Rabu, 29 Februari 2012

MAU JADI PENYALON

“Koboi“, begitu jawaban Sakha bila ditanya tentang cita-citanya.
Kalau ada yang menyanggah dengan mengatakan “Cowboy kan laki-laki!” Dengan lantang sulung-ku akan menjawab
“Kalau gitu aku mau jadi kogel ”
Jawaban “aku mau jadi koboi” sebagai cita-cita Sakha itu bertahan lumayan lama untuk ukuran seorang gadis cilik berumur lima setengah tahun.
Pernah juga sih, dalam sepotong periode waktunya Sakha mengatakan pengen jadi perawat (itu disampaikan setelah dia bermain peran menjadi perawat di sekolah), tapi jawaban itu tidak bertahan lama, hanya bertahan dua hari.
Pernah juga dokter menjadi cita-citanya, tapi dengan buntut “Aku mau jadi dokter yang koboi”….

Menjadi cowboy sepertinya sesuatu yang sangat indah untuk Sakha, membekas betul salah satu episode serial Barney si dinosaurus ungu yang menceritakan tentang cara hidup cowboy. Dalam episode itu, Barney dan empat teman kecilnya yang ceria dan ekspresif memperkenalkan serba-serbi cowboy, mulai dari pakaian apa yang biasa dikenakan para cowboy, makanan yang dimasak dan dimakan cowboy dalam perjalanan pengembaraan mereka, aktifitas bertani dan menggiring ternak sampai lagu yang dimainkan dengan diakhiri teriakan “Yiiiiihaaa…..”

Nampaknya, buat Sakha perjalanan hidup yang penuh tantangan, kecerian dan petualangan akan sangat menyenangkan (tentu saja karena dalam cerita itu tidak ditampilkan bagaimana sulitnya menjaga ratusan ternak dari bahaya binatang buas ataupun kerasnya cuaca yang harus dihadapi saat menempuh perjalanan)

Sebulan belakangan ini, ada yang berubah….entah angin mana yang membuat Sakha lupa dengan koboinya.
Hobby barunya adalah berdandan….ya, berdandan. Padahal aku, ibunya adalah orang yang punya nilai 2 (dalam skala 1 - 10) untuk kemampuan berdandan. Untuk pergi keluar, paling aku hanya menggunakan pelembab untuk wajah saja. Bedak dan lipstik, jarang kupakai. ApalagI yang namanya foundation, eye shadow, maskara, blush on….wah seingatku barang-barang itu hanya beberapa kali mampir di wajahku saat pernikahan bulik, tetangga dan kakak sulungku. Bahkan saat wisuda dan menikah pun aku hanya berdandan standar termolek (standarku tentu saja) yang PD dengan pelembab, bedak tipis-tipis dan lipstik samar-samar.

Kesukaan Sakha berdandan membuatku menyunggingkan senyum, tapi aku biarkan dan kuturuti saja (asal tak berlebihan). Mulanya dia minta minyak rambut, aku belikan saja minyak rambut untuk bayi, kemudian minta lotion (aku ambilkan pula lotion bayi), di lain waktu beberapa kali Sakha minta kutek tiap kuajak belanja ke Swalayan dekat rumah, alhasil dia punya beberapa jenis dan warna kutek. Beda hari lagi Sakha minta splash cologne, yang ternyata buanyaaak…sekali pilhan aroma dan warna yang memang dikhususkan untuk anak-anak, dan pilihan Sakha jatuh pada yang berwarna ungu beraroma anggur bergambar ariel si putri duyung. Koleksinya dilengkapi pewarna kuku dan celak arab oleh-oleh dari eyangnya sepulang dari tanah suci, lengkap dengan gelang-gelang, bros, jepitan rambut,karet, jam tangan, bando, tas kecil, sisir kecil, cermin mungil dan pernak-pernik yang centil banget menurutku.

Saat liburan kemarin, Sakha bermain dengan tetanga sebelah yang sebaya dengannya. Sepulang kerja kudapati Sulungku sedang me make over Persia (nama temannya), rambut keriting pendek persia licin diminyaki, lalu diikat seperti air mancur kecil di belakang kepalanya. Wajahnya putih, tangan dan kakinya berkutek warna-warni, alisnya cemong diberi celak arab dan harumnya…..alamaaaaak….dari radius lima meter pun tercium wangi campur aduk dari semua bahan yang dipakai Sakha untuk merias Persia.

“Wah, main apa?” sapaku menahan senyum
“Bu, mbak Persia aku rias…aku besok mau jadi penyalon….boleh nggak Bu?” Jawaban Sakha atas pertanyaanku
“Penyalon ?” tanyaku kembali
“Iya….yang merias orang, Bu…Lihat , mbak Persia cantik nggak?”
“Cantik-cantik, jawabku sambil menahan senyum…Kakak mau jadi tukang salon ? boleh….nanti ibu juga dirias ya” Kataku sambil berlalu ke kamar madi.

Usai mandi kulihat Sakha sedang menulis sesuatu di kertas didampingi Persia, kudengarkan dari kamar keduanya sepakat menulis promosi Salon baru Sakha untuk dibagikan kepada Asha dan Mama Persia (Kakak dan Ibu Persia), kalau-kalau mereka mau meriaskan wajah di tempat Sakha.

Selai surat promosi itu, Sakha juga membuat tulisan “INI SALON BARU” dan ditempel di pagar rumah. Tapi sampai tulisan itu luntur terkena hujan, belum ada pelanggan baru yang datang ke rumah, cuma Persia yang datang untuk di make over untuk kedua kalinya.

Aku membayangkan seorang cowgirl mempromosikan Salonnya ……
Salon Sakha “Yiiihhhaaaa…..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Asem