Rabu, 29 Februari 2012

CINCILA BERANAK

Cerita ini berawal di seputaran akhir Desember 2010. Bermula dari keinginan anak-anak untuk memiliki hewan peliharaan. Saat kuajak ke tempat penjual hewan dekat rumah, Akhsan memilih seekor ikan cupang berwarna merah. Saat itu aku berlega hati Akhsan mau (diarahkan) memilih ikan cupang. Bagaimanapun kalau anak-anak punya hewan peliharaan, bisa dipastikan aku-ibunya yang akan punya tambahan tugas reguler memeliharanya. (memberi makan dan membersihkan rumah/kandang, untuk urusan ikan cupang ini hanya memberi makan tiap pagi dan mengganti airnya dua hari sekali)

Sesampai di rumah, Akhsan dengan bangganya memamerkan ikan yang dinamainya Cordelia (Nama tokoh ikan perempuan cantik di film The Reef) pada Kakaknya.

Setelah Akhsan, giliran Sakha kuajak memilih hewan peliharaannya (aku berharap Sakha akan memilih ikan cupang juga).
Harapanku tak terpenuhi, Sakha berkeras memilih hamster untuk peliharaannya, kucoba merayu untuk memilih ikan cupang dari jenis yang lebih cantik dibanding milik Akhsan, ditolaknya. Karena di kios dekat rumah, pilihan hamsternya terbatas -Yang ada di kios itu adalah hamster indukan yang harganya menurutku lumayan mahal hanya untuk dua ekor binatang kecil yang pada akhirnya nanti akan menggantungkan perjalanan sehari-harinya di bawah kendaliku.

Akhirnya, setelah berdiskusi cukup lama, acara pembelian hamster ditunda untuk mencari ke tempat yang lebih banyak pilihannya dan menunggu bapak bisa mengantar Sakha.

Pasar Ngasem menjadi pilihan suamiku mengajak Sakha memilih calon hamsternya, sepulang dari sana Sakha menenteng sebuah kandang kecil lengkap dengan rumah-rumahan, prosotan, roda berputar, tempat makan minum dan tentu saja sepasang hamster mungil berwarna coklat dan putih.
Saat itu suamiku hanya membeli tambahan sekantung makanan dan sepotong penjelasan pendek dari penjualnya “Ini hamster anakan, dua bulan lagi bisa punya anak”.

Akhsan dan Sakha begitu gembiranya punya hamster, Si putih bermata merah hamster betina dan si coklat bergaris hitam di punggung hamster jantan, sampai-sampai Cordelia dilupakannya.

Semalam di rumah, bau menyengat tercium dari kandang hamster …bau kencing hamster (tentu saja, karena saat itu kandang hamster tidak diberi alas apapun, sehingga duo hamster itu seperti mandi air kencingnya sendiri).
Suamiku berusaha mensiasatinya dengan menambahkan bekas serutan kayu (jawa=tatal), tapi itu pun tak membantu. Aku yang pada dasarnya buta bagaimana cara memelihara hamster akhirnya “bertanya pada Mbah Google” alias browsing serba-serbi memelihara hamster. Dari situ aku tau, bagaimana kandang yang baik, makanan dan minuman yang disarankan dan tips memelihara hamster sampai pembiakannya. Targetku saat itu adalah, jangan sampai Cincila-nama hamster betina milik Sakha dan Ter Imo-nama hamster jantan milik Akhsan- itu mati hanya dalam hitungan hari setelah kami pelihara.

Jadilah mulai hari itu, kami menyiapkan kandang lengkap dengan pasir dan cadangan pasirnya. Tiap pagi aku beri makan sambil mengecek tempat minumnya, dua minggu kemudian aku ganti pasir alas hamster, dan kucuci serta kujemur pasir bekas kandang sebelumnya (Pokoknya aku berusaha melakukan tips yang kudapatkan dari Mbah Google).

Suatu malam, sekitar dua minggu yang lalu aku melihat cincila sangat gelisah, menurut teori yang aku baca, hamster betina akan sangat gelisah saat akan melahirkan.
Berdasarkan 30% naluri seorang ibu dan 70% sok tahu, aku ambil tindakan darurat, mengambil toples, kuisi dengan kain bekas, dan kupisahkan Cincila untuk bersiap melahirkan disana.

Dua malam dipisah, Cincila tak beranak juga….aku jadi tidak yakin dengan naluriku dan menyesali ke-soktahuanku, paginya Cincila dan Imo kusatukan kembali dalam kandang yang sama. Sore harinya, saat Sakha akan menengok Cincila, gadis kecilku berteriak dengan girang dicampur kekhawatiran . “ibu….ibu….anaknya Cincila sudah keluar, tolong ibu….nanti keburu dimakan Imo!”…Sulungku seperti seorang nenek yang baru mendapatkan cucu. (Sakha nampak sangat khawatir karena aku pernah bercerita - menurut teori yang aku baca- kalau kadangkala hamster jantan akan memakan anak-anaknya yang baru lahir)

Saat kutengok kandang kecil itu, tampak beberapa butiran sebesar melinjo berwarna pink bergerak-gerak di pojok kandang, sementara Cincila dan Ter Imo berlarian kesana kemari di dalam kandang.

Tindakan darurat, aku ambil si Ter Imo dan kupindahkan ke dalam kandang toples yang semula kusiapkan untuk cincila.
Kuhitung bayi hamster yang sangat mirip dengan anak tikus alias cindil yang baru lahir. Satu, dua, tiga……tujuh!!! Tujuh ekor bayi hamster berwarna merah muda, menyeruduk-nyeruduk bergerak tak menentu dengan mata buta.

Kuambil tiga lembar tissue, kusobek, kumasukkan dalam kandang. Berharap kelembutan dan kehangatan tissue membantu bayi hamster melewati masa awal hidupnya.
Subhanalloh, hanya kebesaran pencipta yang memberikan naluri bagi mahluknya. Cincila, induk baru itu….menyobek tissue hingga menjadi potongan sangat kecil, membentuknya sedemikian rupa membentuk terowongan untuk membungkus ketujuh bayinya. Kuajak anak-anak menjauhi kandang, kuletakkan kandang di bawah tangga-tempat yang lebih tersembunyi, mencoba memberi ketenangan pada induk baru itu.

Esoknya, dan esoknya lagi dilewati dengan antusiasme anak-anak mengintip cincila dan anak-anaknya. Suamiku lalu membelikan satu kandang yang lebih besar dengan dua prosotan dan bersusun tiga….persiapan menyambut keluarga besar. Sementara para bayi masih harus bersama induknya, kandang baru dihuni si Ter Imo sang kepala keluarga.

Sambil bercanda suamiku berkata, “Rumah ini memang produktif, bukan cuma orangnya yang punya anak banyak…hamster-pun beranak-pinak”
He..he…padahal rumah kami bernama Gang Bougenvil, coba kalo namanya Gang Kelinci….apa yang terjadi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem