Hari ini tidak seperti kemarin, lebih tepatnya tidak sama persis.
Cuaca dan mendung bergantian dengan cahaya malu-malu matahari
tidak terlalu beda dengan hari-hari yang lalu sebenarnya.....
yang berbeda sesungguhnya adalah aku.
Hari ini aku tidak melirik-lirik ke pos satpam,
Tidak berlambat-lambat memarkir kendaraan,
Tidak berlama-lama mengeluarkan ransel dari kabin,
Tidak lagi pelan-pelan berjalan dari mobil menuju pintu masuk....
Tidak lagi menunggu dipanggil pak satpam.
Tiga pekan belakangan ini mungkin aku terlihat aneh bagi 8 satpam yang bertugas bergantian menjaga kantor.
Aku yang dikenal sebagai "pejalan cepat",
biasanya melintas halaman pergi dan pulang dengan serba cepat.
Tetap dengan senyum untuk mereka tentu saja,
sapaan kecil atau lambaian tangan dan klakson singkat yang kubunyikan jika mereka membantu menyeberang-kan ketika aku memasuki atau keluar dari halaman kantor.
Tapi tidak untuk tiga minggu terakhir ini.
Alasanku menurunkan dengan drastis kecepatanku adalah aku mengharapkan lebih dari sekedar sapaan. ...
Aku menunggu kalimat "Bu Anjas, ada paket" atau "Bu Anjas ada surat"
Yang tak kunjung kudengar dalam tiga minggu berarti ini.
Baiklah, akan kuurai keruwetan benang cerita ini dari pangkalnya.
Pertengahan tahun ini aku mengirimkan aplikasi beasiswa ke sebuah sumber – yangtakperlu diperjelasnamanya.
Untuk pemberitahuan berhasil atau tidaknya masuk ke tahap selanjutnya, akan dikabarkan melalui surat/pos pengiriman.
Dengan pertimbangan :
Menjadi tenangkah aku setelahnya? Awalnya iya.
Akhir Juni s.d Pertengahan November aku melupakan aplikasi – yangtakperludiperjelasnamanya itu.
Tetapi, karena key dates di website-yangtakperludiperjelasnamanya, disebutkan bahwa pekan III November akan ada pemberitahuan untuk kandidat yang lolos tahap berikutnya dan di pekan IV akan disampaikan pemberitahuan bagi kandidat yang tidak lolos....aku sungguh mulai tersiksa.
Pekan ke-tiga November kulewati dengan harapan besar dan senyum lebar untuk para satpam (seperti yang kuceritakan di atas)....
Pekan ke-empat harapan mendapatkan pemberitahuan tetap besar, tapi senyumku tak selebar sebelumnya.....aku menunggu kepastian penolakan.
Di penghujung November aku sudah uring-uringan, menunggu adanya kejelasan yang tak kunjung datang.
Nasehat seorang teman yang pernah sukses melampau tahap yang kulalui adalah, “Tunggu sampai akhir pekan ini”
Tiga pekan penantianku berlalu, sampai akhirnya memasuki bulan Desember, belum ada tanda-tanda akan datangnya pemberitahuan itu.
Galaukah hatiku ? jelas iya jawabannya.
Nasehat manis suamiku adalah, “Pasti yang terbaik yang dipilihkan oleh-NYA”
Hatiku membenarkan kalimatnya, otakku menerima pendapatnya.
Tempatku yang terbaik saat ini adalah disini, mendampingi suami dan ketigaanakku, tanpa ada jeda waktu perpisahan meski CUMA sementara.
Jadi, kumenata hati.
Menarik kesimpulanku sendiri, bahwa aku tidak mendapatkan kesempatan kali ini.
Dan kesimpulanku menenangkan hatiku.
Tak ada lagi berharap-harap dipanggil pak satpam menyampaikan sesuatu.
Pak Satpam, maaf jika sikapku mengganggu tiga pekan ini.
Tak kan terjadi lagi, tahun ini....
Tapi mungkin akan berulang,
Tahun depan hehehehe......
Cuaca dan mendung bergantian dengan cahaya malu-malu matahari
tidak terlalu beda dengan hari-hari yang lalu sebenarnya.....
yang berbeda sesungguhnya adalah aku.
Hari ini aku tidak melirik-lirik ke pos satpam,
Tidak berlambat-lambat memarkir kendaraan,
Tidak berlama-lama mengeluarkan ransel dari kabin,
Tidak lagi pelan-pelan berjalan dari mobil menuju pintu masuk....
Tidak lagi menunggu dipanggil pak satpam.
Tiga pekan belakangan ini mungkin aku terlihat aneh bagi 8 satpam yang bertugas bergantian menjaga kantor.
Aku yang dikenal sebagai "pejalan cepat",
biasanya melintas halaman pergi dan pulang dengan serba cepat.
Tetap dengan senyum untuk mereka tentu saja,
sapaan kecil atau lambaian tangan dan klakson singkat yang kubunyikan jika mereka membantu menyeberang-kan ketika aku memasuki atau keluar dari halaman kantor.
Tapi tidak untuk tiga minggu terakhir ini.
Alasanku menurunkan dengan drastis kecepatanku adalah aku mengharapkan lebih dari sekedar sapaan. ...
Aku menunggu kalimat "Bu Anjas, ada paket" atau "Bu Anjas ada surat"
Yang tak kunjung kudengar dalam tiga minggu berarti ini.
Baiklah, akan kuurai keruwetan benang cerita ini dari pangkalnya.
Pertengahan tahun ini aku mengirimkan aplikasi beasiswa ke sebuah sumber – yangtakperlu diperjelasnamanya.
Untuk pemberitahuan berhasil atau tidaknya masuk ke tahap selanjutnya, akan dikabarkan melalui surat/pos pengiriman.
Dengan pertimbangan :
- Senin-Jumat pukul 06.30 – 16.30 tidak ada orang di rumahku
- Sabtu – Ahad, hampir selalu sebagian atau seluruh waktu diantaranya kami sekeluarga melakukan aktivitas di luar rumah.
Menjadi tenangkah aku setelahnya? Awalnya iya.
Akhir Juni s.d Pertengahan November aku melupakan aplikasi – yangtakperludiperjelasnamanya itu.
Tetapi, karena key dates di website-yangtakperludiperjelasnamanya, disebutkan bahwa pekan III November akan ada pemberitahuan untuk kandidat yang lolos tahap berikutnya dan di pekan IV akan disampaikan pemberitahuan bagi kandidat yang tidak lolos....aku sungguh mulai tersiksa.
Pekan ke-tiga November kulewati dengan harapan besar dan senyum lebar untuk para satpam (seperti yang kuceritakan di atas)....
Pekan ke-empat harapan mendapatkan pemberitahuan tetap besar, tapi senyumku tak selebar sebelumnya.....aku menunggu kepastian penolakan.
Di penghujung November aku sudah uring-uringan, menunggu adanya kejelasan yang tak kunjung datang.
Nasehat seorang teman yang pernah sukses melampau tahap yang kulalui adalah, “Tunggu sampai akhir pekan ini”
Tiga pekan penantianku berlalu, sampai akhirnya memasuki bulan Desember, belum ada tanda-tanda akan datangnya pemberitahuan itu.
Galaukah hatiku ? jelas iya jawabannya.
Nasehat manis suamiku adalah, “Pasti yang terbaik yang dipilihkan oleh-NYA”
Hatiku membenarkan kalimatnya, otakku menerima pendapatnya.
Tempatku yang terbaik saat ini adalah disini, mendampingi suami dan ketigaanakku, tanpa ada jeda waktu perpisahan meski CUMA sementara.
Jadi, kumenata hati.
Menarik kesimpulanku sendiri, bahwa aku tidak mendapatkan kesempatan kali ini.
Dan kesimpulanku menenangkan hatiku.
Tak ada lagi berharap-harap dipanggil pak satpam menyampaikan sesuatu.
Pak Satpam, maaf jika sikapku mengganggu tiga pekan ini.
Tak kan terjadi lagi, tahun ini....
Tapi mungkin akan berulang,
Tahun depan hehehehe......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar