Senada dengan catatan terdahulu "Mirip Siapa", aku ingin bercerita tentang tiga anakku yang unik dan berbeda satu sama lain.
Sakha, di umur sepuluh bulan sudah lancar berjalan dan mahir bicara dengan tiga kata seperti
"Ibu pergi kerja".
Sakha adalah variasi antara kemampuan berjalan Bapaknya yang dimulai
umur sembilan bulan (tapi umur dua tahun belum jelas ngomongnya)
dan kelihaian ibunya berbicara yang kata ibuku umur tujuh bulan
menjawab "Uyo oyo - alias surabaya" tiap kali ditanya "Bapak tindak
endi? (tapi umur 14 bulan baru bisa berjalan sendiri)"....
Hmmmm, variasi percepatan.
Akhsan lancar berjalan dan berbicara di umur menjelang satu tahun,
mmmhmm yang ini variasi pertengahan sesuai dengan posisinya sebagai anak
tengah.
Mempunyai dua anak yang terhitung tepat waktu (lebih cepat bahkan)
perkembangannya, baik motorik halus, motorik kasar, kemampuan bahasa,
sosial maupun pengamatan membuatku tak putus bersyukur (Rasa bangga
tentu saja membuncah - lebih dari sekedar terselip - di hatiku)
Beberapa teman atau saudara yang tidak "seberuntung" aku dalam hal
perkembangan anak mereka, tak jarang menanyakan tips dan trik mengasuh
anak-anak. Aku (dengan sok PD seperti biasa) menceritakan perlakuanku
pada anak-anakku dengan embel-embel nasehat (sok bijak tentu saja)
kepada mereka untuk tidak terlalu khawatir, yang penting selalu rajin
memberikan stimulasi.
Bisa jadi sekarang ini saatnya aku mengingat kembali
nasehat-nasehatku yang pernah kusampaikan kepada orang-orang dekatku,
peringatan indah yang diberikan Alloh untukku untuk terus bersyukur dan
menenggelamkan api sombong dalam hatiku. Membuatku jadi menyelami
perasaan para orang tua yang 'kadang' kebingungan mengamati perkembangan
anaknya.
Abbad bukanlah anak yang tidak berkembang, secara fisik dia sangat
mengembang (hehehe). Lahir dengan BB 4150 gram dan tetap bertahan gemuk
sampai usia hampir 13 bulan. Beberapa hal yang patut kusyukuri sebagai
bentuk nasehat adalah sbb:
1. Sampai saat ini Abbad belum mau berjalan sendiri, pengennya
"ditetah". Tetah (membimbing anak berjalan dengan memegang dua
tangannya) adalah hal yang selalu kunasehatkan kepada teman, sanak dan
handai taulan untuk "TIDAK DILAKUKAN". Menurutku, tetah tidak akan
mempercepat proses anak berjalan dengan keseimbangannya sendiri, apalagi
'baby walker', alat bantu yang melenakan para ibu dan tidak membuat
anak jadi kokoh berdiri. Tetapi aku sekarang 'terpaksa' netah Abbad.
Si endut ni sama sekali nggak mau melepaskan pegangannya. Padahal,
dia sebenarnya sudah bisa berdiri sendiri dengan berpegangan, sudah
mahir 'rambatan' dan mulai bisa naik undakan atau kursi pendek.
Mhmmm...aku berusaha tak membandingkan dengan para kakaknya, tapi kadang
muncul juga kalimat "Ayo jalan toh de..."
(Mungkin ini perasaan ibuku dulu saat aku belum juga berjalan di
usia yang sama dengan Abbad- Ibuku dulu membandingkan aku dengan tujuh
kakakku atau tidak ya?)
2. Sampai sekarang Abbad belum jelas mau bicara apa, dulu sempat
keluar kata Bapa...bapa...dan kaka...kaka.....
haem...haem....nnaa...nnaaa, tapi kata-kata itu timbul tenggelam
bergantian keluar seperti musim. Bulan ini bapa....terus bulan depan
bapa hilang diganti kaka...begitu seterusnya sampai bulan berikut.
Sebenarnya Abbad memahami kalimat kami para manusia disekitarnya
yang rajin mengajak ngobrol dan cerita, dia bisa berinteraksi dengan
aktif dan bercanda ria, tapi tetap dengan bahasa planet yang kosakatanya
belum bertambah dengan cepat.
(Mungkin ini nasehat buatku untuk berempati dengan perasan ibu
mertuaku dulu saat suamiku masih kecil tak kunjung bicara. Apakah Ibu
mertua dulu membandingkan suamiku dengan para kakak sepupunya?)
3. Soal makan, Sakha melewati fase ASI eksklusif, bubur susu, bubur
saring, tim saring, tim dan makanan dewasa dengan gemilang dan variatif
segala rasa. Akhsan dari ASI eksklusif, bubur susu, men-skip bubur
saring, langsung tim saring, tak berlama-lama di fase tim, langsung ke
makanan dewasa.
Intinya dua anakku terdahulu tak punya persoalan berarti dalam hal makan, mereka mau mencoba dan mau rutin makan.
Abbad sekarang (utamanya pekan ini), sulit sekali diajak makan.
Dalam satu hari aku cuma sukses menyuapinya pada satu waktu makan (sore
kusuapi dengan nasi lembek, sayur berkuah dan lauk rajang lembut). Pagi
hanya mau beberapa sendok saja, sedangkan siang hari sama sekali simbah
tak berhasil menyuapkan makanan yang kusiapkan. Hanya cemilan dan buah
yang mau disentuh Abbad di siang hari.
Mungkin ini karena ke-kurangrajinanku- menyiapkan makanan yang bervariasi, beda dengan dua kakaknya terdahulu.
"Maafkan Ibu, Bad"....
(Mungkin ini yang dirasakan para ibu yang anaknya tak mau makan, dan
hanya mengkonsumsi susu sampai besar ). Syukurlah, Abbad masih aktif
ASI di pagi hari sebelum ngantor, siang saat istirahat dan sepanjang
malam saat aku di rumah, dan setelah setahun kemarin Abbad mulai kuberu
susu UHT (bukan formula) dan tampaknya dia mulai suka.
Memang, variasi yang memadukan turunan, lingkungan, pengalaman,
asupan, stimulan, perlakuan, dll...dll...menjadikan anak (mustinya)
berbeda, karena masing-masing ia memang unik, dan pantas untuk selalu
dicinta.
Abbad, ibu akan temani kau menapaki langkah-langkah mandirimu
Abbad, ibu akan timpali semua gumamanmu
Abbad, Ibu akan berikan sebaik yang ibu mampu
Ibu mencintaimu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar