Rabu, 29 Februari 2012

BANTAL-CAKAR

Pulang sekolah sepekan lalu, Akhsan (woooi...Akhsan dah TK-A lhooo, gimana serunya Akhsan dan Sakha naik jenjang akan kuceritakan lain waktu) pulang dengan tiga luka lecet di wajahnya. Dua di piki kiri, satu di pipi kanan.

“Pipinya kenapa, Mas?” tanyaku

“Yang mana....ini?” jawab Akhsan sambil memegang lecetnya

Aku mengiyakan.

“Dicakar mas Rufin” Jawab Akhsan enteng, menyebutkan salah satu nama teman barunya

“Kapan, Mas?” selidikku hati-hati

“Tadi, di sekolah, pas mau tidur” Akhsan menjawab dengan ekspresi menggemaskannya

“Kenapa?” selidikiku lebih jauh

“Kan pas mau tidur to Bu, bantalnya ditarik-tarik, terus aku dicakar Mas Rufin, terus aku bales nyakar Mas Rufin begini” Jelas Akhsan sambil memperagakan jemari tangannya berkembang, mencengkeram dan mencakar dari dahi turun ke bawah sampai dagu...hiii....

“Mhm...emang yang ditarik bantalnya siapa?” aku coba korek lebih dalam lagi

“Bantalnya ditarik-tarik Bu, rebutan, terus sama Ustadzah kasurnya mas Rufin dipindah kesana dan kasurku dipindah kesana” Jawab Akhsan sambil menunjuk ke arah yang berlawanan.

Mhm...penjelasan Akhsan tak menggambarkan siapa yang merebut bantal yang tak disebutkan pula pemiliknya.
Kulirik bantal Mickey Mouse Akhsan masih di rumah, tak dibawa ke sekolah.

Kesimpulanku adalah, Akhsan menarik bantal Mas Rufin --> Rufin mempertahankannya -->terjadi perebutan--> berlanjut dengan cakar-cakaran --> diakhiri dengan pemisahan posisi tidur oleh Ustadzah --> Akhsan sudah memahami bahwa aku akan menegurnya jika tau Akhsan yang merebut bantal kawannya, sehingga ceritanya disamarkan.

Sore itu kuakhiri dengan tawaranku pada Akhsan untuk membawa bantal-nya kesekolah (yang tetap ditolak sampe aku tuliskan cerita ini) dan meminta Akhsan untuk lebih baik bicara baik-baik dan tidak mencakar teman.
Aku agak sangsi dengan saranku sendiri, aku belum menemukan kalimat yang pas untuk membahas lebih lanjut tentang cakar-cakaran ini...dan diam-diam aku bersyukur sudah memotong kuku tangan Akhsan dua hari sebelum kejadian, karena aku paham betul kekuatan cakar Akhsan

Seingatku Sakha sudah tak mengeluarkan jurus cakar, cubit dan gigit menginjak usia tiga tahun....apakah anak perempuan lebih cepat dewasa dan paham untuk menggunakan teknik selain perlawanan fisik untuk meyelesaikan persoalan (dengan nangis misalnya hehehehe), atau naluri lelaki yang membuat Akhsan begini?....ada masukan? Para ibu yang berpengalaman?yang belum pengalaman juga boleh sharing? yang bukan ibu2 juga boleh ngasih saran padaku....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem