“Koboi“, begitu jawaban Sakha bila ditanya tentang cita-citanya.
Kalau ada yang menyanggah dengan mengatakan “Cowboy kan laki-laki!” Dengan lantang sulung-ku akan menjawab
“Kalau gitu aku mau jadi kogel ”
Jawaban “aku mau jadi koboi” sebagai cita-cita Sakha itu bertahan
lumayan lama untuk ukuran seorang gadis cilik berumur lima setengah
tahun.
Pernah juga sih, dalam sepotong periode waktunya Sakha
mengatakan pengen jadi perawat (itu disampaikan setelah dia bermain
peran menjadi perawat di sekolah), tapi jawaban itu tidak bertahan lama,
hanya bertahan dua hari.
Pernah juga dokter menjadi cita-citanya, tapi dengan buntut “Aku mau jadi dokter yang koboi”….
Menjadi
cowboy sepertinya sesuatu yang sangat indah untuk Sakha, membekas betul
salah satu episode serial Barney si dinosaurus ungu yang menceritakan
tentang cara hidup cowboy. Dalam episode itu, Barney dan empat teman
kecilnya yang ceria dan ekspresif memperkenalkan serba-serbi cowboy,
mulai dari pakaian apa yang biasa dikenakan para cowboy, makanan yang
dimasak dan dimakan cowboy dalam perjalanan pengembaraan mereka,
aktifitas bertani dan menggiring ternak sampai lagu yang dimainkan
dengan diakhiri teriakan “Yiiiiihaaa…..”
Nampaknya, buat Sakha
perjalanan hidup yang penuh tantangan, kecerian dan petualangan akan
sangat menyenangkan (tentu saja karena dalam cerita itu tidak
ditampilkan bagaimana sulitnya menjaga ratusan ternak dari bahaya
binatang buas ataupun kerasnya cuaca yang harus dihadapi saat menempuh
perjalanan)
Sebulan belakangan ini, ada yang berubah….entah angin mana yang membuat Sakha lupa dengan koboinya.
Hobby
barunya adalah berdandan….ya, berdandan. Padahal aku, ibunya adalah
orang yang punya nilai 2 (dalam skala 1 - 10) untuk kemampuan berdandan.
Untuk pergi keluar, paling aku hanya menggunakan pelembab untuk wajah
saja. Bedak dan lipstik, jarang kupakai. ApalagI yang namanya
foundation, eye shadow, maskara, blush on….wah seingatku barang-barang
itu hanya beberapa kali mampir di wajahku saat pernikahan bulik,
tetangga dan kakak sulungku. Bahkan saat wisuda dan menikah pun aku
hanya berdandan standar termolek (standarku tentu saja) yang PD dengan
pelembab, bedak tipis-tipis dan lipstik samar-samar.
Kesukaan
Sakha berdandan membuatku menyunggingkan senyum, tapi aku biarkan dan
kuturuti saja (asal tak berlebihan). Mulanya dia minta minyak rambut,
aku belikan saja minyak rambut untuk bayi, kemudian minta lotion (aku
ambilkan pula lotion bayi), di lain waktu beberapa kali Sakha minta
kutek tiap kuajak belanja ke Swalayan dekat rumah, alhasil dia punya
beberapa jenis dan warna kutek. Beda hari lagi Sakha minta splash
cologne, yang ternyata buanyaaak…sekali pilhan aroma dan warna yang
memang dikhususkan untuk anak-anak, dan pilihan Sakha jatuh pada yang
berwarna ungu beraroma anggur bergambar ariel si putri duyung.
Koleksinya dilengkapi pewarna kuku dan celak arab oleh-oleh dari
eyangnya sepulang dari tanah suci, lengkap dengan gelang-gelang, bros,
jepitan rambut,karet, jam tangan, bando, tas kecil, sisir kecil, cermin
mungil dan pernak-pernik yang centil banget menurutku.
Saat
liburan kemarin, Sakha bermain dengan tetanga sebelah yang sebaya
dengannya. Sepulang kerja kudapati Sulungku sedang me make over Persia
(nama temannya), rambut keriting pendek persia licin diminyaki, lalu
diikat seperti air mancur kecil di belakang kepalanya. Wajahnya putih,
tangan dan kakinya berkutek warna-warni, alisnya cemong diberi celak
arab dan harumnya…..alamaaaaak….dari radius lima meter pun tercium wangi
campur aduk dari semua bahan yang dipakai Sakha untuk merias Persia.
“Wah, main apa?” sapaku menahan senyum
“Bu, mbak Persia aku rias…aku besok mau jadi penyalon….boleh nggak Bu?” Jawaban Sakha atas pertanyaanku
“Penyalon ?” tanyaku kembali
“Iya….yang merias orang, Bu…Lihat , mbak Persia cantik nggak?”
“Cantik-cantik,
jawabku sambil menahan senyum…Kakak mau jadi tukang salon ?
boleh….nanti ibu juga dirias ya” Kataku sambil berlalu ke kamar madi.
Usai
mandi kulihat Sakha sedang menulis sesuatu di kertas didampingi Persia,
kudengarkan dari kamar keduanya sepakat menulis promosi Salon baru
Sakha untuk dibagikan kepada Asha dan Mama Persia (Kakak dan Ibu
Persia), kalau-kalau mereka mau meriaskan wajah di tempat Sakha.
Selai
surat promosi itu, Sakha juga membuat tulisan “INI SALON BARU” dan
ditempel di pagar rumah. Tapi sampai tulisan itu luntur terkena hujan,
belum ada pelanggan baru yang datang ke rumah, cuma Persia yang datang
untuk di make over untuk kedua kalinya.
Aku membayangkan seorang cowgirl mempromosikan Salonnya ……
Salon Sakha “Yiiihhhaaaa…..”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Kemarin membaca surat elektronik seorang warga Jogja untuk Pak Wali tentang Pelecehan di Balaikota yang lengkapnya ada di sini . Sempat me...
-
Pernahkah anda (dengan iseng atau sengaja) memperhatikan bentuk kepala orang ? Sebelumnya, aku tak pernah serius memperhatikan kepala oran...
-
'Bunda sudah di bandara, sebentar lagi sampai rumah' SMS yang dikirim Risma semenit lalu ke ponsel Bima, suaminya. Segera s...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar