Rabu, 29 Februari 2012

PETUALANGAN SI GAME BOY

Berbeda dengan Sakha yang sangat menikmati permainan outdoor seperti memanjat pohon, berlari di pematang, nyebur ke selokan, berkubang di sawah, dan bersepeda keluar rumah.
Akhsan adalah anak lelaki yang lebih sering bermain di dalam rumah dengan main puzzle, menyusun lego, atau permainan edukatif di komputer.

Bisa jadi memang bakat bawaan Sakha dan Akhsan berbeda, tetapi aku juga ber-andil (cocok gak sih awalan ber ini kupakai) di dalamnya.

Aku mendampingi Sakha dengan memberikan keleluasaan mengeksplorasi alam sekitarnya
hampir habis-habisan karena aku memang banyak waktu luang waktu itu.

Untuk Akhsan berbeda, secara fisik Akhsan lebih ringkih dibandingkan Sakha.
Akhsan lebih sering sakit, berkeringat banyak membuatnya mengeluh gatal, bermain di rerumputan sering bentol-bentol, sehingga aku 'lebih suka' menahannya di dalam rumah dan memberinya mainan yang mengasyikan-nya.

Aku mengakui itu sebagai suatu kekeliruan, tapi entah kenapa, aku belum 'rela' melepas Akhsan sebagaimana melepas Sakha.

Sekarang, selain ahli puzzle dan mahir lego, Akhsan sangat lincah mengendalikan mouse, mengoperasikan PC atau laptop, meng-install game, menyetel film kesukaannya, memilih file yang diminatinya dan tertib juga mematikan serta merapikannya.

Begitulah, sampai kemudian sekarang motorik kasar Akhsan tak semenonjol kakaknya-di usia yang sama (lebih tepatnya sedikit di bawah rata-rata anak seusianya). Tak apa, karena Akhsan punya kelebihan luar biasa di sisi yang lainnya.

Aku mencoba meluangkan waktu kembali, seiring dengan umur Akhsan yang semakin besar dan ketahanan fisik yang sudah lebih baik dari sebelumnya, mengajak Akhsan melakukan petualangan luar rumah yang mengasyikkan.

Berikut beberapa yang dilakukan Akhsan :
1. Menangkap belalang
Rumah yang berlokasi di kawasan mewah (mepet sawah) menguntungkan kami. Belalang, capung, jangkrik, kupu-kupu, kunang-kunang, katak, kepik, burung (tentu saja ulat bulu dan ular ada juga) bisa dijumpai di sekitar rumah kami. Mencari belalang menjadi keasyikan tersendiri untuk anak-anak.
Akhsan menikmatinya, mengasah ketelatennya ketika menunggu dan mengamati belalang, menguatkan otot kakinya ketika berlari mengejar belalang yang melompat.

Ketangkep deeeh....

2. Tarik-tarikan
Aku menyebut permainan ini tarik-tarikan, suamiku menyebutnya jago-jagoan. Permainan ini sama-sama kami lakukan dimasa kecil kami di tempat yang berbeda, aku di Magelang dan suamiku di Banyumas dan Klaten.

Permainan ini menggunakan daun pohon petai cina = mlanding = kemlandingan, yang saat ini mulai jarang ditemui.
Yang ada pohon lamtoro gung yang sangat mirip dengan mlanding tetapi berdaun lebih besar (Hayoo, yang bukan anak 'ndeso' pasti nggak bisa membedakannya).

Ambil dua tangkai daun petai cina , hilangkan tulang daun kecuali bagian paling atas, hilangkan daun yang tersisa di tulang daun itu, ikat bagian atasnya, masukkan pangkal tangkai 'senjata musuh' ke lubang yang dihasilkan saling bertukar (mudheng nggak sih bacanya...terbayang kah?)

Tarik berlawanan, yang kalah akan putus, yang menang tetap bertahan dan bertambah jumbainya dan kalau menang terus, akan berbentuk seperti mahkota atau ekor ayam jago.

Akhsan menyukainya, meski kadang merengut kalau senjatanya kalah. Bermain begini mengasah semangat kompetisinya, dan meningkatkan kekuatannya menghadapi kekalahan.
Proses pencarian daun, membuat 'senjata', bertanding kemudian menang atau kalah, menjadi proses pembelajaran yang pastinya akan dimaknai berbeda untuk tiap anak yang memainkannya.


Ini bahan dasarnyadan ini pemenangnya

3. Ceples-ceplesan
Aku menyebutnya begitu, entah di tempat lain apa sebutannya.
Masih menggunakan petai cina atau lamtoro, kali ini kulit buahnya.
Kalau dulu sebelum memainkan dolanan ini, kami makan dulu petai cinanya, kalau sekarang Akhsan hanya mau mencoba sebiji dan tak mau mengulanginya lagi.

Buka kulit buah petai cina, usahakan jangan sampai lepas dari pangkalnya. Buang atau makan isinya, gunakan kulitnya untuk membuat bunyi-bunyian dengan cara mengendur dan menarik ujung dan pangkal kulit petai cina sehinga dua lapis kulit saling berbentur mengeluarkan suara ceples ! ceples !
...bagiku dulu permainan seperti ini sudah sangat mengasyikkan , sepertinya Akhsan tak terlalu suka permainan ini, kurang seru mungkin baginya.

Ceples....! Ceples....!

4. Pangkat-pangkatan
Sebutan ini kuberikan pada tanaman yang aku tak tau namanya, sejenis perdu dengan daun ramping yang agak berbulu.
Buahnya berbentuk seperti petai, dalam ukuran yang jauuuuh lebih kecil, agak berbulu dan lengket jika ditempel di baju.
Dari buah tanaman ini, Akhsan kuajak membentuk 'sesuatu' di bajunya.
Aku dan teman-teman menyebutnya pangkat-pangkatan, karena dulu waktu kecil kami sering membuat tiruan pangkat di bahu atau pundak kami
(dasar anak tentara he...he...referensine gak jauh amat dari aksesoris militer)

Ini buah-nyaBintang laut di dadaku

5. Menyapa kambing
Beberapa rombongan kambing secara rutin lewat di dekat rumah kami, digembala di sawah atau lapangan.
Akhsan (dan Abbad) suka jika diajak mendekati rombongan kambing, mencoba memegang dan menagkapnya.
Yang penting ber-akrab dengan si penggembala, menyapa dan mengajaknya bicara, agar tak terganggu (sebenarnya sih pasti terganggu) dengan ulah anak-anak yang kadang berteriak-teriak menakuti si kambing dan membuatnya tidak nyaman merumput.
Tak cuma kambing yang bisa didekati Akhsan, jika ingin, tak terlalu jauh dari rumah, bisa ditemui sapi, kerbau, bebek, ayam, bahkan kuda.

Abbad : "Mas, ayo balapan nangkap kambing"

6. Berkubang di sawah
Main di sawah (baik di pematang maupun di sawahnya-dalam keadaan pasca panen tentunya) tak kalah asyik dan tak kan membosankan anak-anak.
Ada saja permainan yang bisa dilakukan di sawah. Sekedar berjalan-jalan, kejar-kejaran, melompat-lompat, saling menyembunyikan sandal atau sekedar mencipratkan air dan berkubang.
Banyak yang bisa sambil dipelajari di sawah, Akhsan bisa bercerita tentang padi, beras, katak yang dilihatnya, beda air di saluran irigasi dan di kolam....apa saja, memberikan pengalaman berharga untuk anak-anak.
Yang penting, mandi bersih setelahnya.

Lomba menyembunyikan sandalLompat galah

7. Hujan-hujanan
Di jaman aku kecil dulu, hujan-hujanan adalah hal yang sangat biasa, namun nampaknya sekarang ini tak banyak anak kecil yang bisa leluasa menikmatinya.
Aku (dan suami) mencoba memberikan kesempatan dan keasyikan mengenal hujan kepada anak-anak.
Aku akan perbolehkan anak-anak hujan-hujanan, dengan beberapa syarat kondisi yaitu : hujan deras (kalo cuma gerimis lebih baik tidak), tidak disertai petir, perut tidak dalam keadaan kosong dan menyiapkan air hangat untuk mandi setelahnya.
Anak-anak menyukainya, dan syukurlah sampai saat ini tak ada persoalan berarti setelah mereka hujan-hujanan.
Yang ada biasanya mereka akan makan dengan (sangat) lahap setelah hujan-hujanan.

Eits....cari2 foto pas ujan kok ga ketemu,ntar kalo pas ketemu taksusulkan uploadnya

Sebenarnya masih banyak lagi yang kami lakukan, tapi sepertinya lebih asyik diceritakan di lain kesempatan
....Mhm, mungkin bisa jadi cerita seri dolanan alternatif ya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem