Rabu, 29 Februari 2012

SAUDARA KEMBAR

Hobby : Membaca,
Itu biasanya yang aku tuliskan saat mengisi biodata, sejak SD sampai kuliah.
Dari kecil aku memang suka membaca, sejak sebelum berumur 5 tahun aku ‘terpaksa’ bisa membaca.
Aku katakan terpaksa, karena saat itu aku sekuat tenaga belajar membaca karena dimarahi salah seorang kakakku saat minta dibacakan majalah Ananda (majalah langganan kami waktu kecil).

“Maca dhewe, kesel macake terus !” Kata kakakku saat itu

Sejak dibentak begitu, aku kemudian gengsi untuk minta dibacakan cerita dan memilih “berjuang” sampai bisa membaca.

Begitu bisa membaca, seperti orang kehausan aku membaca apa yang bisa dibaca.
Selain ‘Ananda’ majalah langganan keluarga kami, bahan bacaanku merambah ke majalah tetangga. Tetangga depan rumahku yang bernama Pak Kaimin, mempunyai anak bungsu yang sebaya dengan kakakku yang nomor enam. Hampir tiap hari, aku datang ke depan rumah mereka, memanggil “Mbak Maya !”
Biasanya, Mbak Maya, kakak-kakaknya atau Bapak dan Ibu Kaimin yang sudah hafal kebiasaanku, membuka pintu garasi mereka dan mempersilahkan aku masuk langsung ke kamar belakang tempat Majalah Bobo tersusun rapi. Biasanya, di saat jam makan ada kakakku yang menyusul untuk mengajakku pulang ke rumah.

Saat aku sudah masuk SD dan mengenal perpustakaan, membaca hampir seluruh koleksi buku yang ada di perpustakaan sekolah menjadi targetku. Saat pindah sekolah di kelas empat, aku pindah ke sekolah yang koleksi bukunya lebih lengkap dan diatur lebih rapi. Kesukaanku membaca semakin meningkat.
Aku ingat waktu duduk di kelas lima SD, tiap selasa dan kamis sore diadakan les pelajaran di sekolah. Berniat membaca buku perpustakaan, aku datang lebih awal dan menyelinap masuk lewat jendela ke dalam perpustakaan (sore hari perpustakaan sudah tutup).
Saking asyiknya membaca, aku sampai lupa waktu dan baru selesai membaca menjelang pukul lima sore saat mendengar temanku bubaran les, jadilah sore itu aku tak jadi les.

Kakak sulungku sangat mendukung kesukaan kami membaca (aku dan kakak-kakakku yang lain juga suka membaca). Tiap pulang dari Jakarta (Kakakku kuliah dan bekerja di Jakarta), Mamas begitu kami memanggilnya selalu membawakan oleh-oleh buku. Serial Pulung dan Noni karangan Bung Smas, Imung (Karya Arswendo Atmowiloto ya? …agak lupa aku), Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Sapta Siaga, Malory Towers, Trio Detektif, dan beberapa judul lain yang aku lupa (Ada yang pernah membacanya juga?).

Suamiku punya kegemaran yang sama saat kecil, dan kadang kami saling menceritakan dan mengingatkan buku perpustakaan yang pernah kami baca (Jaman dulu, meski aku sekolah di Magelang dan suamiku di Banyumas, buku perpustakaan SD kan drop-drop an dari pusat, jadi banyak buku yang bisa asyik kami bahas)

Saat ini aku dan suami mencoba mengajak anak-anak menggemari buku, kami usahakan menyisihkan uang untuk membeli buku. Kami lebih memilih membelikan buku dibandingkan mainan lainnya.
Karena belum bisa membaca, aku masih membacakan buku untuk Akhsan. jagoanku ini cepat menghafal tulisan di buku dan ketika ada saudara atau orang lain main ke rumah, Akhsan membaca buku itu (banyak yang kagum, dikiranya Akhsan sudah bisa membaca- padahal cuma hafalan hehehe).
Sakha sudah mulai bisa membaca, meski kadang masih merengek minta dibacakan yang agak panjang dan hurufnya kecil, kami coba untuk terus mendorongnya membaca dengan membelikan buku sesuai pilihannya dan menulis cerita tentang anak-anak sehingga Sakha antusias membaca cerita tentang dirinya sendiri.

Kalau saat ini aku diminta mengisi biodata, aku ragu-ragu jika akan mengisi dengan ‘membaca’, intensitas membacaku tak sesering dulu, bisa dihitung dengan jari (tangan, tak melibatkan jari kaki) berapa buku yang aku baca tahun ini, paling banyak yang kubaca majalah dan surat kabar.
Yang lebih kupelototi adalah Undang-undang, SK, peraturan, Laporan kegiatan dan hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan.
Paling kalau aku sedang tertarik (baca=membutuhkan informasi) tentang hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, akan aku ‘klik’ Mbah Google.

Ada yang mengatakan bahwa menulis adalah saudara kembar membaca, berusaha menulis tanpa diimbangi dengan bacaan yang memadai akan menyulitkan saat akan menuangkan ide kita.
Aku berkilah atas kemalasanku membaca sekarang dengan “Aku kan lebih banyak menulis tentang hal riil sehari-hari dengan anak-anak, tak perlulah kebanyakan wawasan”
Tapi sisi putihku mengatakan “Seandainya, tulisan pengalaman riil bisa dibarengi ulasan yang lebih tajam dan bermuatan, pasti akan memberikan manfaat lebih”.

Teringat aku pada tulisan seorang teman di notes FB, aku komentari dengan “Tulisanmu yang terakhir abot banget” dijawab olehnya dengan “Itu aku tulis setelah membaca buku yang berat, padahal idenya sederhana saja”

Jadi ada benarnya, menulis saudara kembar membaca….karenanya, aku menyemangati diri sendiri dengan memasang target dalam satu pekan menulis dua catatan dan dalam satu bulan membaca satu buku-dengan tema yang beragam (Lho….kok njomplang amat yak targetnya).

Tak apalah, (sekali lagi pembelaan diri….) ini kan target awal, insya Alloh akan ditingkatkan lebih baik di waktu yang akan datang.

AYO MEMBACA !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem