Rabu, 29 Februari 2012

C.E.B.O.K

Umur berapa kita dulu dibiasakan cebok sendiri setelah buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) oleh ibu kita?
4 tahun , 5 tahun, 6 tahun....eh ada yang menjawab mulai bisa cebok kelas empat SD (wah, berarti umurnya sudah 9 atau 10 tahun ya? hmmmm)

Seingatku, saat masuk Taman kanak-kanak (umur lima tahun), aku sudah biasa melakukan aktivitas pribadi sendiri (meniru kakak-kakakku), mulai dari mandi, berganti baju, memakai sepatu, makan dan tentu saja urusan cebok-mencebok ini.

Aku mencoba menerapkan hal yang sama untuk anak-anak. Untuk urusan BAK, Sakha sudah mulai kuajarkan bercebok sendiri di usia dua tahun - tentu saja masih dengan pendampingan dan kuulang mencebok untuk memastikan kebersihannya.

Begitu usia empat tahun (saat masuk TK) aku mempercayakan hal ini pada Sakha, dengan pesan untuk teliti bercebok dan menjaga kebersihan bagian tubuhnya.

Bercebok setelah BAK, tidak menjadi persoalan untuk Sakha, dia melakukan dengan senang hati dan biasa saja.

Lain halnya dengan bercebok setelah BAB, periode belajar bercebok setelah BAB kuajarkan seiring dengan belajar cebok setelah BAK, tetapi dengan tahapan yang lebih panjang.
Tahap pertama, aku yang mencebok sampai bersih (dari sisa-sisa kotoran), lalu kuminta Sakha membilasnya dengan air kemudian dengan sabun.

Setelah terbiasa, kuminta Sakha membersihkan langsung sejak tahap pertama.
Awalnya dia menolak dengan mengatakan
"Nggak mau, nanti tanganku kena ee' " Katanya dengan wajah mengernyit
"Lho, itu kan ee' Sakha sendiri...masak jijik. Ibu nggak jijik tuh, mbersihkan ee' Sakha. Berlatih ya, besok kalau Sakha punya anak masa jijik nyebokin anaknya"...
He he...penjelasan yang agak berlebihan ya, masak anak umur empat tahun udah diajak ngomongin calon anak.

Tapi trik ini berhasil lho, Sakha mau melakukan seluruh proses cebok setelah BAB.

Sekarang ini di usia hampir enam tahun, Urusan BAK dan BAB tidak menjadi persoalan untuk Sakha, dia hanya akan menyampaikan pemberitahuan kepadaku saat akan BAK atau BAB.

"Bu, aku mau pipis/ee" pamitnya
Aku cukup mengiyakan dan beberapa menit kemudian Sakha akan keluar dari WC dengan kondisi 'beres'.

Sekarang ini aku sedang melatih Akhsan yang tinggal tiga bulan lagi akan masuk TK.
Sekali lagi, urusan BAK tak menjadi persoalan.

Tapi untuk BAB, Akhsan lebih sulit diminta membersihkan langsung dari tahap pertama.
Untuk membersihkan dengan sabun dia mau melakukan dengan senang hati, urusan membilas juga sudah bisa dikerjakannya sendiri.

Pernah aku memintanya membersihkan dari tahap awal, Akhsan mau melakukannya tapi diakhiri dengan teriakan dan rengekan.
" Waa....ibu, tanganku kena ee'..." Katanya sambil mengacungkan tangan kirinya dengan wajah tidak nyaman.
"Ga papa Mas, wong ee'nya sendiri" Kataku geli
"Gak mau, ibu aja yang ngutil-ngutil (pilihan katanya untuk membersihkan sisa kotoran), nanti aku yang mbilas dan ngasih sabun" Kali ini dengan cemberut

"Ya...ibu bantu sekarang, tapi besok Mas Akhsan bisa sendiri ya " kataku masih dengan senyum mengingat ekspresinya tadi.
"Ya..." kata Akhsan sangsi (dan aku juga sangsi)

Sampai sekarang Akhsan belum mau melakukan tahap pertama cebok BAB, selalu dengan kalimat
"Ibu yang ngutil-ngutil, aku sudah pernah kena ee' waktu ngutil-ngutil"
Jurus ampuh yang kupakai untuk Sakha dulu, tak mempan diterapkan kepada Akhsan.
Aku sedang mencari trik lain agar Akhsan tidak sekedar membilas dan menyabun, tetapi mau melakukan tahapan "mengutil-ngutil"
Akan kuceritakan jika nanti sudah berhasil, atau ada yang mau meberikan saran?
April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem