Sejatinya dunia anak adalah belajar dengan bermain, mengasyikkan
menemani liburan lebaran 1431 H anak-anak. berikut sebagian yang sempat
terekam dan terdokumentasikan :
Tahu
bluluk ga? itu lho calon buah kelapa . Banyak yang bilang filosofi
kelapa itu seperti hidup manusia, dia bisa rontok ketika masih berbentuk
manggar (bunga), bluluk (calon buah kelapa), cengkir (kelapa kecil),
atau kelapa sendiri yang seperti manusia juga punya manfaat
sendiri-sendiri. Manggar untuk gudeg, cengkir dan kelapa diambil airnya,
daging buahnya baik yang muda ato yang diambil santannya. Nah...kalo
bluluk ini bisa dipake untuk mainan. Selain meronce manggar, puteran
bluluk menjadi salah satu mainanku di waktu kecil yang liburan kemarin
kutularkan pada Akhsan dan Alfin (keponakanku).
perjalanan mencari bluluk di kebon mbah temas dimulai
Aku,
Akhsan dan Alfin celingukan di bawah pohon kelapa, menyibakkan semak
untuk mencari sebentuk dua bentuk bluluk yang akhirnya kami temukan
Ekspresi bahagia para pencari bluluk
Kami
bawa hasilnya ke rumah sambil mencari peralatan tambahan lainnya, yaitu
sebatang lidi dan du akret gelang. Bluluk dikupas pelepahnya (betul
gak istilah sesuatu yang berfungsi menempelkan bluluk dengan pohon
kelapanya), terus karet gelang diputus, dipaskan di pangkal bluluk dan
ditusuk lidi yang berfungsi memakukan karet ke bluluk. Oke, siap
digunakan. pegang ujung karet, putarkan di lantai...jika sudah cukup
melintir (istilah apa pula ini) tarik ke atas si karet...alhasil bluluk
akan berputar...yuhu !!! ayo, lomba berlama-lama memutar bluluk
Ini bahan dasarnya
Muter yoooo.....
Beberapa
hari sebelum kami mudik, rumah-rumahan tempat jerami untuk pakan sapi
adik iparku rusak tertimpa pohon roboh. Sambil menunggu rumah jerami
diperbaiki, terpaksa para jerami itu diungsikan ke halaman depan
sekalian dijemur karena sempat kehujanan. Hujan yang kemudian berlanjut
datang setiap sore, membuat adik iparku menjemur jeraminya disiang hari
dan menutupnya dengan terpal menjelang mendung.
Gundukan besar berwarna biru itu amat sangat menarik perhatian anak-anak.
Dipanjat,
untuk prosotan, meloncat-loncat. Dulu ketika aku kecil, aku menikmati
juga naik gunung jerami (di belakang slepan bu widodo) tapi tanpa
penutup terpal, asyik !
Oleh simbah kakung dan simbah putrinya, anak-anak dilaring naik jika jerami belum ditutup terpal.
"Nanti gatal" kata beliau berdua
Aku
sih sebenarnya tak keberatan, tapi kuhormati perintah mbah kakung dan
mbah putri, kuminta mereka menuruti apa kata simbahnya.
Ayo....kamu bisa
Lebih asyik ketika hujan...ada kolam renang
Kronjot/keranjang
bambu yang biasa dipakai para pedagang mengangkut barang. Anak-anak
berkesempatan melihat proses bekerja paklik-nya yang mengantar pesanan
gas LPG (yang syukurnya tak meledak).
Mengantarnya sih cuma dekat,
tetapi muter-muter dengan kronjot setelahnya sepertinya cukup
menegangkan dan mengasyikkan untuk mereka.
Aku yang tak melihat saat keberangkatan anak-anak naik kronjot, harap-harap cemas menunggu kepulangan mereka di depan rumah.
Lega benar saat terdengar suara motor dan riuh tawa dan kegembiraan saat mereka sudah pulang.
Brum...brum...pasukan kronjot
- Berkenalan dengan ayam bangkok
Anak-anak
bukan tipe yang takut binatang, kucing, kambing, sapi, pegang dan
dikejar (kalo anjing-mereka yang dikejar). Kebetulan di rumah simbahnya
ada ayam bangkok peliharaan pakliknya. Ayam yang jinak itu mereka amati
dang pegang-pegang. (Cuci tangan sekalian mandi dan ganti baju bersih
setelahnya tentu saja).
Selain mengenal ayam bangkok, Abbad suka
menirukan suara sapi di belakang rumah, dia lafalkan "Woooo..."
menirukan "Moo..." sambil menunjuk ke belakang rumah.
Ini paruhnya.....
- Pendekar tongkat pemukul anjing
Mengunjungi
rumah mbah Kismo di gunungan, anak-anak tak jenak di dalam rumah.
Mereka keluar mencari keasyikan dan menemukannya pada tongkat bambu. Tak
ingat aku siapa yang pertama menemukan, pastinya setelah sedikit
kericuhan berebut, akhirnya Sakha, Akhsan dan Abbad menemukan tongkat
pilihannya. Aku dan suami yang berusaha menjaga jarak agar mereka tak
saling pukul. Hiaaa ...!
Beruntung tak ada insiden berarti waktu
itu, setelahnya anak-anak bisa dialihkan perhatiannya untuk memetik
bunga turi yang kemudian dibawa pulang ke rumah untuk direbus dan
dicocol dengan sambel ...mhummmmm !
" Yoko....dimana bibi Lung ?" ...hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar