Dalam sebuah hadits di sebutkan bahwa jodoh, rejeki dan mati ada di tangan Tuhan.
Namun bukan berarti kita ngga boleh /perlu berusaha untuk meraih keinginan kita baik dalam mencari rejeki, mencari jodoh ataupun berusaha untuk berobat di kala kita sakit.
Jodoh, rejeki atau pun kematian di tangan Tuhan maksudnya; bahwa Allah lah yang sebenarnya yang menentukan, bukan diri kita.
Kita diwajibkan untuk selalu berusaha dan Allah yang menentukan keberhasilan usaha kita.
Segala keberhasilan yang kita peroleh bukan semata-mata usaha kita, tapi merupakan rahmat Allah, maka nya kita diharuskan untuk selalu bersyukur dengan keberhasilan yang telah kita peroleh, kita tidak bisa merasa sombong dengan apa yang telah kita capai hanya karena kita telah berusaha untuk itu, sebab sering kali kita sudah berusaha maksimal untuk menggapai apa yang kita inginkan namun kita kurang beruntung , itu semata-mata karena Allah belum menghendaki dan kita harus percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha kita begitu saja.
Allah pasti akan memberikan balasan-Nya, sehingga kita tidak mudah berputus asa di saat tidak mendapatkan apa yang kita inginkan.
Nah, kata-kata bijak di atas sudah pasti bukan kalimatku sendiri.
Itu adalah potongan jawaban dari pertanyaan seputar jodoh yang kutemukan di www.pesantrenvirtual.com.
Sebenarnya bukan kutemukan sih…tapi sengaja kucari untuk melengkapi preambule catatanku tentang jodoh.
Aku percaya hadist di atas, bahwa jodoh, rezeki dan mati adalah rahasia-Nya, bukan ikut maunya manusia.
Tidak harus urut umur (urut kacang atau urut NIP/Pangkat/Golongan kalo di PNS), tidak harus antri dari yang paling kaya, yang paling cakep atau yang paling-yang paling lainnya.
Pengalamanku sendiri berjodoh dengan suamiku, tidak sesuai urutan kelahiran di rumah. Aku meloncati tiga kakakku saat menikah (eh, ini sih bukan loncat ya….tapi salto…hehehehe).
Ketiganya sudah menikah sekarang, masing-masing dengan cerita yang unik dan mengesankan.
Beruntung keluargaku tidak ‘menabukan’ urutan pernikahan yang tidak urut ini…(bingung lah banyakan kata urut…emang pegel-pegel , kok diurut….halah, nglantur)
Tergoda aku untuk menceritakan tentang jodoh, karena mendapat cerita dari seorang teman bagaimana ‘perjuangannya’ mendapatkan jodoh. Cerita ini aku dapatkan saat mengunjunginya sepekan setelah hari pernikahannya.
Untuk kesopanan dan etika pertemanan, nama sang teman aku samarkan dengan “Bunga” ( ah…gak jadi lah, kok jadi kayak nama samaran di berita Koran criminal).
Oke, aku ganti dengan nama “Si Embak” (Aduh….kok jadi seperti panggilanku untuk yang momong Abbad)….
Wah, menentukan nama aja sepertinya bisa menggagalkan niat sharing tentang jodoh nih.
Baiklah keputusan final aku akan bercerita dengan sebutan “Mbak-nya”
Di usia 36, Mbak-nya belum menemukan jodohnya. Tidak ada persoalan berarti dalam diri Mbak-nya, dia perempuan pada umumnya yang menamatkan pendidikan strata satu dan sudah bekerja di sebuah NGO. (Aduuuh…aku nggak bisa terlalu spesifik, nanti ketebak dong siapa orangnya).
Mbak-nya bercerita menjelang bulan Ramadhan, dia mendapat nasehat dari seorang teman untuk bersedekah lebih dari biasanya. Versi teman Mbak-nya, salah satu jalan memperlancar datangnya jodoh adalah bersedekah, terlebih lagi jika dilakukan di bulan Ramadhan yang akan dilipatgandakan nilainya.
Dengan mengucapkan Bismillah, Mbak-nya bersedekah sebesar (adhuh…aku lupa Mbak-nya menyebut nominal 500 ribu ato satu juta ya…)
Dia mengatakan,”Aku punyanya segitu, ya aku sedekahkan segitu !”
Deg-deg plas, harap2 cemas, ternyata dalam bulan Ramadhan itu pula, sedekahnya dijawab Alloh dengan datangnya tawaran berbuka puasa bersama dari seorang laki-laki (yang sebelumnya tak dikenal-secara dekat) dan berlanjut dengan pengajuan LAMARAN.
Bahagia, tentu saja….itu tergambar jelas di wajahnya yang berbinar-binar saat menceritakan proses itu sampai pernikahan di bulan Syawal. (Hanya terpaut satu bulan saja setelah Mbak-nya bersedekah).
Kami pun yang mendengarkan cerita bisik-bisik itu ikut berbinar mengimbangi kebahagiaannya.
Jadi teringat catatan yang pernah kubaca di http://ratnanilawati.blogspot.com yang aku cuplik sebagian sebagai berikut :
Matematika Sedekah
Ustad Yusuf Mansyur kembali bertanya :
- kita mau jodoh yang kayak gimana?
- mau kapan ketemu jodohnya?
- mau jodoh yang "berapa penghasilan perbulannya" ?
semua bisa dijawab dengan sedekah.
Contoh :
Wanita A mengingikan jodoh pria dengan penghasilan perbulan Rp 10 juta.
Langkah yg bisa diambil :
1. Hitung gaji 1 tahun CALON JODOH adalah Rp 10 juta X 12 bulan = Rp 120 juta
Langkah awal segera saat itu juga sedekah sebesar 10% dari Rp 120 juta yaitu
Rp 12 juta...langsung disedekahkan, dan tunggu sekitar 11 bulan kemudian...harus
YAKIN..InsyaAllah datang.
2. Atau kita juga sekalian butuh biaya pernikahan Rp 100 juta?
Berarti ada faktor penambah total gaji 1 tahun + biaya pernikahan atau
Rp 120 juta + Rp 100 juta = Rp 220 juta
sedekahkan 10% dari nilainya yaitu Rp 22 juta
InsyaAllah jodoh akan datang dengan sendirinya
3. Jika hanya mampu sedekah sebagian, maka lengkapi dengan DOA & SHOLAT TAHAJUD.
Menutup ceritanya, Mbak-nya berkata dengan mimik (agak) menyesal.
“Sayang, aku cuma bersedekah ....(dia menyebut nominal yang aku lupa tadi) jadinya cuma dapat 48%3*&^#@%^##%^ - “ Mbak-nya menyebutkan sebuah profesi yang digeluti suaminya (tak berani aku menyebutnya disini, nanti ndak dituntut oleh ikatan profesinya)
“Coba kalo aku bersedekah lebih banyak, kan bisa dapat &@#(*&&%%$ (aku sensor lagi, khawatir ada kecemburuan profesi).
Aku dan temanku yang berdua mendengarkan cerita Mbak-nya saling tukar pandang dan tukar senyum,tergelitik mengingat-ingat
“Berapa yang kusedekahkan sampai dapat suami seperti sekarang” Hiwiqiqi…
# Catatan : Untuk para pencari jodoh (Bisa jadi ini salah satu jalan)…mohon maaf bila tak berkenan.
Namun bukan berarti kita ngga boleh /perlu berusaha untuk meraih keinginan kita baik dalam mencari rejeki, mencari jodoh ataupun berusaha untuk berobat di kala kita sakit.
Jodoh, rejeki atau pun kematian di tangan Tuhan maksudnya; bahwa Allah lah yang sebenarnya yang menentukan, bukan diri kita.
Kita diwajibkan untuk selalu berusaha dan Allah yang menentukan keberhasilan usaha kita.
Segala keberhasilan yang kita peroleh bukan semata-mata usaha kita, tapi merupakan rahmat Allah, maka nya kita diharuskan untuk selalu bersyukur dengan keberhasilan yang telah kita peroleh, kita tidak bisa merasa sombong dengan apa yang telah kita capai hanya karena kita telah berusaha untuk itu, sebab sering kali kita sudah berusaha maksimal untuk menggapai apa yang kita inginkan namun kita kurang beruntung , itu semata-mata karena Allah belum menghendaki dan kita harus percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha kita begitu saja.
Allah pasti akan memberikan balasan-Nya, sehingga kita tidak mudah berputus asa di saat tidak mendapatkan apa yang kita inginkan.
Nah, kata-kata bijak di atas sudah pasti bukan kalimatku sendiri.
Itu adalah potongan jawaban dari pertanyaan seputar jodoh yang kutemukan di www.pesantrenvirtual.com.
Sebenarnya bukan kutemukan sih…tapi sengaja kucari untuk melengkapi preambule catatanku tentang jodoh.
Aku percaya hadist di atas, bahwa jodoh, rezeki dan mati adalah rahasia-Nya, bukan ikut maunya manusia.
Tidak harus urut umur (urut kacang atau urut NIP/Pangkat/Golongan kalo di PNS), tidak harus antri dari yang paling kaya, yang paling cakep atau yang paling-yang paling lainnya.
Pengalamanku sendiri berjodoh dengan suamiku, tidak sesuai urutan kelahiran di rumah. Aku meloncati tiga kakakku saat menikah (eh, ini sih bukan loncat ya….tapi salto…hehehehe).
Ketiganya sudah menikah sekarang, masing-masing dengan cerita yang unik dan mengesankan.
Beruntung keluargaku tidak ‘menabukan’ urutan pernikahan yang tidak urut ini…(bingung lah banyakan kata urut…emang pegel-pegel , kok diurut….halah, nglantur)
Tergoda aku untuk menceritakan tentang jodoh, karena mendapat cerita dari seorang teman bagaimana ‘perjuangannya’ mendapatkan jodoh. Cerita ini aku dapatkan saat mengunjunginya sepekan setelah hari pernikahannya.
Untuk kesopanan dan etika pertemanan, nama sang teman aku samarkan dengan “Bunga” ( ah…gak jadi lah, kok jadi kayak nama samaran di berita Koran criminal).
Oke, aku ganti dengan nama “Si Embak” (Aduh….kok jadi seperti panggilanku untuk yang momong Abbad)….
Wah, menentukan nama aja sepertinya bisa menggagalkan niat sharing tentang jodoh nih.
Baiklah keputusan final aku akan bercerita dengan sebutan “Mbak-nya”
Di usia 36, Mbak-nya belum menemukan jodohnya. Tidak ada persoalan berarti dalam diri Mbak-nya, dia perempuan pada umumnya yang menamatkan pendidikan strata satu dan sudah bekerja di sebuah NGO. (Aduuuh…aku nggak bisa terlalu spesifik, nanti ketebak dong siapa orangnya).
Mbak-nya bercerita menjelang bulan Ramadhan, dia mendapat nasehat dari seorang teman untuk bersedekah lebih dari biasanya. Versi teman Mbak-nya, salah satu jalan memperlancar datangnya jodoh adalah bersedekah, terlebih lagi jika dilakukan di bulan Ramadhan yang akan dilipatgandakan nilainya.
Dengan mengucapkan Bismillah, Mbak-nya bersedekah sebesar (adhuh…aku lupa Mbak-nya menyebut nominal 500 ribu ato satu juta ya…)
Dia mengatakan,”Aku punyanya segitu, ya aku sedekahkan segitu !”
Deg-deg plas, harap2 cemas, ternyata dalam bulan Ramadhan itu pula, sedekahnya dijawab Alloh dengan datangnya tawaran berbuka puasa bersama dari seorang laki-laki (yang sebelumnya tak dikenal-secara dekat) dan berlanjut dengan pengajuan LAMARAN.
Bahagia, tentu saja….itu tergambar jelas di wajahnya yang berbinar-binar saat menceritakan proses itu sampai pernikahan di bulan Syawal. (Hanya terpaut satu bulan saja setelah Mbak-nya bersedekah).
Kami pun yang mendengarkan cerita bisik-bisik itu ikut berbinar mengimbangi kebahagiaannya.
Jadi teringat catatan yang pernah kubaca di http://ratnanilawati.blogspot.com yang aku cuplik sebagian sebagai berikut :
Matematika Sedekah
Ustad Yusuf Mansyur kembali bertanya :
- kita mau jodoh yang kayak gimana?
- mau kapan ketemu jodohnya?
- mau jodoh yang "berapa penghasilan perbulannya" ?
semua bisa dijawab dengan sedekah.
Contoh :
Wanita A mengingikan jodoh pria dengan penghasilan perbulan Rp 10 juta.
Langkah yg bisa diambil :
1. Hitung gaji 1 tahun CALON JODOH adalah Rp 10 juta X 12 bulan = Rp 120 juta
Langkah awal segera saat itu juga sedekah sebesar 10% dari Rp 120 juta yaitu
Rp 12 juta...langsung disedekahkan, dan tunggu sekitar 11 bulan kemudian...harus
YAKIN..InsyaAllah datang.
2. Atau kita juga sekalian butuh biaya pernikahan Rp 100 juta?
Berarti ada faktor penambah total gaji 1 tahun + biaya pernikahan atau
Rp 120 juta + Rp 100 juta = Rp 220 juta
sedekahkan 10% dari nilainya yaitu Rp 22 juta
InsyaAllah jodoh akan datang dengan sendirinya
3. Jika hanya mampu sedekah sebagian, maka lengkapi dengan DOA & SHOLAT TAHAJUD.
Menutup ceritanya, Mbak-nya berkata dengan mimik (agak) menyesal.
“Sayang, aku cuma bersedekah ....(dia menyebut nominal yang aku lupa tadi) jadinya cuma dapat 48%3*&^#@%^##%^ - “ Mbak-nya menyebutkan sebuah profesi yang digeluti suaminya (tak berani aku menyebutnya disini, nanti ndak dituntut oleh ikatan profesinya)
“Coba kalo aku bersedekah lebih banyak, kan bisa dapat &@#(*&&%%$ (aku sensor lagi, khawatir ada kecemburuan profesi).
Aku dan temanku yang berdua mendengarkan cerita Mbak-nya saling tukar pandang dan tukar senyum,tergelitik mengingat-ingat
“Berapa yang kusedekahkan sampai dapat suami seperti sekarang” Hiwiqiqi…
# Catatan : Untuk para pencari jodoh (Bisa jadi ini salah satu jalan)…mohon maaf bila tak berkenan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar