Rabu, 29 Februari 2012

MEWASPADAI ANTRAKS




Pada Bulan Februari 2011 dilaporkan adanya kejadian antraks pada manusia di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kronologi penyebaran wabah dimulai dari adanya seekor sapi yang sakit pada akhir Januari 2011, sapi tersebut  dipotong untuk dikonsumsi sendiri dan sebagian dagingnya dijual ke pasar. Laporan pertama tertanggal 12 Februari 2011 itu disampaikan kasus dengan kelainan kulit tertentu, ditemukan 9 kasus dengan keropeng di kulit.  Antraks kembali menjadi topik pembicaraan, menambah sejarah panjang keberadaan antraks di dunia.  Penyakit Antraks diketahui sudah ada bahkan sejak zaman Mesir Kuno, kemudian pada tahun 1613 Eropa dilanda wabah penyakit ini dan tercatat sekitar 60.000 orang meninggal karenanya. 

Antraks di Indonesia
Di Indonesia, pada tahun 1884 ditemukan penyakit menyerupai antraks pada kerbau di daerah Teluk Betung, kemudian pada tahun 1885 dilaporkan adanya penyakit antraks di Buleleng (Bali), Rawas (Palembang), dan Lampung. Pada tahun 1886 dilaporkan kejadian di daerah Banten, Padang, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Selama tahun 1899 sampai tahun 1930  tercatat kejadian antraks pada hewan diberbagai tempat di Jawa dan luar Jawa. Pada tahun 1975 kembali wabah antraks terjangkit di enam daerah di Indonesia, yaitu Jambi, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan  Nusa Tenggara. Pada tahun 1980, di Nusa Tenggara Timur, penyakit antraks meminta korban sapi, kuda, kerbau, babi, anjing, dan manusia. Manusia yang terserang tidak ada yang mati, tetapi 14 orang menderita karbunkel kulit. Pada Bulan April 1997, Direktorat Jenderal Peternakan sempat mengeluarkan larangan sementara impor daging sapi dan bahan-bahan asal hewan dari Australia karena terjadi kasus antraks pada sapi di Victoria dan New South Wales (Australia). Di tahun 2000 muncul antraks di peternakan burung unta di Purwakarta, Jawa Barat, dimana ditemukan juga kasus pada manusia.

Antraks pada hewan dan manusia
                Antraks adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan menimbulkan kesakitan hingga kematian dengan masa inkubasi antara 2 – 5 hari. Penyebabnya bakteri Bacillus anthracis, bakteri ini bersifat aerob - memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang dapat bertahan selama puluhan tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Beberapa hewan yang sering terjangkit penyakit ini adalah sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, burung onta, dan babi. Masuknya penyakit ini biasanya melalui luka atau dari udara yang tercemar bakteri, pada hewan  biasanya terjadi pada saat makan rumput. Daun atau ranting yang keras melukai mulut atau kaki hewan kemudian bakteri. Proses penularan antraks pada manusia bisa terjadi bila manusia kontak langsung dengan spora antraks yang ada di dalam tanah, pada tanaman ataupun produk-produk hewan yang terjangkit antraks. Penularan bisa juga terjadi melalui udara yang mengandung spora antraks yang masuk  masuk melalui luka atau pun melalui makanan yang tercemar bakteri.
                Pada hewan, antraks dapat menimbulkan demam, gelisah, lemah, paha gemetar, nafsu makan hilang dan rubuh, atau keluar darah dari dubur, mulut dan lubang hidung, darah berwarna merah tua seperti kecap atau ter, agak berbau amis dan busuk serta sulit membeku. Terjadi pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung, pinggang dan alat kelamin luar. Bisa juga terjadi kematian dalam waktu singkat tanpa disertai tanda-tanda sebelumnya.
Pada manusia ada empat tipe antraks yaitu:
1.       Antraks kulit yang diakibatkan masuknya spora ke dalam kulit dan menimbulkan reaksi pertahanan tubuh berupa luka berwarna merah-coklat yang membesar dengan kemerahan, melepuh dan mengeras kulit disekitarnya. Titik tengah dari luka akan terbentuk borok dengan cairan berwarna kemerahan dan terbentuk jaringan seperti sisik ikan berwarna kehitaman yang biasanya disertai deman dan sakit kepala;
2.       Antraks  saluran pencernaan  yang disebabkan oleh konsumsi daging yang tidak matang dan terkontaminasi. Gejala berupa rasa sakit perut yang hebat, mual, kehilangan nafsu makan, diare berdarah dan demam . Bakteri akan menginvasi melewati dinding usus, dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah usus disertai racun-racun mematikan yang dihasilkan bakteri tersebut;
3.       Antraks saluran nafas (paru)  ditandai dengan gejala awal berupa gejala flu yang ringan dan hilang timbul, beberapa hari kemudian gejala memberat dan dapat ditemukan gangguan pernafasan berat, diikuti oleh koma, syok dan bahkan kematian. Spora antraks yang terhisap tidak menyebabkan pneumonia yang seperti biasa, sebagian besar bahkan spora-spora ini dapat dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh tapi pada kondisi tubuh yang tidak baik, spora tidak akan terhancurkan semuanya sehingga akan berada di kelenjar getah bening. Di dalam kelenjar getah bening spora akan berkembang, dan menghasilkan racun yang mematikan dan menyebar ke seluruh tubuh. Kelenjar getah bening yang terinfeksi akan mengalami kerusakan dan perdarahan, sehingga infeksi akan menyebar ke seluruh paru .
4.       Antraks meningitis merupakan akibat dari komplikasi bentuk antraks yang lain. Gejala klinis seperti randang otak maupun selaput otak yaitu demam, sakit kepala hebat, kejang, penurunan kesadaran, dan kaku kuduk.
Penanganan dan Pencegahan Antraks
Dalam menangani penyakit ini yang penting berpedoman pada pengamatan yang menyeluruh, hal ini perlu dilakukan karena gejala awal yang sangat umum sehingga diagnosa awal sulit ditegakkan. Karenanya penting diketahui riwayat kontak dengan ternak atau produknya (kulit, tulang), riwayat kontak dengan ternak sakit, riwayat mengkonsumsi daging ternak sakit, status pekerjaan (petani ladang, peternak, pekerja Rumah Potong Hewan, penyamak kulit), dan wilayah tempat tinggal. Obat antibiotika yang  paling ampuh untuk penderita antraks yang alami dan jarang resisten adalah penisilin,  namun yang lebih baik dibandingkan pengobatan adalah tindakan pencegahan.
Beberapa hal yang dapat dilaksanakan untuk mencegah timbulnya antraks antara lain :
1.       Memberikan imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi  dimana sudah ditemukan vaksin yang efektif mencegah antraks kulit dan pernapasan. Orang dengan risiko tinggi yang dimaksud diantaranya petugas labororatorium yang secara rutin bekerja dengan B. anthracis dan para pekerja yang menangani bahan  mentah yang potensial terkontaminasi.
2.       Memberikan sosialisasi kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial terkontaminasi antraks untuk  menjaga kulit agar tidak lecet dan menjaga kebersihan perorangan.
3.         Menjaga kondisi tempat kerja dengan membersihkan debu dan menyiapkan  ventilasi yang baik di tempat-tempat kerja pada industri berbahaya terutama yang menangani bahan mentah, melakukan supervisi medis pada para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka dikulit, pendisiplinan penggunaan  pelindung dan penyediaan fasilitas mencuci tangan dan berganti pakaian sesudah kerja, dan penempatan ruang makan jauh dari tempat kerja.
4.         Melakukan pencucian menyeluruh, disinfeksi atau sterilisasi bulu, wol dan tulang atau bagian dari tubuh binatang lainnya yang akan dijadikan pakan ternak sebelum diproses.
5.         Pemusnahan bangkai ternak yang terkontaminasi antraks dengan dalam suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan mengangkut bangkai tersebut ke tempat insenerator.  Jika tidak memungkinkan, bangkai dikubur dalam-dalam di tempat binatang  itu mati dengan ditaburi quicklime atau kalsium oksida anhydrous untuk mempercepat pembusukan sedangkan tanah yang terkontaminasi dengan bangkai atau kotoran binatang didekontaminasi dengan lye 5% atau quicklime
6.         Melakukan pengawasan  ketat terhadap buangan air limbah dari tempat yang menangani binatang-binatang yang potensial terkontaminasi antraks dan limbah dari pabrik yang menghasilkan produk bulu, wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.
7.       Mengimunisasi  sedini mungkin dan melakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada semua hewan yang berisiko terkena antraks, mengobati hewan yang menunjukkan gejala antraks dengan penisilin atau tetrasiklin dan tidak menyembelih hewan sampai beberapa bulan setelah sembuh.

 Tingkat Kematian Manusia Akibat Antraks di Indonesia mencapai 18 Persen. Penyakit Antraks memang layak ditakuti karena sangat mematikan, karenanya kita mesti berhati-hati dan mewaspadai antraks.

Referensi
Detiknews. 2011. Kemenkes Terus Pantau Wabah Anthrax di Boyolali, (http://www.detiknews.com/read/2011/02/27/163734/1580656/10/kemenkes-terus-pantau-wabah-anthrax-di-boyolali  diakses tanggal 25 Februari 2011)

2010. Apa Itu Penyakit Anthrax ?. (http://www.resep.web.id/tips/apa-itu-penyakit-anthrax.htm 2010 diakses tanggal 25 Februari 2011)

2007. Antraks. (http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=13 diakses tanggal 25 Februari 2011)

2009. Antraks. (http://kumpulanartikelkesehatan.wordpress.com/2009/10/10/anthrax/ diakses tanggal 25 Februari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem