Rabu, 29 Februari 2012

SERI DOLANAN LIBUR LEBARAN

Sejatinya dunia anak adalah belajar dengan bermain, mengasyikkan menemani liburan lebaran 1431 H anak-anak. berikut sebagian yang sempat terekam dan terdokumentasikan :

  • Puteran bluluk 
Tahu bluluk ga? itu lho calon  buah kelapa .  Banyak yang bilang filosofi kelapa itu seperti hidup manusia, dia bisa rontok ketika masih berbentuk manggar (bunga), bluluk (calon buah kelapa), cengkir (kelapa kecil), atau kelapa sendiri yang seperti manusia juga punya manfaat sendiri-sendiri. Manggar untuk gudeg, cengkir dan kelapa diambil airnya, daging buahnya baik yang muda ato yang diambil santannya. Nah...kalo bluluk ini bisa dipake untuk mainan. Selain meronce manggar, puteran bluluk menjadi salah satu mainanku di waktu kecil yang liburan kemarin kutularkan pada Akhsan dan Alfin (keponakanku).


perjalanan mencari bluluk di kebon mbah temas dimulai

Aku, Akhsan dan Alfin celingukan di bawah pohon kelapa, menyibakkan semak untuk mencari sebentuk dua bentuk bluluk yang akhirnya kami temukan


Ekspresi bahagia para pencari bluluk

Kami bawa hasilnya ke rumah sambil mencari peralatan tambahan lainnya, yaitu sebatang lidi dan du akret gelang.  Bluluk dikupas pelepahnya (betul gak istilah sesuatu yang berfungsi menempelkan bluluk dengan pohon kelapanya), terus karet gelang diputus, dipaskan di pangkal bluluk dan ditusuk lidi yang berfungsi memakukan karet ke bluluk.  Oke, siap digunakan. pegang ujung karet, putarkan di lantai...jika sudah cukup melintir (istilah apa pula ini) tarik ke atas si karet...alhasil bluluk akan berputar...yuhu !!! ayo, lomba berlama-lama memutar bluluk

Ini bahan dasarnya
Muter yoooo.....

  • Naik gunung jerami
Beberapa hari sebelum kami mudik, rumah-rumahan tempat jerami untuk pakan sapi adik iparku rusak tertimpa pohon roboh. Sambil menunggu rumah jerami diperbaiki, terpaksa para jerami itu diungsikan ke halaman depan sekalian dijemur karena sempat kehujanan.  Hujan yang kemudian berlanjut datang setiap sore, membuat adik iparku menjemur jeraminya disiang hari dan menutupnya dengan terpal menjelang mendung.
 Gundukan besar berwarna biru itu amat sangat menarik perhatian anak-anak.
 Dipanjat, untuk prosotan, meloncat-loncat.  Dulu ketika aku kecil, aku menikmati juga naik gunung jerami (di belakang slepan bu widodo) tapi tanpa penutup terpal, asyik !
Oleh simbah kakung dan simbah putrinya, anak-anak dilaring naik jika jerami belum ditutup terpal.
"Nanti gatal" kata beliau berdua
Aku sih sebenarnya tak keberatan, tapi kuhormati perintah mbah kakung dan mbah putri, kuminta mereka menuruti apa kata simbahnya.


Ayo....kamu bisa
Lebih asyik ketika hujan...ada kolam renang

  • Petualangan naik kronjot
Kronjot/keranjang bambu yang biasa dipakai para pedagang mengangkut barang. Anak-anak berkesempatan melihat proses bekerja paklik-nya yang mengantar pesanan gas LPG (yang syukurnya tak meledak).
Mengantarnya sih cuma dekat, tetapi muter-muter dengan kronjot setelahnya sepertinya cukup menegangkan dan mengasyikkan untuk mereka.
Aku yang tak melihat saat keberangkatan anak-anak naik kronjot, harap-harap cemas menunggu kepulangan mereka di depan rumah.
Lega benar saat terdengar suara motor dan riuh tawa dan kegembiraan saat mereka sudah pulang.

Brum...brum...pasukan kronjot

  • Berkenalan dengan ayam bangkok
Anak-anak bukan tipe yang takut binatang, kucing, kambing, sapi, pegang dan dikejar (kalo anjing-mereka yang dikejar).  Kebetulan di rumah simbahnya ada ayam bangkok peliharaan pakliknya. Ayam yang jinak itu mereka amati dang pegang-pegang. (Cuci tangan sekalian mandi dan ganti baju bersih setelahnya tentu saja).
Selain mengenal ayam bangkok, Abbad suka menirukan suara sapi di belakang rumah, dia lafalkan "Woooo..." menirukan "Moo..." sambil menunjuk ke belakang rumah.




Ini paruhnya.....

  •  Pendekar tongkat pemukul anjing
Mengunjungi rumah mbah Kismo di gunungan, anak-anak tak jenak di dalam rumah. Mereka keluar mencari keasyikan dan menemukannya pada tongkat bambu. Tak ingat aku siapa yang pertama menemukan, pastinya setelah sedikit kericuhan berebut, akhirnya Sakha, Akhsan dan Abbad menemukan tongkat pilihannya. Aku dan suami yang berusaha menjaga jarak agar mereka tak saling pukul. Hiaaa ...!
Beruntung tak ada insiden berarti waktu itu, setelahnya anak-anak bisa dialihkan perhatiannya untuk memetik bunga turi yang kemudian dibawa pulang ke rumah untuk direbus dan dicocol dengan sambel ...mhummmmm !

" Yoko....dimana bibi Lung ?" ...hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem