Pada Bulan
Februari 2011 dilaporkan adanya kejadian antraks pada manusia di Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah. Kronologi penyebaran wabah dimulai
dari adanya seekor sapi yang sakit pada akhir Januari 2011, sapi tersebut dipotong untuk dikonsumsi
sendiri dan sebagian dagingnya dijual ke pasar. Laporan
pertama tertanggal 12 Februari 2011 itu disampaikan kasus dengan kelainan kulit
tertentu, ditemukan 9 kasus dengan keropeng di kulit. Antraks
kembali menjadi topik pembicaraan, menambah sejarah panjang keberadaan antraks
di dunia. Penyakit Antraks diketahui sudah ada bahkan sejak zaman
Mesir Kuno, kemudian pada
tahun 1613 Eropa dilanda wabah penyakit ini
dan tercatat sekitar 60.000 orang meninggal karenanya.
Antraks di Indonesia
Di Indonesia,
pada tahun 1884 ditemukan
penyakit menyerupai antraks
pada kerbau di daerah Teluk Betung, kemudian pada tahun 1885
dilaporkan adanya penyakit antraks di Buleleng (Bali),
Rawas (Palembang), dan Lampung. Pada tahun 1886 dilaporkan
kejadian di daerah Banten, Padang, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Selama tahun
1899 sampai tahun
1930 tercatat kejadian antraks pada hewan diberbagai
tempat di Jawa dan luar Jawa. Pada tahun 1975 kembali wabah antraks terjangkit di enam daerah di
Indonesia, yaitu Jambi, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
dan Nusa Tenggara. Pada tahun 1980, di Nusa Tenggara Timur, penyakit antraks meminta korban sapi, kuda, kerbau, babi, anjing,
dan manusia. Manusia yang terserang tidak ada yang mati, tetapi 14 orang
menderita karbunkel kulit. Pada Bulan April 1997, Direktorat
Jenderal Peternakan sempat mengeluarkan larangan sementara impor daging sapi
dan bahan-bahan asal hewan dari Australia karena terjadi kasus antraks pada sapi di Victoria
dan New South Wales (Australia). Di tahun 2000 muncul antraks di peternakan burung unta di
Purwakarta, Jawa Barat, dimana ditemukan juga kasus pada manusia.
Antraks pada hewan dan manusia
Antraks adalah penyakit hewan yang dapat
menular ke manusia dan menimbulkan kesakitan
hingga kematian dengan masa inkubasi antara 2 – 5 hari.
Penyebabnya bakteri Bacillus anthracis,
bakteri ini bersifat aerob -
memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang dapat bertahan selama puluhan
tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Beberapa hewan yang sering terjangkit penyakit ini adalah
sapi,
kerbau, kambing, domba, kuda, burung onta, dan babi. Masuknya penyakit ini biasanya
melalui luka atau dari udara yang tercemar bakteri, pada hewan biasanya
terjadi pada saat makan rumput. Daun
atau ranting yang keras melukai mulut atau kaki hewan kemudian bakteri. Proses penularan antraks pada manusia bisa terjadi bila manusia
kontak langsung dengan spora antraks yang ada di dalam tanah, pada tanaman
ataupun produk-produk hewan yang terjangkit antraks. Penularan bisa juga
terjadi melalui udara yang mengandung spora antraks yang masuk masuk melalui luka atau pun melalui makanan
yang tercemar bakteri.
Pada hewan, antraks dapat menimbulkan demam, gelisah, lemah, paha
gemetar, nafsu makan hilang dan rubuh, atau keluar darah dari dubur, mulut dan lubang hidung, darah berwarna merah tua seperti
kecap atau ter, agak berbau amis dan busuk serta sulit membeku. Terjadi pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung, pinggang dan
alat kelamin luar. Bisa juga terjadi kematian dalam waktu singkat tanpa
disertai tanda-tanda sebelumnya.
Pada manusia ada empat tipe antraks yaitu:
1. Antraks kulit yang diakibatkan
masuknya spora ke
dalam kulit dan menimbulkan reaksi pertahanan tubuh berupa luka berwarna merah-coklat
yang membesar dengan kemerahan, melepuh dan mengeras kulit disekitarnya. Titik
tengah dari luka
akan terbentuk borok dengan cairan berwarna kemerahan dan terbentuk jaringan seperti sisik
ikan berwarna kehitaman yang
biasanya disertai
deman dan sakit kepala;
2. Antraks
saluran pencernaan yang disebabkan
oleh konsumsi daging yang tidak matang dan
terkontaminasi. Gejala berupa rasa
sakit perut yang hebat, mual, kehilangan nafsu makan,
diare berdarah dan demam . Bakteri akan menginvasi melewati dinding usus, dan
kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah usus disertai
racun-racun mematikan yang dihasilkan bakteri tersebut;
3.
Antraks saluran nafas (paru) ditandai dengan gejala awal
berupa gejala flu yang ringan dan hilang timbul, beberapa hari kemudian gejala memberat dan dapat
ditemukan gangguan pernafasan berat, diikuti oleh koma, syok dan bahkan
kematian. Spora antraks yang terhisap tidak menyebabkan pneumonia yang seperti
biasa, sebagian besar bahkan
spora-spora ini dapat dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh tapi pada kondisi tubuh
yang tidak baik, spora tidak akan terhancurkan semuanya sehingga akan berada di kelenjar
getah bening. Di dalam kelenjar getah bening spora akan berkembang, dan
menghasilkan racun yang mematikan dan menyebar ke seluruh tubuh. Kelenjar getah
bening yang terinfeksi akan mengalami kerusakan dan perdarahan, sehingga
infeksi akan menyebar ke seluruh paru .
4. Antraks meningitis merupakan akibat dari komplikasi bentuk antraks yang lain. Gejala klinis
seperti randang otak maupun selaput otak yaitu demam, sakit kepala hebat,
kejang, penurunan kesadaran, dan kaku kuduk.
Penanganan dan Pencegahan Antraks
Dalam menangani penyakit ini yang penting
berpedoman pada pengamatan yang menyeluruh, hal ini perlu dilakukan karena
gejala awal yang sangat umum sehingga diagnosa awal sulit ditegakkan. Karenanya
penting diketahui riwayat kontak dengan
ternak atau produknya (kulit, tulang), riwayat kontak dengan ternak sakit, riwayat
mengkonsumsi daging ternak sakit, status pekerjaan (petani ladang, peternak, pekerja Rumah Potong Hewan, penyamak
kulit), dan wilayah
tempat tinggal. Obat antibiotika yang paling ampuh
untuk penderita antraks yang alami dan jarang resisten adalah penisilin, namun yang lebih baik dibandingkan pengobatan
adalah tindakan pencegahan.
Beberapa hal yang dapat dilaksanakan untuk
mencegah timbulnya antraks antara lain :
1. Memberikan imunisasi
kepada orang dengan risiko tinggi dimana sudah ditemukan vaksin yang efektif mencegah antraks kulit dan pernapasan. Orang dengan risiko tinggi yang dimaksud
diantaranya petugas labororatorium yang secara
rutin bekerja dengan B. anthracis dan
para pekerja yang menangani bahan mentah
yang potensial terkontaminasi.
2. Memberikan sosialisasi kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial
terkontaminasi antraks untuk menjaga kulit agar tidak lecet dan menjaga
kebersihan perorangan.
3.
Menjaga kondisi tempat kerja dengan membersihkan
debu dan menyiapkan ventilasi yang baik di
tempat-tempat kerja pada industri berbahaya terutama yang menangani bahan mentah, melakukan
supervisi medis pada para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka
dikulit, pendisiplinan
penggunaan pelindung dan penyediaan fasilitas mencuci tangan dan berganti pakaian sesudah kerja, dan penempatan ruang makan jauh dari tempat kerja.
4.
Melakukan pencucian menyeluruh, disinfeksi atau sterilisasi
bulu, wol dan tulang atau bagian dari tubuh binatang lainnya yang akan
dijadikan pakan ternak sebelum diproses.
5.
Pemusnahan bangkai ternak yang terkontaminasi antraks dengan dalam suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan
mengangkut bangkai tersebut ke tempat insenerator. Jika tidak memungkinkan, bangkai dikubur dalam-dalam di tempat
binatang itu mati dengan ditaburi quicklime atau kalsium oksida anhydrous untuk mempercepat pembusukan sedangkan tanah yang terkontaminasi dengan bangkai atau kotoran binatang
didekontaminasi dengan lye 5% atau quicklime
6.
Melakukan pengawasan ketat terhadap buangan air
limbah dari tempat yang menangani binatang-binatang yang potensial
terkontaminasi antraks dan limbah dari pabrik yang menghasilkan produk bulu,
wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.
7. Mengimunisasi
sedini mungkin dan melakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada semua hewan yang
berisiko terkena antraks, mengobati hewan yang menunjukkan gejala
antraks dengan penisilin atau tetrasiklin dan tidak menyembelih hewan sampai beberapa bulan
setelah sembuh.
Tingkat Kematian Manusia Akibat Antraks di Indonesia mencapai
18 Persen. Penyakit Antraks memang layak ditakuti karena sangat mematikan, karenanya kita mesti berhati-hati dan
mewaspadai antraks.
Referensi
Detiknews. 2011. Kemenkes
Terus Pantau Wabah Anthrax di Boyolali, (http://www.detiknews.com/read/2011/02/27/163734/1580656/10/kemenkes-terus-pantau-wabah-anthrax-di-boyolali diakses tanggal 25 Februari 2011)
2010. Anthrax .
(http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubInformasiPenyakit&idMenuKiri=56&idSelected=1&idInfo=28&page diakses tanggal 25 Februari 2011)
2010. Apa Itu
Penyakit Anthrax ?. (http://www.resep.web.id/tips/apa-itu-penyakit-anthrax.htm
2010 diakses tanggal 25 Februari 2011)
2009. Antraks. (http://kumpulanartikelkesehatan.wordpress.com/2009/10/10/anthrax/ diakses tanggal 25 Februari 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar