Rabu, 29 Februari 2012

SERAGAM YANG BERBEDA

Teringat waktu TK dan SD dulu, tiap kali disuruh menggambar pemandangan, hasilnya adalah dua buah gunung dan matahari di tengahnya, dilengkapi jalan berkelok dengan hamparan sawah di kanan dan kirinya, tak lupa serombongan burung berbentuk angka tiga yang digambar miring (Ada yang punya pengalaman serupa ?).

Di salah satu periode hidupku, kudapatkan pengertian bahwa itu tak terjadi dengan sendirinya, itu hasil pembentukan.
Menggambar sebagai salah satu ekspresi jiwa dari anak-anak dikebiri kebebasannya, dipenggal kreativitasnya dan diberangus penemuan jatidirinya dengan sebuah 'keseragaman'.
Daun adalah hijau, laut adalah biru, matahari adalah kuning menjadi bentuk penjara yang lain.

Sekarang, saat anak-anakku mulai suka menggambar. Aku dan suami berusaha memberikan ruang seluasnya dan mengapresiasi apapun yang dibuat anak-anak. Meski Sakha pernah berkomentar ketika aku memuji gambar Akhsan.

"Masak kayak gitu bagus sih, Bu...Akhsan itu nggak jelas nggambar apa!" Kata Sakha setengah berbisik, menjaga perasaan adiknya.
"Lho, ini bagus Kak. Untuk anak seumuran Akhsan, ini hebat banget... besok kalau Akhsan tambah besar, pasti gambarnya lebih bagus lagi" jelasku untuk Sakha
" Bagus, Mas....ini gambar apa ya..kambing? " tanyaku sangsi
"Bukan, Bu...ini singa. Ini rambutnya panjang" Ujar Akhsan sambil menunjuk jurai panjang di samping lingkaran yang sebelumnya kukira gambar telinga kambing.
"Oh, iya....bagus singa-nya. Tahu nggak Kalau singa mengaum itu suaranya bisa terdengar sampai 7 km, lho.." pancingku
"7 kilo itu jauh Bu? kayak sini sampai mana?" Sakha penasaran
"Kayak dari rumah kita sampai alun-alun..." jelasku
"Wah, keras buanget suaranya..." Kata Akhsan
Dan gambar abstrak Akhsan menjadi pangkal diskusi berkelanjutan kami tentang hewan.

Kembali soal gambar tadi, aku merasa gambar Sakha sangat berkarakter, unik dan ada jalan ceritanya.
Sakha suka menceritakan maksud dari tiap goresan di gambarnya. Sangat menarik menurutku (tentu saja ini karena memang bebek silem = anak dhewek di alem).
Tergoda aku untuk memberikan Sakha kesempatan mengasah kemampuan gambarnya dengan mengikutkannya ke kelas gambar, tapi belum terwujud karena aktivitas Sakha yang sudah cukup padat.
Senin sampai Jumat anak-anak sampai rumah menjelang pukul 4 sore, mengambil waktu Sabtu atau Minggu kok rasanya sayang mengurangi jatah waktu reriungan bersama.

Cari-cari informasi kesana dan kemari, aku malahan mengurungkan niat memasukkan Sakha ke kelas gambar, mungkin karena informasi yang kudapat masih sangat terbatas.
Aku merasa gambar anak-anak yang ikut les gambar menjadi seragam, cara mewarnainya juga mirip satu sama lain.
Keunikan tak kutemukan di gambar-gambar itu, indah memang dengan gradasi tiga warna, namun seperti kehilangan nyawa.
Keseragaman dalam bentuk yang berbeda.

Ada anak seorang teman yang menginap di rumah, anak itu lebih besar dari Sakha, punya bakat menggambar di atas rata-rata, ikut kelas gambar dan seringkali mengikuti lomba.
Dia membagikan ilmu kepada Sakha, menggambar sepasang anak laki-laki dan perempuan (yang bentuknya rasanya pernah aku lihat di salah satu kalender entah dimana), diwarnainya wajah kedua tokoh itu dengan dua warna, dua pertiga wajah warna salem dan sepertiga wajah yang lain berwarna kuning
"Mewarnai wajah tuh begini de Sakha, temanku kemarin mewarnai begini jadi juara lho!" jelasnya bak guru
"Oooo..." Sakha ber-o dengan wajah lugunya.

Aku menjadi semakin enggan menge-les kan gambar untuk Sakha.
Berunding dengan suami, kami beride untuk mengajak Sakha mulai mengenal berbagai gambar, berbagai teknik pewarnaan dan berbagai karakter yang bisa dimunculkan dari sebuah lukisan.
Pameran menjadi salah satu alternatif yang kami pikirkan sebagai cara pengayaan bagi Sakha, mengunjungi beberapa teman yang punya profesi maupun hobby melukis menjadi alternatif berikutnya.

Dua hari yang lalu, setelah menyelesaikan gambar krayonnya, Sakha berkata,
"Bu, boleh nggak aku kalo sudah besar jadi pelukis?"
"Boleh" jawabku (dan kutunggu cita-cita Sakha edisi berikutnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem