Pulang sekolah sepekan lalu, Akhsan (woooi...Akhsan dah TK-A lhooo,
gimana serunya Akhsan dan Sakha naik jenjang akan kuceritakan lain
waktu) pulang dengan tiga luka lecet di wajahnya. Dua di piki kiri, satu
di pipi kanan.
“Pipinya kenapa, Mas?” tanyaku
“Yang mana....ini?” jawab Akhsan sambil memegang lecetnya
Aku mengiyakan.
“Dicakar mas Rufin” Jawab Akhsan enteng, menyebutkan salah satu nama teman barunya
“Kapan, Mas?” selidikku hati-hati
“Tadi, di sekolah, pas mau tidur” Akhsan menjawab dengan ekspresi menggemaskannya
“Kenapa?” selidikiku lebih jauh
“Kan pas mau tidur to Bu, bantalnya ditarik-tarik, terus aku dicakar
Mas Rufin, terus aku bales nyakar Mas Rufin begini” Jelas Akhsan sambil
memperagakan jemari tangannya berkembang, mencengkeram dan mencakar
dari dahi turun ke bawah sampai dagu...hiii....
“Mhm...emang yang ditarik bantalnya siapa?” aku coba korek lebih dalam lagi
“Bantalnya ditarik-tarik Bu, rebutan, terus sama Ustadzah kasurnya
mas Rufin dipindah kesana dan kasurku dipindah kesana” Jawab Akhsan
sambil menunjuk ke arah yang berlawanan.
Mhm...penjelasan Akhsan tak menggambarkan siapa yang merebut bantal yang tak disebutkan pula pemiliknya.
Kulirik bantal Mickey Mouse Akhsan masih di rumah, tak dibawa ke sekolah.
Kesimpulanku adalah, Akhsan menarik bantal Mas Rufin --> Rufin
mempertahankannya -->terjadi perebutan--> berlanjut dengan
cakar-cakaran --> diakhiri dengan pemisahan posisi tidur oleh
Ustadzah --> Akhsan sudah memahami bahwa aku akan menegurnya jika tau
Akhsan yang merebut bantal kawannya, sehingga ceritanya disamarkan.
Sore itu kuakhiri dengan tawaranku pada Akhsan untuk membawa
bantal-nya kesekolah (yang tetap ditolak sampe aku tuliskan cerita ini)
dan meminta Akhsan untuk lebih baik bicara baik-baik dan tidak mencakar
teman.
Aku agak sangsi dengan saranku sendiri, aku belum menemukan kalimat
yang pas untuk membahas lebih lanjut tentang cakar-cakaran ini...dan
diam-diam aku bersyukur sudah memotong kuku tangan Akhsan dua hari
sebelum kejadian, karena aku paham betul kekuatan cakar Akhsan
Seingatku Sakha sudah tak mengeluarkan jurus cakar, cubit dan gigit
menginjak usia tiga tahun....apakah anak perempuan lebih cepat dewasa
dan paham untuk menggunakan teknik selain perlawanan fisik untuk
meyelesaikan persoalan (dengan nangis misalnya hehehehe), atau naluri
lelaki yang membuat Akhsan begini?....ada masukan? Para ibu yang
berpengalaman?yang belum pengalaman juga boleh sharing? yang bukan ibu2
juga boleh ngasih saran padaku....
Rabu, 29 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar