Dulu, ketika kami masih mengontrak di bilangan Wiyoro dan baru punya
anak satu (Sakha), kami bisa menjaga 'kebersihan' tembok rumah.
Sakha menyalurkan kesukaan corat-coretnya di kertas dan lemari kayu kecil yang sengaja kami siapkan untuknya.
Ketika
pindah ke istana gubuk di Bumen, lemari kayu tetap kami siapkan, kertas
beserta spidol-krayon dan pensil warna sudah disediakan.
Namun ternyata tembok, meja dan pintu tak bisa steril dari coretan.
Semula sedikit tanpa bentuk, lama-kelamaan semakin banyak dengan berbagai bentuk dan tulisan.
Rasanya
aku sudah meminta anak-anak 'menyalurkan' kesukaan corat-coret mereka
ke tempat yang aku sediakan, tetapi coretan itu bertambah dan bertambah.
Kadang
tambahan coretan itu tak kuketahui sejak kapan
ditambahkan......tiba-tiba ketika menutup pintu kulihat gambar seorang
putri di belakang pintu. Atau saat menyusui Abbad di kamar, pandanganku
tertahan pada sebuah tulisan baru....
"Olala....sejak kapan coretan itu ditambahkan ?"
Seperti
menjaga kebersihan tembok, aku mencoba menjaga 'kebersihan' anak-anak
dari hal-hal yang tidak perlu dengan tidak menyediakan televisi di
rumah, memilihkan bacaan dan game yang 'edukatif' jauh dari unsur
kekerasan dan pornografi., tapi tetap saja anak-anak tak bisa steril
dari semua itu.
Soal mengumpat pernah aku ceritakan di
catatan B*****R, untuk soal umpatan tadi aku sudah bersiap dengan
jawaban karena tahu saat anak-anak mendengar kosakata baru itu.
Yang
agak mengagetkan adalah sepulang liburan kemarin, suatu ketika Akhsan
dan Sakha berdebat (sesuatu yang biasa mereka lakukan)....namun kemudian
Akhsan mengeluarkan ancaman
"Kalo gak mau takbunuh lho kak...."
Spontan Sakha mengadu
"Ibu........aku mau dibunuh"
Aku
berusaha mengingat, kapan ya Akhsan dapat kosakata itu.....mungkin dia
sempat mendengar itu saat menonton satu episode Avatar di rumah
eyangnya.
Aku tanyakan pada Akhsan "Mas, tahu nggak dibunuh tuh apa?"
Dan Akhsan cuma tersenyum-senyum saja sambil menggelengkan kepala.
"Orang kalau dibunuh itu mati" lanjutku
"Bukan mati ibu, tapi meninggal...yang mati itu hewan" koreksi Sakha
"Oh iya, meninggal .".ralatku.
"Kalau
sudah meninggal nanti nggak bisa bernafas, nggak bisa bermain, nggak
bisa makan , sekolah, nggak bisa semuanya" cobaku menjelaskan
"Kalau kakak dibunuh nanti Akhsan nggak punya kakak" lanjutku
Yah....mungkin
Akhsan hanya meniru kata-kata baru yang menarik di telinganya tanpa
tahu maksud dan artinya, tapi sungguh kata "bunuh" itu mengagetkanku
Kalau hanya tembok yang bertambah coretan bukan persoalan besar, bercanda dengan suamiku aku katakan
"Gapapa...besok kalo mau mantu, ibu cat deh temboknya" (Wakakaka....anak belum baligh kok bicara mantu)
Tapi
kalo hati dan pikiran anak-anak...tak bisa lah menunggu sampai sebelum
mantu....harus nyicil disapu, ditata, dilap, disiangi, dipel.....setiap
waktu.
Ayo bojo....sing-singkan lengan baju !!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar