Catatan ini kubuat untuk seseorang yang pernah sangat aku kagumi
(Sekarang masih ada sih sisa-sisa kekaguman itu, tetapi dengan semakin
banyaknya orang yang kukenal, makin banyak hal mengagumkan yang aku
lihat, rasa kagum itu saat ini berada dalam level, "menghormati")
Mamas,
panggilan kami untuk kakak tertua di rumah. Tiga belas tahun selisih
umurku dengan mas-ku itu. Diantara kami berdua (si sulung dan si bungsu)
ada enam kakak perempuan yang lahir berurut-urut (kalo lahir bareng
namanya kembar dong...hiks)
Anak pertama dengan kelamin berbeda
dengan ketujuh adiknya membuat mamas begitu istimewa, di mata ibu, bapak
dan kami semua adiknya. Teringat aku di suatu lebaran Mamas yang saat
itu bekerja di Jambi tak bisa pulang kampung, sementara kami hendak
makan ketupat dan opor ayam. Ibu tak berada di tengah kami, dicari-cari
ternyata ibu sedang duduk di kamar samping yang tersembunyi ,memandang
keluar jendela menggumamkan takbir mengikuti suara dari pengeras suara
masjid belakang rumah sambil sambil mbrebes mili (jawa : menangis tanpa
suara).
Wah...aku membayangkan seandainya adegan itu direkam, pasti dramatis dan mengharukan sekali.
Mamas
memang istimewa, karenanya (dulu) aku sangat mengaguminya . Teringat
saat aku TK (kalau tak salah ingat) Mamas jatuh naik motor saat
memboncengkan kakak kedua dan kakak ketujuh dengan luka di kaki yang
sedemikian besar (menurut ukuranku waktu itu), Mamas nampak begitu hebat
tanpa mengeluh dan mengaduh mengobati lukanya sendiri.
Kekagumanku
hadir juga karena selain punya buaanyak teman, prestasi Mamas di
sekolah pun seingatku gemilang, juara di SD dan SMP dan SMA favorit
(yang menjadi penyemangatku juga hingga aku bisa masuk kesana juga),
kuliah tanpa uang sekolah dengan ikatan dinas pula.
Ingat betul
tiap Mamas pulang ke rumah setelah gajian, dibaginya kami adik-adiknya
masing-masing beberapa lembar uang kertas seratus rupiahan warna merah.
Untuk ukuran saat itu punya uang seratus rupiah aja aku merasa sangat
huebaaat (sebagai perbandingan, uang saku-ku tiap hari cukup 25 rupiah).
Tak hanya itu, yang selalu kunanti dari kepulangan mamas adalah
oleh-oleh buku cerita dan ajakan makan bakso dan es campu di "Semanggi"
atau "Mekar Sari". Biasanya mamas akan memboncengkan kami bertiga (Aku,
Mbak Nanak dan Mbak Ilak - tiga paling kecil) ke warung bakso dan makan
disana, mghm....mengingatnya saja masih membuatku merasa bahagia.
Menurut
cerita Ibu, Mamas sangat menyayangi kami adik-adiknya saat masih kecil.
Tak pernah 'ngladaki' (Jawa:membuat menangis), dan ujud kasih sayang
itu diwujudkan sampai besar dengan ikut membantu Ibu dan bapak membiayai
sekolah adik-adiknya.
Tak heran jika Mamas menjadi kesayangan
kami semua. Tiap kali menjelang ulang tahun, kami akan beramai-ramai
membuat kartu ulang tahun untuk Mamas. Biasanya bahan baku (kertas
warna) dibeli, lalu masing-masing orang akan dibagi bahan baku itu dan
kami saling berlomba berkreasi membuat kartu ucapan terindah dengan
hiasan yang bisa sangat inovatif dan kreatif karena memanfaatkan segala
bahan sederhana yang ada (klaras - daun pisang kering, benang woll,
bunga kering, potongan kertas warna-warni dll).
Aku ingat saat
ulang tahun mamas yang ke 22, seperti biasa kami beramai-ramai membuat
kartu ucapan. Waktu itu, Bapak yang biasanya hanya menulis surat, ikut
serta membuat kartu. Kartunya berbentuk sederhana saja, tapi gambar di
dalamnya adalah deretan 22 pohon yang digambar berurutan dari sangat
kecil sampai besar. Pohon ke-22 adalah sebuah pohon yang berdahan kokoh
dan berdaun lebat dengan tulisan "Urip Kang Ngremboko"...waktu itu aku
menanyakan artinya pada Bapak dan diberi penjelasan, sayangnya aku lupa
artinya apa (Kalau ada kesempatan, besok aku tanyakan Bapak, semoga
beliau masih ingat)
Masih banyak sebenarnya kenangan manis
tentang masa kecil saat mengagumi Mamas kalau diceritakan bisa setebal
novel laskar pelangi kali...., menjelang ulang tahun Mamas
sekarang...tak lagi kami membuat kartu ucapan untuk Mamas, tapi
menyegarkan ingatan bahwa kami semua pernah mengalaminya membuatku
merasa sangat beruntung dilahirkan dalam keluarga besar yang hangat dan
penuh cinta. Semoga keluarga kecilku diberi limpahan kehangatan dan
cinta juga dari Alloh...amiin
Meski masih beberapa hari lagi Anjas ucapkan
"Met Ultah Yo Mas !
Rabu, 29 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar