Malam minggu kemarin, anak-anak tidur agak awal, kecapekan setelah berenang cukup lama di pagi harinya.
Di kampung sebelah ada keluarga yang punya gawe menikahkan anaknya,
sejak sore gending jawa mengalun terbawa angin sampai ke rumah.
Malam menjelang, ada sebuah tembang yang menarik kami (aku dan
suami) untuk mendengarkan dan membahasnya (kami berdua tidak yakin,
tembang itu gambuh, dandanggula,kinanthi, asmarandhana atau yang lain…)
Potongan syairnya begini :
Gegaraning wong akrami
Dudu banda dudu rupa
Namung ati pawitane
Aku coba mengartikan seperti ini (mohon masukan bagi yang lebih paham soal tata bahasa jawa)
Gegaraning = berasal dari kata dasar garan = gagang = pegangan
Wong = orang
Akrami = berasal dari kata dasar krama = menikah
Dudu = bukan
Banda = benda = harta
Rupa = wajah = penampilan
Namung = hanya
Ati = hati
Pawitane = dari kata wiwit = awal = modal
Kalau boleh kuartikan dengan bebas menjadi sebagai berikut :
“Pegangan bagi orang yang menikah, bukan harta dan penampilan, hanya hati sebagai modalnya”
Bukan maksud hatiku menjadi konsultan atau ahli pernikahan, usia
pernikahanku dan suami baru memasuki tahun ketujuh, masih seumur jagung.
(Padahal jagung cuma 3,5 bulan saja ya siap dipanen)
Kembali ke potongan syair tadi,
Hati sebagai modal tidak diartikan sempit sebagai cinta kepada pasangan.
Hati disini lebih pada niatan, nawaitu dari orang yang hendak mengikat janji.
Apa yang akan dicapai ketika sudah berani memutuskan untuk masuk ke
sebuah dunia baru yang (pasti) ingin dilampaui sampai akhir hayat (dan
berlanjut di kehidupan setelah kematian - bagi yang mempercayainya).
Niat itulah yang menjadi air dan pupuk untuk menyuburkan cinta antara dua manusia
Niat akan menjadi bahan bakar ketika kendaraan rumah tangga habis energi setelah menyeret badan sepanjang perjalanan.
Tantangan sebesar apapun kan dihadapi dengan gagah dan ditaklukkan bersama dengan modal niatan baik.
Godaan semenarik apapun pasti bisa ditepis dengan kokohnya ikatan yang terbentuk dari niat awal melanggengkan pernikahan.
Tak ada salahnya memperbaharui niat, menguatkan simpul yang
terburai, memoles cat yang pudar, mencabut gulma yang mengganggu, dan
terus merawat bunga yang kan hasilkan buah yang manis dan menyegarkan.
(Lho, kok critane malah dadi berkebun ?)
Bismillahirrahmaanirrahiim…Dengan nama Alloh yang maha pengasih dan
maha penyayang, semoga ikatan ini menjadi ikatan yang kuat di dunia dan
akhirat nanti…Amiin
Catatan :
Karena penasaran, aku mencoba mencari tahu lebih banyak soal
‘gegaraning wong akrami’ ini yang ternyata masuk dalam kategori
Asmarandana.
Begini full versionnya :
Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitane
Luput pisan kena pisan
Lamun gampang luwih gampang
Lamung angel, angel kalangkung
Tan kena tinumbas arta
Aja turu sore kaki
Ana dewa nglalang jagad
Nyangking bokor kencanane
Isine donga tetulak
Sandhang kelawan pangan
Yaiku bageyanipun
Wong welek sabar narima
Setelah membaca keseluruhan syairnya, aku merasa harus lebih banyak
belajar, membaca dan bertanya sampai ‘berani’ mengintrepretasikannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar