tentu saja ulat bulu dan ular ada juga) bisa dijumpai di sekitar
rumah kami. Mencari belalang menjadi keasyikan tersendiri untuk
anak-anak.
Akhsan menikmatinya, mengasah ketelatennya ketika
menunggu dan mengamati belalang, menguatkan otot kakinya ketika berlari
mengejar belalang yang melompat.
2. Tarik-tarikan
Aku
menyebut permainan ini tarik-tarikan, suamiku menyebutnya jago-jagoan.
Permainan ini sama-sama kami lakukan dimasa kecil kami di tempat yang
berbeda, aku di Magelang dan suamiku di Banyumas dan Klaten.
Permainan ini menggunakan daun pohon petai cina = mlanding = kemlandingan, yang saat ini mulai jarang ditemui.
Yang
ada pohon lamtoro gung yang sangat mirip dengan mlanding tetapi berdaun
lebih besar (Hayoo, yang bukan anak 'ndeso' pasti nggak bisa
membedakannya).
Ambil dua tangkai daun petai cina , hilangkan
tulang daun kecuali bagian paling atas, hilangkan daun yang tersisa di
tulang daun itu, ikat bagian atasnya, masukkan pangkal tangkai 'senjata
musuh' ke lubang yang dihasilkan saling bertukar (mudheng nggak sih
bacanya...terbayang kah?)
Tarik berlawanan, yang kalah akan
putus, yang menang tetap bertahan dan bertambah jumbainya dan kalau
menang terus, akan berbentuk seperti mahkota atau ekor ayam jago.
Akhsan
menyukainya, meski kadang merengut kalau senjatanya kalah. Bermain
begini mengasah semangat kompetisinya, dan meningkatkan kekuatannya
menghadapi kekalahan.
Proses pencarian daun, membuat 'senjata',
bertanding kemudian menang atau kalah, menjadi proses pembelajaran yang
pastinya akan dimaknai berbeda untuk tiap anak yang memainkannya.
3. Ceples-ceplesan
Aku menyebutnya begitu, entah di tempat lain apa sebutannya.
Masih menggunakan petai cina atau lamtoro, kali ini kulit buahnya.
Kalau
dulu sebelum memainkan dolanan ini, kami makan dulu petai cinanya,
kalau sekarang Akhsan hanya mau mencoba sebiji dan tak mau mengulanginya
lagi.
Buka kulit buah petai cina, usahakan jangan sampai lepas
dari pangkalnya. Buang atau makan isinya, gunakan kulitnya untuk membuat
bunyi-bunyian dengan cara mengendur dan menarik ujung dan pangkal kulit
petai cina sehinga dua lapis kulit saling berbentur mengeluarkan suara
ceples ! ceples !
...bagiku dulu permainan seperti ini sudah
sangat mengasyikkan , sepertinya Akhsan tak terlalu suka permainan ini,
kurang seru mungkin baginya.
4. Pangkat-pangkatan
Sebutan ini kuberikan pada tanaman yang aku tak tau namanya, sejenis perdu dengan daun ramping yang agak berbulu.
Buahnya berbentuk seperti petai, dalam ukuran yang jauuuuh lebih kecil, agak berbulu dan lengket jika ditempel di baju.
Dari buah tanaman ini, Akhsan kuajak membentuk 'sesuatu' di bajunya.
Aku
dan teman-teman menyebutnya pangkat-pangkatan, karena dulu waktu kecil
kami sering membuat tiruan pangkat di bahu atau pundak kami
(dasar anak tentara he...he...referensine gak jauh amat dari aksesoris militer)
5. Menyapa kambing
Beberapa rombongan kambing secara rutin lewat di dekat rumah kami, digembala di sawah atau lapangan.
Akhsan (dan Abbad) suka jika diajak mendekati rombongan kambing, mencoba memegang dan menagkapnya.
Yang
penting ber-akrab dengan si penggembala, menyapa dan mengajaknya
bicara, agar tak terganggu (sebenarnya sih pasti terganggu) dengan ulah
anak-anak yang kadang berteriak-teriak menakuti si kambing dan
membuatnya tidak nyaman merumput.
Tak cuma kambing yang bisa didekati
Akhsan, jika ingin, tak terlalu jauh dari rumah, bisa ditemui sapi,
kerbau, bebek, ayam, bahkan kuda.
6. Berkubang di sawah
Main
di sawah (baik di pematang maupun di sawahnya-dalam keadaan pasca panen
tentunya) tak kalah asyik dan tak kan membosankan anak-anak.
Ada
saja permainan yang bisa dilakukan di sawah. Sekedar berjalan-jalan,
kejar-kejaran, melompat-lompat, saling menyembunyikan sandal atau
sekedar mencipratkan air dan berkubang.
Banyak yang bisa sambil
dipelajari di sawah, Akhsan bisa bercerita tentang padi, beras, katak
yang dilihatnya, beda air di saluran irigasi dan di kolam....apa saja,
memberikan pengalaman berharga untuk anak-anak.
Yang penting, mandi bersih setelahnya.
7. Hujan-hujanan
Di
jaman aku kecil dulu, hujan-hujanan adalah hal yang sangat biasa, namun
nampaknya sekarang ini tak banyak anak kecil yang bisa leluasa
menikmatinya.
Aku (dan suami) mencoba memberikan kesempatan dan keasyikan mengenal hujan kepada anak-anak.
Aku
akan perbolehkan anak-anak hujan-hujanan, dengan beberapa syarat
kondisi yaitu : hujan deras (kalo cuma gerimis lebih baik tidak), tidak
disertai petir, perut tidak dalam keadaan kosong dan menyiapkan air
hangat untuk mandi setelahnya.
Anak-anak menyukainya, dan syukurlah sampai saat ini tak ada persoalan berarti setelah mereka hujan-hujanan.
Yang ada biasanya mereka akan makan dengan (sangat) lahap setelah hujan-hujanan.
Eits....cari2 foto pas ujan kok ga ketemu,ntar kalo pas ketemu taksusulkan uploadnya
Sebenarnya masih banyak lagi yang kami lakukan, tapi sepertinya lebih asyik diceritakan di lain kesempatan
....Mhm, mungkin bisa jadi cerita seri dolanan alternatif ya....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar