Anak adalah anugerah Allah SWT, tempat kita meneruskan cita-cita dan
garis keturunan. Anak juga merupakan amanah, titipan harta yang paling
berharga yang harus dijaga, dirawat dan dididik agar menjadi penyejuk
hati.
Anak adalah amanah bagi orang tuanya, kami (aku dan suami)
Alhamdulillah mendapatkan tiga anak cakep, lucu dan cerdas
(ehm...ehm..).
Sejak sebelum mempunyai anak, aku berkeinginan, jika
mendapatkan amanah itu, ku kan menjaganya sendiri, mengasuhnya sendiri
di rumah, mendidiknya, menjadikanku madrasah pertama untuk anak-anakku.
Mengenalkan
satu demi satu pertanda yang ada di dunia, mengajarkan langkah demi
langkah, menguatkan kaki tuk menjejak setapak kehidupannya kelak.
Sebelum
menikah, sampai menikah dan usia kandungan7 bulan aku masih bekerja di
luar sampai kemudian aku memutuskan untuk untuk berhenti dan bersiap
menyambut bayiku.
Ketika takdir membawaku harus kembali beraktivitas
di luar rumah (motivasiku mengikuti test penerimaan kerja dulu mengingat
perkataan ibuku "Cobalah ikut ", cerita lengkapnya akan kusampaikan di
catatan tersendiri). Saat mendapat pemberitahuan kalau aku diterima
bekerja, air mataku menitik...kupandang wajah Sakha yang berumur 9 bulan
waktu itu. Kupeluk gadis kecilku, yang ada dalam benakku saat itu "Kan
kutitipkan kemana amanah ini?"
Berdiskusi dengan suami, kami berdua berembug mencari pengasuh untuk Sakha.
Ada jeda waktu kurang lebih dua bulan sampai aku bekerja untuk
mempersiapkan dan mendapatkan kandiddat yang tepat. Namun tampaknya tak
mudah bagi Sakha, berada di bawah pengasuhan orang lain setelah berbulan
lengket pada ibunya.
Tak mudah juga bagiku untuk menitipkan buah
hatiku, permataku yang sangat berharga, amanah yang dipercayakan padaku
kepada orang lain.
Sepuluh bulan usia Sakha, saat aku memulai
aktivitasku. Dua bulan pertama, empat orang pengasuh berganti. Tak ada
yang bertahan lama, dengan berbagai alasan (akan kuceritakan bagaimana
lengkapnya suatu saat nanti...tunggu edisi 'kaderisasi PRT' ya..).
Akhirnya
aku dan suami memutuskan untuk tak menggunakan pengasuh, solusi yang
kami ambil adalah berbagi jadwal bekerja. Suamiku yang lebih fleksibel,
mengambil jam kerja sore - malam atau pagi, kemudian berganti menjaga
Sakha di pagi hari saat aku menjalankan jadwal rutin normal bekerja.
Jika kami berdua tak bisa menepati kesepakatan jadwal, om-nya Sakha
(adik suamiku yang satu kota dengan kami dan hampir menamatkan studinya)
bisa kami mintai tolong menjaga Sakha.
Enam bulan hal ini
berjalan, cukup nyaman bagi Sakha selalu di bawah pengawasan orang-orang
yang sepaham dalam mendidiknya. (paling tidak kami selalu berdiskusi
berusaha menyamakan cara mengasuh dan menghadapi Sakha). Namun cara ini
cukup melelahkan aku dan suami (terutama suamiku) yang hampir tidak
punya waktu tidur.
Berunding kembali, aku dan suami mencoba
mencari alternatif untuk 'memihak-ketigakan' amanah yang sudah diberikan
kepada kami. Mencari pengasuh lagi, menurut kami saat itu bukan ide
yang bagus, rasanya seperti membeli kucing dalam karung.
Mungkin saat
itu aku dan suami masih sama-sama tidak bisa berkompromi dengan cara
pengasuhan anak yang beda dengan yang kami terapkan.
Mengandalkan
pengasuh tidak menjadi pilihan kami (mohon maaf untuk para pengasuh
profesional yang sudah mencurahkan segala kemampuannya untuk mengasuh
anak orang lain).
Kami melirik alternatif menitipkan Sakha ke
lembaga, kenapa lembaga ? alasan terkuat yang kami pikir masuk akal saat
itu adalah, lembaga akan lebih profesional menangani anak-anak yang
dititipkan padanya, lebih sistematis pola asuhnya, dan tidak akan
ngambek atau tersinggung jika kami memberikan masukan, kritik dan saran.
Setelah
keputusan itu, mulailah kami berburu referensi tempat penitipan anak,
play group, full day school ...atau apapun istilahnya yang penting bisa
kutiitipi anak selama jam kerja.
Enam tempat kami datangi, kami ajak Sakha turut serta untuk melihat reaksinya pada tempat baru.
Sebuah
matriks kami buat untuk membandingkan tempat-tempat itu dengan
komponen yang aku bandingkan antara lain : jarak, pola pengasuhan, rasio
pengasuh, kenyamanan, kebersihan, fasilitas dan tentu saja harga.
Akhirnya,
pilihan kami jatuhkan pada sebuah taman batita yang 'hanya' berisi 12
anak dengan rentang usia 1 - 2,5 tahun, tempatnya bersih dan nyaman,
dengan satu kepala sekolah dan 4 pengasuh, berjarak 5 km dari rumah, tak
terlalu ramai karena berada dalam komplek perumahan, mainan indoornya
banyak, ada permainan outdoor yang nyaman, pengasuh yang lembut, meski
dengan harga yang lumayan...tapi tak ada yang mahal untuk anak kita.
Dengan perhitungan matematika manusia dan ucapan
Bismillahirrahmanirrahiim, kami titipkan Sakha disana.
Bertambahnya
usia Sakha dan jumlah anak (kelahiran Akhsan dan Abbad), membuat kami
harus menyiapkan tempat penitipan amanah yang lain. Untuk Akhsan, hal
yang sama berlaku, setelah dua orang pengasuh, setelah umur 2 tahun
mengikuti jejak kakaknya.
Beranjak besar dari taman batita,
menuju play group, TK dan saat ini akan SD, proses yang sama dalam
memilih partner mengasuh anak tetap kami lakukan. Survey ke beberapa
tempat, bertanya ke banyak orang, melihat keadaan dan membuat matriks
perbandingan.
Sekarang Sakha dan Akhsan masih kami percayakan
di salah satu sekolah islam terpadu yang meskipun sudah ku survei banyak
tempat, baru ini yang pas di hati (menurut kami). Sedangkan Abbad satu setengah tahun terakhir ini bergabung dengan sebuah day care baru, dengan para pengelola muda yang masih menggebu menerapkan ilmu.....
Semoga kami tak menyia-nyiakan amanah-Mu Ya Alloh....
Catt:
Untuk para ibu yang bisa mempertahankan pilihannya mengasuh langsung
anak, mendampingi amanah di usia emasnya....beribu jempol untuk anda
semua...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar