Rabu, 29 Februari 2012

21 HARI RABITO MENCARI CINTA

Cerita ini terjadi beberapa waktu lalu, di bulan Desember 2010.
Berawal dari kegiatan PKL Sakha ke pasar hewan bersama teman-teman dan ustadzah sekolahnya.
Berbekal uang 20 ribu rupiah (nominal maksimal yang diperbolehkan dibawa ke pasar), Sakha pulang membawa seekor kelinci putih kecil.

Kelinci yang kemudian sepakat dinamai 'rabito' oleh Sakha dan adik-adiknya langsung menjadi favorit baru.
Bergantian mereka memberi makan dengan kangkung dan wortel, memangkunya, mengajak bermain di depan rumah sambil dibiarkan makan sedikit rumput yang mulai menyembul di antara paving block.

Untuk urusan membersihkan kandang, menjadi tugas Sakha (sang pemilik utama).
Tiap pagi sebelum mandi, Sakha akan menenteng kandang rabito, mengambil bagian bawah kandang yang sudah penuh berisi air kencing (yang alamak banyaknya untuk hewan sekecil rabito), dan kotoran bulat kecil hitam.
Kotoran itu dibuang ke sawah di depan rumah - yang khusus di area itu menjadi tampak lebih subur dibanding padi di sekitarnya - wekeke, hiperbolis deeh....

Selesai membuang kotoran, Sakha menuju pancuran belakang rumah untuk menyikat kandang dan membersihkannya dari sisa-sisa kotoran yang menempel. Setelahnya, rabito dimasukkan kembali ke kandang yang sudah bersih lengkap dengan seikat kangkung dan sebuah wortel. (Urusan makanan jadi bagianku untuk tiap hari memasukkan tiga ikat kangkung dan tiga biji wortel dalam daftar belanja di tempat si mamang sayur langganan- Wah, sehari anggaran buat rabito 3ribu, rasanya kok ya eman-eman untuk binatang kecil yang tidak produktif itu.
Tapi melihat kesungguhan Sakha merawatnya dan keceriaan anak-anak saat bermain dengannya....aku ikuti saja lah proses pemeliharaan ini.

Masuk hari kesepuluh, Sakha kelelahan dan mulai jemu, bermain dengan rabito masih menyenangkan....tapi bagian membersihkan kandang mulai dilewatinya dengan bersungut-sungut.
Sampai hari keduabelas Sakha menyerah
" Ibu...aku capek ngurusi rabito", katanya suatu malam
" terus gimana?" pancingku (dengan sorakan kecil di hati...lega hehehe)
" Punya mas irvan udah mati, punya mbak mesta dah disate" lanjut sulungku dengan hati-hati menceritakan nasib peliharaan teman-temannya (dan aku mulai menebak-nebak arah pikirannya)
" Kayaknya ibu nggak sanggup kalo disuruh masak rabito deh kak, nggak tega " aku pasang kuda-kuda, membayangkan binatang kecil mirip kucing bertelinga panjang itu berakhir di penggorengan.
"Aku juga nggak mau makan rabito" jawab Sakha dengan wajah ngeri
"Mhmmm....gimana kalo kita kasih rabito ke orang yang mau ngurusi, siapa gitu..." usulku gak yakin (ada nggak ya yang mau mengadopsi si putih ini?)
"Ah, masak dikasih ke orang...terus uangku yang 20 ribu balik gak?" Sakha mendelik
"Ya, enggak dong Kak, kan dikasih nggak dijual" (dikasih aja belum tentu ada yang mau, apalagi disuruh beli batinku)

Sakha akhirnya memutuskan untuk menjual kembali ke si penjual asli dimana dia membeli rabito di pasar hewan. Aku menyetujuinya setelah memastikan Sakha betul-betul masih ingat tempat dan wajah si penjual. Kami sepakat menjual kembali rabito setelah penerimaan rapot dengan rute rumah - sekolah - pasar hewan.

Hari penerimaan rapot, dua hari setelah pembicaraan kami. Pagi-pagi kami berkemas, rabito beserta kandang ikut serta. Jam 10.30 penerimaan rapot selesai, berlima kami menuju tempat parkir berencana segera meluncur ke pasar hewan.
Saat membuka pintu, Sakha berteriak "Ibu....rabito kenapa"

Segera bapak mengambil kandang rabito, mengeluarkan hewan malang yang kepanasan selama 2,5 jam. Binatang putih kecil itu basah berkeringat (atau apalah namanya) menggigil di dalam kandang.
Dengan hati-hati suamiku mengeluarkan rabito dan melepaskannya di lapangan berumput yang menjadi lahan parkir. Sakha, Akhsan melihat dengan tatap kasihan, aku menggendong Abbad dalam sesal tak meletakkan kandang di luar mobil.

Kami tunggu lima menit sampai akhirnya rabito mengendus rumput disekitarnya dan mulai mau makan.
"Gak papa kak, itu sudah mau makan lagi....jadi kita bawa ke pasar?" tanyaku
"Kasihan Bu, kita bawa pulang lagi saja" Sakha sudah hampir menangis
Aku sebenarnya juga tak yakin, apakah ada yang mau menerima kembali rabito dalam kondisi basah kuyup seperti itu.
Akhirnya rabito kami bawa kembali pulang ke rumah, dengan catatan setelah pulih nanti kami akan cari waktu luang untuk menjualnya kembali.

Rabito ikut berlibur ke Magelang, dua hari disana aku, suami dan Abbad kembali ke Jogja sementara Sakha dan Akhsan tetap berlibur di rumah budhe-nya. Rabito yang sudah pulih kubawa serta dengan pesan dari Sakha agar kami menjualnya ke pasar hewan.

Lima hari di Jogja tanpa Sakha dan Akhsan, rabito tetap di kandangnya, aku dan suami bergantian membersihkan kandang dan memberi makan. (Kali ini kubersihkan kandang dan kuberi makan dengan penuh cinta, melampiaskan rasa rinduku kepada Sakha dan Akhsan).

Usai berlibur di rumah eyang, kami jemput anak-anak dari Magelang yang mendapat kejutan yang membahagiakan karena melihat rabito masih ikut serta menjemput mereka. Aku mengatakan kalau proses menjual kembali harus bersama Sakha yang membelinya.

Singkat cerita kami ke pasar hewan, si ibu penjual menolak membeli rabito dan mengatakan tidak pernah menjualnya kepada Sakha (tapi aku tetap percaya kepada Sakha yang yakin betul ibu itu penjualnya, dikuatkan dengan cerita para pedagang di kios sekitarnya yang kutanya dan menjawab dengan seragam "rombongan anak SD belinya di kios ibu tadi")

Menawarkan kesana dan kesini akhirnya rabito terjual 25ribu beserta kandangnya (kandang hamster yang dibeli seharga 80ribu)....Kata si pedagang, lebih berharga kandangnya, rabito sendiri akan dijual kembali tidak sebagai kelinci peliharaan tapi untuk pakan ular sanca.

Dengan berat hati, kami melepas rabito dan kandangnya (tapi daripada tiap hari melihat Sakha bersungut membersihkan kandang dan aku bersungut membeli kangkung sepertinya keputusan ini yang paling mungkin). Memberi pelajaran baru untuk anak-anak, tidaklah mudah bertanggungjawab terhadap sebuah kehidupan sekecil apapun makhluknya.

Dan 21 hari rabito mencari cinta, berujung di mulut ular sanca......selamat jalan rabito






rabito...makan dulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem