Rabu, 29 Februari 2012

VARIASI YANG BERBEDA

Senada dengan catatan terdahulu "Mirip Siapa", aku ingin bercerita tentang tiga anakku yang unik dan berbeda satu sama lain.

Sakha, di umur sepuluh bulan sudah lancar berjalan dan mahir bicara dengan tiga kata seperti
"Ibu pergi kerja".

Sakha adalah variasi antara kemampuan berjalan Bapaknya yang dimulai umur sembilan bulan (tapi umur dua tahun belum jelas ngomongnya)
dan kelihaian ibunya berbicara yang kata ibuku umur tujuh bulan menjawab "Uyo oyo - alias surabaya" tiap kali ditanya "Bapak tindak endi? (tapi umur 14 bulan baru bisa berjalan sendiri)"....
Hmmmm, variasi percepatan.

Akhsan lancar berjalan dan berbicara di umur menjelang satu tahun, mmmhmm yang ini variasi pertengahan sesuai dengan posisinya sebagai anak tengah.

Mempunyai dua anak yang terhitung tepat waktu (lebih cepat bahkan) perkembangannya, baik motorik halus, motorik kasar, kemampuan bahasa, sosial maupun pengamatan membuatku tak putus bersyukur (Rasa bangga tentu saja membuncah - lebih dari sekedar terselip - di hatiku)

Beberapa teman atau saudara yang tidak "seberuntung" aku dalam hal perkembangan anak mereka, tak jarang menanyakan tips dan trik mengasuh anak-anak. Aku (dengan sok PD seperti biasa) menceritakan perlakuanku pada anak-anakku dengan embel-embel nasehat (sok bijak tentu saja) kepada mereka untuk tidak terlalu khawatir, yang penting selalu rajin memberikan stimulasi.

Bisa jadi sekarang ini saatnya aku mengingat kembali nasehat-nasehatku yang pernah kusampaikan kepada orang-orang dekatku, peringatan indah yang diberikan Alloh untukku untuk terus bersyukur dan menenggelamkan api sombong dalam hatiku. Membuatku jadi menyelami perasaan para orang tua yang 'kadang' kebingungan mengamati perkembangan anaknya.

Abbad bukanlah anak yang tidak berkembang, secara fisik dia sangat mengembang (hehehe). Lahir dengan BB 4150 gram dan tetap bertahan gemuk sampai usia hampir 13 bulan. Beberapa hal yang patut kusyukuri sebagai bentuk nasehat adalah sbb:

1. Sampai saat ini Abbad belum mau berjalan sendiri, pengennya "ditetah". Tetah (membimbing anak berjalan dengan memegang dua tangannya) adalah hal yang selalu kunasehatkan kepada teman, sanak dan handai taulan untuk "TIDAK DILAKUKAN". Menurutku, tetah tidak akan mempercepat proses anak berjalan dengan keseimbangannya sendiri, apalagi 'baby walker', alat bantu yang melenakan para ibu dan tidak membuat anak jadi kokoh berdiri. Tetapi aku sekarang 'terpaksa' netah Abbad.
Si endut ni sama sekali nggak mau melepaskan pegangannya. Padahal, dia sebenarnya sudah bisa berdiri sendiri dengan berpegangan, sudah mahir 'rambatan' dan mulai bisa naik undakan atau kursi pendek. Mhmmm...aku berusaha tak membandingkan dengan para kakaknya, tapi kadang muncul juga kalimat "Ayo jalan toh de..."

(Mungkin ini perasaan ibuku dulu saat aku belum juga berjalan di usia yang sama dengan Abbad- Ibuku dulu membandingkan aku dengan tujuh kakakku atau tidak ya?)

2. Sampai sekarang Abbad belum jelas mau bicara apa, dulu sempat keluar kata Bapa...bapa...dan kaka...kaka..... haem...haem....nnaa...nnaaa, tapi kata-kata itu timbul tenggelam bergantian keluar seperti musim. Bulan ini bapa....terus bulan depan bapa hilang diganti kaka...begitu seterusnya sampai bulan berikut.
Sebenarnya Abbad memahami kalimat kami para manusia disekitarnya yang rajin mengajak ngobrol dan cerita, dia bisa berinteraksi dengan aktif dan bercanda ria, tapi tetap dengan bahasa planet yang kosakatanya belum bertambah dengan cepat.

(Mungkin ini nasehat buatku untuk berempati dengan perasan ibu mertuaku dulu saat suamiku masih kecil tak kunjung bicara. Apakah Ibu mertua dulu membandingkan suamiku dengan para kakak sepupunya?)

3. Soal makan, Sakha melewati fase ASI eksklusif, bubur susu, bubur saring, tim saring, tim dan makanan dewasa dengan gemilang dan variatif segala rasa. Akhsan dari ASI eksklusif, bubur susu, men-skip bubur saring, langsung tim saring, tak berlama-lama di fase tim, langsung ke makanan dewasa.
Intinya dua anakku terdahulu tak punya persoalan berarti dalam hal makan, mereka mau mencoba dan mau rutin makan.
Abbad sekarang (utamanya pekan ini), sulit sekali diajak makan. Dalam satu hari aku cuma sukses menyuapinya pada satu waktu makan (sore kusuapi dengan nasi lembek, sayur berkuah dan lauk rajang lembut). Pagi hanya mau beberapa sendok saja, sedangkan siang hari sama sekali simbah tak berhasil menyuapkan makanan yang kusiapkan. Hanya cemilan dan buah yang mau disentuh Abbad di siang hari.
Mungkin ini karena ke-kurangrajinanku- menyiapkan makanan yang bervariasi, beda dengan dua kakaknya terdahulu.
"Maafkan Ibu, Bad"....

(Mungkin ini yang dirasakan para ibu yang anaknya tak mau makan, dan hanya mengkonsumsi susu sampai besar ). Syukurlah, Abbad masih aktif ASI di pagi hari sebelum ngantor, siang saat istirahat dan sepanjang malam saat aku di rumah, dan setelah setahun kemarin Abbad mulai kuberu susu UHT (bukan formula) dan tampaknya dia mulai suka.

Memang, variasi yang memadukan turunan, lingkungan, pengalaman, asupan, stimulan, perlakuan, dll...dll...menjadikan anak (mustinya) berbeda, karena masing-masing ia memang unik, dan pantas untuk selalu dicinta.

Abbad, ibu akan temani kau menapaki langkah-langkah mandirimu
Abbad, ibu akan timpali semua gumamanmu
Abbad, Ibu akan berikan sebaik yang ibu mampu
Ibu mencintaimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem