Rabu, 29 Februari 2012

KAN KUTAKLUKAN DAHANMU

“Naik sendiri turun sendiri” Itu yang sejak awal coba kutanamkan pada anak-anak.
Berawal dari kesukaan Sakha memanjat segala yang nampak lebih tinggi dari tubuhnya. Sejak mulai bisa merangkak, memanjat menjadi salah satu hobby-nya. Hingga di umur empat tahun kemampuan memanjatnya sudah di atas rata-rata dan sekarang hampir di usia enam tahun (menurutku) kelincahannya memanjat sudah level advance.
Untuk Sakha, aku bisa konsisten untuk menerapkan prinsip “naik sendiri turun sendir” (Karena aku mengenal betul kemampuannya)

Berkebalikan dengan kakaknya, Akhsan-anak lelakiku yang ganteng…ehm. Kemampuan motorik kasarnya masuk dalam golongan standar saja, ya…dia suka berlari (tapi kecepatannya lebih rendah dibanding saat Sakha seumurannya), ya…dia suka melompat (tapi tak setinggi lompatan kakaknya di umur yang sama), ya…dia tergoda untuk ikut memanjat, namun lebih sering jadi penonton di bawah pohon.

Ketelatenan dan kerapihan (dan hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan motorik halus) adalah andalan Akhsan…main lego, puzzle, mewarnai, meronce, merapikan barang, nge-game di komputer, Akhsan jagoan. Pernah saat acara family gathering tempat kerja suami, ada lomba-lomba untuk anak-anak. Sakha ikut di semua cabang lomba dan menang di memasukkan pensil dalam botol. Akhsan menolak ikut lomba lari atau lomba lainnya, dia hanya mau ikut lomba puzzle dan mewarnai…dan berhasil jadi juara lomba puzzle. (Dua kali dia berhasil menyusun puzzlenya, sementara lawan yang lain belum menyelesaikan sekalipun.)

Karena keunikannya ini, aku tidak bisa konsisten menerapkan “naik sendiri turun sendiri” buat Akhsan. (pledoi-ku: Aku sangat memahami kemampuan Akhsan, aku tak akan memaksanya melebihi kemampuannya) . Karenanya, kadang kala aku membantu Akhsan naik pohon dengan menyediakan tanganku sebagai pijakannya, dan saat turun aku kadang (baca=sering) menangkapnya.

Aku pikir, lama-kelamaan kemampuan memanjatnya akan meningkat seiring pertumbuhan otot dan dorongan keinginannya sendiri setelah melihat dahan-dahan tinggi yang ditaklukkan kakaknya.

Dua minggu yang lalu, itu terjadi….Sepulang sekolah, Sakha dan Akhsan bermain di depan rumah. Seperti biasa Sakha langsung nangkring di dahan kesukaannya, saat itu ternyata dengan sekuat tenaga Akhsan berupaya memanjat pohon menyusul kakaknya.
“Ibu…aku bisa manjat pohon sendiri !” teriakan Akhsan membuatku segera menyambar jilbab dan bergegas menengoknya.
“Alhamdulillah…naik sendiri, Mas?” tanyaku saat melihat Akhsan sudah duduk santai di salah satu dahan pohon talok.
“Iya, aku bisa to Bu….” katanya dengan mata berbinar
“Mas Akhsan hebat, pinter…nanti turun sendiri ya…”
“Iya” jawabnya mantap
Dan aku kembali ke dalam rumah.

Beberapa saat masih kudengar celotehan anak-anakku di atas pohon.
“Ibuuuu…aku nggak bisa turun, tolong Bu!” Teriak Akhsan
“San, naik sendiri turun sendiri..” Sakha mengingatkan
Aku menahan napas di dalam rumah
“Ibu…tolong Bu..“ Akhsan mulai mengeluarkan jurus merengeknya

Dan aku berada di persimpangan…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem